Karya-karya Habib Mundzir Al-Musawwa

ke rumah di Jakarta. Sampai-sampai ia tidur diamana saja dirumah masyarakat, bahkan Habib Mundzir pernah tertidur di teras rumah salah seorang jama‟ahnya. Namun karena penghuni rumah sudah tidur dan ia tidak ingin membangunkan penghuni rumah tersebut dikarenakan sudah larut malam. Setelah berjalan lebih dari enam bulan, Habib Mundzir memulai membuka majelis setiap malam selasa, mengikuti jejak gurunya Habib Umar bin Hafidh yang membuka majelis mingguan disetiap malam selasa. Habib Mundzir pun memimpin M a‟had Assa‟adah yang diwaqafkan oleh Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, Bogor. Setelah setahun, Habib Mundzir tidak lagi meneruskan memimpin ma‟had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan merangkul majelis-majelis di Jakarta. Sebagai langkah awal Habib mundair Melakukan dakwah, dengan ini secara perlahan beliau bisa dikenal dengan baik . Habib Mundzir membuka majelis setiap malam Selasa dari rumah kerumah, mengajarkan fiqih dasar, namun tampak umat kurang bersemangat menerima bimbingannya. Habib Mundzir tidak berputus asa karena hal tersebut, beliau terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah nabi Muhammad Saw. Maka Habib Mundzir mengubah cara penyampaiannya, ia tidak lagi membahas permasalahan fiqih, dan kerumitannya, melainkan mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari hadits-hadits Rasulullah Saw dan ayat Al Qur‟an dengan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar. Beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa sastra, dipadu kelembutan Ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta yang kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasulullah Saw sebagai idola mereka. Maka seiring waktu yang berganti jam‟ah pun semakin bertambah dan semakin banyak hingga ia memindahkan yang tadinya dari rumah-kerumah menjadi dari Mushola ke Mushola, lalu Mushola pun tak mampu menampung hadirin yang semakin padat. Sebab kepadatan jama‟ah yang terus meningkat maka Habib Mundzir memindahkan majelisnya dari Masjid ke Masjid secara bergantian. 17 Mulailah timbul permintaan agar majelis ini diberi nama, jam‟ah menyarankan bahwa nama majelis adalah “Majelis Habib Mundzir Al- Musawwa”, namun Habib Mundzir menolak dan menjawabnya dengan polos nama maje lis adalah “Majelis Rasulullah”. Tidak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasulullah, membimbing mereka untuk mencintai Allah dan RasulNya. Pada dasarnya semua majelis taklim adalah adalah majelisnya Rasulullah Saw. 18 Maka Habib Mundzir mengambil empat masjid besar yang bergantian setiap malam selasa, yaitu masjid Raya Al-Munawwar Pancoran Jakarta Selatan, masjid raya At-Taqwa di Pasar Minggu Jakarta Selatan, masjid Raya At-Taubah Rawa Jati Jakarta Selatan, da n Ma‟had Darul Ishlah Pimpinan KH. Amir Hamzah di jalan Raya Buncit Kalibata Pulo. Namun karena yang hadir semakin terus bertambah sehingga apabila tempat sering berpindah- pindah kasian jama‟ah yang tidak memiliki 17 www.majelisrasulullah.org, Diunduh pada tanggal 22 september 2012 jam 08.45 item,tentang kami 18 Ibid.