9 dari Nadira Pulang Karya-karya Leila S. Chudori
Tahun 1982, Leila pergi kuliah ke Kanada, negeri multikultural yang damai dengan standar hidup yang jauh lebih “menjanjikan“. Enam tahun
hidup di negeri yang “tertib“ tak membuat Leila kehilangan selera atas tanah
airnya. Ia memilih pulang: kembali ke tempat yang chaos, sumpek dan penuh persoalan. Leila ingat pesan ayahnya,
“Ada alasan mengapa kita dilahirkan sebagai orang Indonesia. Alasan itu harus
kita cari sepanjang hidup kita.” “Karena tanah air ini sungguh remuk luka, penuh persoalan…
Manusia Indonesia? Manusia yang gemar duit dan malas bekerja, yang gemar bergunjing hanya untuk kesenangan sehari-hari, yang main tembak, yang
mempermainkan hukum…” tulis Leila dalam peringatan 40 hari kepergian ayahnya.
Tetapi, seperti kata Ayah pula, Indonesia juga memiliki matahari yang hangat. Ada banyak orang yang baik, yang peduli, yang bekerja tanpa
mengeluh, banyak yang terus menerus berpeluh tanpa pamrih agar sekadar sejengkal-dua-jengkal tanah air ini membaik.
Kekaguman Leila pada ayahnya Mohammad Chudori wartawan kantor Berita Antara dan The Jakarta Post itu, tak
mampu disembunyikannya.
19
Saat Leila merampungkan studinya dan akan kembali ke Indonesia, ia dan teman-temannya mampir ke Eropa terlebih dahulu. Ia mengajak teman-
temannya untuk mencicipi masakan Indonesia di Prancis, restoran masakan Indonesia yang berada di Prancis bernama Restoran Indonesia. Pemilik
restoran tersebut adalah eksil politik dari peristiwa tahun 1965, Sobron Aidit dan Oemar Said. Cerita perjalan Sobron dan Oemar merupakan langkah awal
Leila melahirkan Pulang.
20
Kisah perlawanan eksil di Prancis dapat dikatahui dengan lebih jelas dalam buku Melawan dengan Restoran karya Sobron Aidit.
19
Anonim, Leila Selalu Pulang, 2013, http:www.dw.de
20
Hasil wawancara pribadi dengan Leila S. Chudori tanggal 28 Oktober 2014 pukul 13:00- 15:00, bertempat di Thai Alley Gandaria City.
Buku yang menceritakan perjuangan hidup para eksil di Prancis dalam menjalani kesehariansetelah penahanan mereka di Paris.