tahun menlahirkan karya, dan tidak akan langsung melahirkan karya lanjutan dalam waktu yang kronologis.
4
Nama Leila S. Chudori pernah tercantum dalam daftar keanggotaan Dewan Kesenian Jakarta DKJ periode 1993-1996. Ia menegaskan bahwa
sudah sejak lama menolak untuk duduk dalam keanggotaan itu. Sebuah jurnal sastra Asia Tenggara mencantumkan Leila S. Chudori sebagai salah satu
sastrawan Indonesia
dalam kamus
sastra Dictionnaire
des Creatrices diterbitkan oleh EDITIONS DES FEMMES, Prancis, disusun oleh
Jacqueline Camus. Kamus sastra ini berisi data dan profil perempuan yang berkecimpung di dunia seni.
B. Karya-karya Leila S. Chudori
Karya-karya awal Leila dimuat saat berusia 12 tahun di majalah Si Kuncung, Kawanku, dan Hai. Pada usia dini ia menghasilkan buku kumpulan
cerpen berjudul Sebuah Kejutan, Empat Pemuda Kecil, dan Seputih Hati Andra. Pada usia dewasa cerita pendeknya dimuat di majalah Zaman, majalah
sastra Horison, Matra,
jurnal sastra
Solidarity Filipina, Menagerie Indonesia, dan Tenggara Malaysia. Cerpen Leila dibahas oleh
kritikus sastra Tinneke Hellwig “Leila S. Chudori and Women in Contemporary Fiction Writing dalam Tenggara
”. Selain sehari-hari bekerja sebagai wartawan majalah berita Tempo,
Leila bersama Bambang Bujono juga menjadi editor buku Bahasa Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo Pusat Data Analisa Tempo, 2008.
Leila juga aktif menulis skenario drama televisi. Masa kanak-kanak, Leila mengarang semenjak anak-anak hingga
dewasa. Semasa kanak-kanak, Leila memulai kariernya dengan membuat cerpen yang berjudul
“Sebatang Pohon Pisang”, dimuat di majalah Kawanku
4
Hasil wawancara pribadi dengan Leila S. Chudori tanggal 28 Oktober 2014 pukul 13:00- 15:00, bertempat di Thai Alley Gandaria City.
tahun 1974. Setelah itu karyanya rajin muncul di majalah tersebut dan majalah lainya seperti Kuncung.
Bakatnya dalam menulis memang sudah menonjol sejak kecil. Dia terpikirkan untuk membuat animasi benda mati, menghidupkan botol, kursi,
dan lain-lainnya sehingga bisa bicara, punya perasaan atau berkeluh kesah. Kemampuan Leila untuk menangkap sesuatu terus berlanjut seiring dengan
umurnya, wawasan yang didapat memiliki hubungan dengan karya-karyanya. Ketika beranjak remaja dengan wawasan remaja dia membuat cerita remaja.
Tetapi mulanya sempat tak yakin, permasalahannya merasa tidak bisa membuat cerpen yang bertemakan cinta, ungkap Leila yang menurutnya lebih
senang membuat cerita fiksi ketimbang artikel. Meski begitu, pada kenyataannya Leila dikenal sebagai pengarang cerita remaja.
5
Karyanya manis, menggemaskan, tapi tidak cengeng. “Saya tidak bisa membuat karya yang dibikin-bikin. Pokoknya apa yang saya pikirkan, saya
tuangkan,” cetusnya. Untungnya dipikirkan Leila bukan cinta saja meski usia remaja lumrah berisi dengan warna-warna cinta. Ini tercermin dari keragaman
tema cerita yang diproduksinya. Salah satu karya yang diingatnya, persahabatan seorang remaja dengan tukang koran. Itu tidak lazim dibuat
pengarang remaja masa itu, yang umumnya senang membuat cinta-cintaan si tampan dan si cantik.
Sejak kecil Leila sudah biasa berkumpul dengan pengarang terkenal seperti Yudhistira Massardi, Arswendo Atmowiloto, dan Danarto. Tapi dia
memang bukan perempuan yang pantang mundur, terutama untuk bidang tulis menulis yang diyakininya sebagai pilihan hidup dan karier. Karena itu, dia
memilih karier sebagai wartawan. Kerjanya memang sungguh menyita waktu dan meletihkan, sehingga ia tak sempat lagi menulis cerita fiksi. Sempat
mewawancarai tokoh-tokoh terkenal, yang kemungkinan tak bisa dijumpai
5
Taman Ismail Marzuki, loc.cit
kalau ia cuma sekadar penulis fiksi. Meski diakui kariernya sebagai pengarang cukup cemerlang, diminta ceramah, sampai diundang ke pertemuan pengarang
Asia di Filipina. Tapi dia juga tak bisa menyembunyikan kegembiraannya sempat bertemu dengan Paul Wolfowitz, Bill Morison, HB Jassin, Corry
Aquino dan menjadi satu dari 11 wanita Indonesia yang bisa makan siang bersama Lady Diana.
Berikut ini beberapa karyanya yang sudah dipublikasikan, baik berupa novel, kumpulan cerrita pendek, maupun naskah film:
1. Dunia Tanpa Koma
Drama TV berjudul Dunia Tanpa Koma, produksi SinemArt, sutradara Maruli Ara. Menampilkan Dian Sastrowardoyo dan Tora Sudiro
ditayangkan di RCTI tahun 2006. Mendapatkan penghargaan sebagai acara TV terbaik tahun 2007 pada penghargaan Bandung Film Festival.
Leila S. Chudori mendapatkan penghargaan sebagai penulis drama dan televisi pada acara dan tahun yang sama.
2. Drupadi
Menulis skenario film pendek Drupadi pada tahun 2008, produksi SinemArt dan Miles Films, sutradara Riri Riza. Merupakan tafsir
kisah Mahabharata. Diperankan oleh Dian Sastrowardoyo sebagai Drupadi dan Nicholas Saputra sebagai Arjuna.
3. Malam Terakhir
Kumpulan cerpen Malam Terakhir pertama kali terbit tahun 1989 oleh Pustaka Utama Grafiti beberapa bulan sebelum pengarang bergabung
dengan majalah Tempo,
6
kemudian pada tahun 2009 dicetak ulang oleh Kepustakaan Populer Gramedia
. Terdiri dari sembilan judul cerpen, “Paris, Juni 1988’, “Adila”, “Air Suci Sita”, “Sehelai Pakaian Hitam”, “Untuk
Bapak”, “Keats”, “Ilona”, “Sepasang Mata Menatap Rain”, dan “Malam
6
Leila S. Chudori, Malam Terakhir, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012 h. xiii