Sosial dan Politik KAJIAN TEORI

Nilai-nilai sosial dapat juga timbula kerena adanya prasangka, sehingga timbullah diskriminasi. Sikap yang ditunjukan dari sebuah prasangka mempunyai komponen-komponen, yaitu: 1 Kognitif: Memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya, terlepas pengetahuan itu benar atau salah. 2 Afektif: Selalu mempunyai evaluasi emosional setuju- tidak setuju mengenai objek sikapnya. 3 Konatif: Kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif tindakan sosialisasi sampai pada yang sangat aktif tindakan agresif. 2. Kondisi Politik Kondisi politik yang tergambarkan dalam sebuah novel dapat bermacam jenisnya, seperti partisipasi politik, sistem politik, kekuasaan dan wewenang, mobilisasi politik, hingga nasionalisme atau yang berhubungan dengan kewarganegaraan. 11 Aspek politik yang digunakan untuk penelitian ini terdapat pada kekuasaan dan nasionalisme. a. Kekuasaan Pengertian Kekuasaan yang paling umum menurut Roderick Martin mengacu pada suatu jenis pengaruh yang dimafaatkan oleh si objek, individu, atau kelompok terhadap yang lainnya. 12 Kekuasaan bergaris besar dengan pengaruh, pemaksaan, dan otoritas. Pengaruh yang dimiliki individu atau kelompok dalam suatu tempat dapat digunakan untuk membujuk yang lain untuk melakukan atau mempercayai sesuatu, bila dengan membujuk tidak bisa dilakukan, 11 M. Munandar Soelaeman, Op. cit, h. 207 12 Ibid., h. 135 maka sifat pemaksaan yang akan dikeluarkan sebegai otoritas yang dimiliki oleh si penguasa. Soerjono Soekanto menyebutkan empat macam usaha untuk mempertahankan kekuasan 13 , yaitu: 1 Menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik yang merugikan kedudukan penguasa. 2 Mengadakan sistem-sistem kepercayaan bilief-system yang akan dapat mengkokoh kedudukan penguasa atau golongannya, sistem-sistem kepercayaan tersebut meliputi agama, ideologi, dan seterusnya. 3 Pelaksanaan administrasi dan birokrasi yang baik. 4 Mengadakan konsolidasi secara horizontal dan vertikal. b. Nasionalisme Menurut Kleiden bahwa nasionalisme merupakan semangat dari suatu kelompok bangsa tertentu dengan segala cita-cita dan harapan ideal yang akan dikejarnya merupakan roh yang tumbuh dan berkembang dari zaman ke zaman. Nasionalisme tidak terhalang oleh jarak suatu bangsa dengan tempat asalnya. Nasionalisme tidak mengenal jarak tersebut dikenal dengan nasionalisme jarak jauh. Nasionalisme jarak jauh lebih menekankan kepada komitmen politisi dengan melakukan aksi-aksi tertentu yang merupakan tanggapan terhadap situasi bangsanya. 14

C. Eksil

Bahasa Inggris istilah exile, yang diindonesiakan menjadi eksil, memiliki tiga pengertian. Pertama, sebuah ketakhadiran, sebuah absensi yang 13 Abdulsyani, Op. cit., h. 141 14 Amir Mudzakkir, “Eksil Indonesia dan Nasionalisme Kita”, makalah disampaikan dalam seminar PSDR-LIPI pada Selasa, 3 Desember 2013 di LIPI, Jakarta, h. 4 panjang dan biasanya karena terpaksa dari tempat tinggal ataupun negeri sendiri. Kedua, pembuangan secara resmi oleh negara dari negeri sendiri, dan pengertian ketiga adalah seseorang yang dibuang ataupun hidup di luar tempat tinggal ataupun negerinya sendiri perantau, ekspatriat. Istilah exile itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu exsilium pembuangan dan exsul seseorang yang dibuang. Dari ketiga pengertian istilah eksil di atas kita bisa melihat bahwa faktor dislokasi geografis dari tempat kelahiran ke sebuah tempat asing merupakan faktor utama yang menciptakan kondisi yang disebut sebagai eksil itu. Dislokasi geografis itu sendiri bisa terjadi karena disebabkan oleh negara secara resmi ataupun karena pilihan pribadi. Pada kasus pertama, para pelarian politik segera muncul dalam pikiran kita sebagai representasi dari mereka yang diusir dari negeri kelahiran sendiri oleh pemerintahan yang sedang berkuasa, sementara pada kasus kedua kita segera teringat pada para pengungsi, para transmigran, dan para perantau yang mencari hidup baru di luar tempat kelahiran mereka. 15 Pada peristiwa di Indonesia tahun 1965, munculan istilah eksil untuk para warga negara Indonesia yang tertahan karena memiliki hubungan atau sebagai tertuduh peristiwa Gerakaan 30 September G30S, dan dari pengertian eksil sebelumnya, konsep eksil yang disuguhkan untuk mewakili para eksil yang tersangkut peristiwa G30S adalah konsep geografis dari tempat kelahiran ke tempat baru baik karena keinginan pribadi atau perintah resmi pemerintahan atau istilah lainnya yaitu pembuangan.

D. Pengertian Novel

Menurut Abrams novel berasal dari bahasa Italia novella yang memiliki arti “sebuah barang baru yang kecil”, kemudian diartikan sebagai ”cerita pendek dalam bentuk prosa”. Namun, pada masa sekarang penggunaan istilah novel di Indonesia sama dengan penggunaan istilah 15 Saut Situmorang, “Sastra Eksil Sastra Rantau”, diunduh tanggal 28 Oktober 2014, http:sastra-pembebasan.10929.n7.nabble.com novelet yang merujuk pada sebuah karya prosa yang cukup panjang dan tidak terlalu pendek. 16 Pembauran istilah novel dan novelet masih dipertanyakan. Namun, dilihat tidak adanya batasan pasti untuk sebuah karya disebut novel, maka istilah tersebut novelet dan novel bisa dikatakan sama saja. Novel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari. Penggunaan unsur- unsur instrinsik masih lengkap, seperti tema, plot, latar, gaya bahsa, nilai, tokoh dan penokohan. Dengan catatan, yang ditekankan aspek tertentu dari unsur instrinsik tersebut. 17 Karena unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun novel dari dalam karya tersebut, tidak ada perbedaan antara novel maupun roman. Pengertian novel dari berbagai tokoh sebelumnya menitikberatkan bahwa novel adalah sebuah karya sastra yang memiliki unsur-unsur dalam mendukung jalan cerita sehingga terjadi alur yang berawal dari awalan hingga leraian atau penyelesaian dan tidak terlepas dari unsur-unsur luar yang mendukung terciptanya karya tersebut. Seperti unsur sosial, politik, ekonomi, dan unsur-unsur yang berkaitan dengan realita kehidupan. Istilah tersebut dikenal dengan unsur ekstrinsik.

E. Jenis-jenis Novel

Penggolongan novel dalam dunia penerbitan buku sulit dilakukan, karena beberapa hal yang bersifat subjektif sehingga pemisahan jenis novel menjadi kabur, seperti kebiasaan penerbitan dalam mengelurkan buku, atau kebiasaan seorang penulis dalam mengeluarkan karyanya. Berdasarkan teori 16 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Perss, 2013 h. 11 17 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT Grasindo, 2008 h.141 Lukas, Girard, Goldmann mendefinisikan novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang terdegradasi akan nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang problematika dalam sebuah dunia yang juga terdegradasi. Goldmann membedakan jenis novel menjadi tiga jenis, yaitu: novel idealisme abstrak, novel psikologi, dan novel pendidikan. 18 Novel idealis diwakili oleh Don Quixote yang menceritakan bahwa sang hero penuh optimisme dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas. Novel psikologi diwakili oleh L. ‘Education Sentrimentale, Goethe yang menceritakan bahwa sang hero cenderung pasif karena kekuasaan kesadarannya tidak tertampung oleh dunia konvensi. Novel pendidikan diwakili oleh Wilhelm Meister yang menceritakan bahawa sang hero telah melepaskan pencariannya akan nilai- nilai yang otentik, tetapi tetap menolak dunia. Nurgiyantoro lebih spesifik dalam mengkasifikasikan jenis novel berdasarkan keadaan sastra di Indonesia. Jenis novel Indonesia dapat dijeniskan menjadi dua bagian, novel serius dan novel populer. Novel serius dikenal pula dengan novel sastra. Menurut Stanton, fiksi populer memerlukan pembacaan dan „pembacaan kembali’. Maksud pernyatan tersebut bahwa pembacaan novel serius tidak mudah, sehingga pembaca tidak hanya menikmati saja, namun dituntut untuk memahami dengan cara diserap sedikit demi sedikit. Jarang sekali ada orang yang dapat langsung memahami novel serius hanya dengan sekali membaca. Tujuan utama novel serius adalah memungkinkan pembaca membayangkan sekaligus memahami satu pengalaman manusia. Untuk menjawab pertanyaan mengapa maksud tersebut harus dicerna melalui berbagai hal rumit dan sulit, harus diingat bahwa pengalaman manusia bukanlah sekadar rangkaian kejadian-kejadian yang sinambung. Rangkaian tersebut hendaknya dirasakan sedalam mungkin seolah sedang benar-benar 18 Faruk, Op. cit., h. 90

Dokumen yang terkait

Nilai sejarah dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

19 99 77

Analisis tokoh lintang dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

79 375 114

Nilai Sejarah dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

13 66 77

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL PULANG KARYA LEILASALIKHA CHUDORI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Konflik Politik Dalam Novel Pulang Karya Leila Salikha Chudori: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 12

PENDAHULUAN Konflik Politik Dalam Novel Pulang Karya Leila Salikha Chudori: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 7

Daftar Pustaka Konflik Politik Dalam Novel Pulang Karya Leila Salikha Chudori: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 4

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL PULANG KARYA LEILASALIKHA CHUDORI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Konflik Politik Dalam Novel Pulang Karya Leila Salikha Chudori: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 17

PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA, RESEPSI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL PULANG KARYA LEILA S. CHUDORI.

0 0 13

NILAI MORAL DALAM NOVEL PULANG KARYA LEILA S CHUDORI.

6 49 186

Masalah-masalah sosial dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori: analisis sosiologi sastra - UWKS - Library

0 0 14