PENUTUP Konstruksi Pemberitaan Ledakan Bom Vihara Ekayana Pada Kompas.Com Dan Republika Online

dunia. Mulai dari kasus pembunuhan, penganiayaan, pengusiran dan berbagai tindak kekerasan oleh umat Budha setempat. Etnis Rohingya berasal dari daerah Arakan, sebuah provinsi di Myanmar. Mereka merupakan percampuran pedagang Arab, Moor, Turki, Moghlus, Asia Tengah dengan warga setempat. Melalui perdagangan para pedagang menyebarkan agama Islam hingga wilayah tersebut menjadi basis umat muslim terbesar di Myanmar. Penderitaan Rohingya dimulai sejak 1784. Saat itu kerajaan Budha berkoalisi utnuk menyerang wilayah Arakan untuk menguasai dan menjadikan wilayah tersebut ke dalam daerah kekuasaan kerajaan Budha. Berbagai macam penindasan dan juga kekerasan yang dialami oleh etnis Rohingya membuat mereka melarikan diri dan kemudian menyebar ke berbagai tempat di Myanmar. Selama ratusan tahun kaum Rohingya mendapat perlakuan semena-mena tersebut. Isu Rohingya kembali muncul ke permukaan setelah tahun 2012. Saat itu terjadi penyerangan yang dilakukan oleh sejumlah umat Budha. Penyerangan terjadi di dalam bus, dan dalam peristiwa tersebut 9 muslim Rohingya terbunuh. 1 Kekerasan yang dilakukan oleh umat Budha terhadap etnis Rohingya merupakan bentuk kekhawatiran akan populasi Rohingya yang berkembang dengan pesat. Para Biksu dan umat Budha Myanmar menganggap bahwa populasi umat muslim Rohingya menjadi ancaman serius bagi keberadaan Myanmar sebagai negara Budha. Hal ini diungkapkan dalam majalah Time edisi Juli tahun 2013. Dalam artikel yang ditulis oleh Hannah Beech 1 Aulia Akbar, www.okezone.comSejarah-Masyarakat-Rohingya, diakses 20 Oktober 2013 pada pukul 14.30 WIB tersebut dijelaskan bahwa etnis Rohingnya di Myanmar merupakan ancaman yang serius bagi umat Budha di Myanmar terutama bagi para biksu. “The radical monk sees Muslims, who make up at least 5 of Burma’s estimated 60 milion people, as a threat to the country and its culture. “Muslims are breeding so fast and they are stealing our women, raping them”, he tells me. “They would like to occupy our country, but I won’t let them. We must keep Myanmar Buddhist.”” 2 Kutipan artikel tersebut menjelaskan bahwa para biksu di Myanmar merasa terancam dengan keberadaan etnis Rohingnya. Mengingat populasi etnis Rohingya berkembang dengan pesat di Myanmar. Baik sebagai ancaman bagi negara maupun ancaman bagi budaya. Apa yang dilakukan oleh para biksu merupakan bentuk perlawanan terhadap apa yang telah dilakukan oleh etnis Rohingya. Rohingya dianggap telah melakukan penculikan dan pemerkosaan terhadap para wanita di Myanmar. Berbagai macam pemberitaan yang berkaitan dengan umat muslim Rohingya tentu menjadi hal yang dianggap penting dalam sebuah pemberitaan media. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia tentu memiliki ikatan persaudaraan, yakni saudara seiman dengan kaum Rohingya. Hal tersebut menjadikan konflik Rohingya ini memilik news value yang tinggi karena adanya unsur proximity atau unsur kedekatan. Salah satunya adalah berita tentang ledakan bom di Vihara Ekayana pada bulan Agustus 2013 yang dikaitkan dengan isu konflik 2 Hannah Beech, TIME: The Face of Budddhist Terror,1st July 2013, h. 16. Rohingya. Berbagai media pun tak luput memberitakan hal tersebut kepada masyarakat dengan sudut pandang dan ideologinya masing-masing. Namun, tidak semua media massa mengangkat isu Rohingya dalam pemberitaan kasus ledakan bom di Vihara Ekayana. Beberapa media massa mengonstruksi berita tersebut dengan beragam isu. Mulai dari aksi terorisme sampai dengan keterkaitan aksi tersebut dengan bulan Ramadhan. Terorisme sendiri bukan merupakan hal baru yang di Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, telah banyak aksi-aksi teror yang terjadi dengan mengatasnamakan agama. Di Indonesia sendiri dalam satu tahun terakhir telah terjadi 14 aksi penangkapan teroris oleh Densus 88. Dimulai pada 5 Januari 2013 lalu terjadi penangkapan teroris di daerah Manggenae, Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat, yang menewaskan 5 terduga teroris. Kemudian aksi serupa terjadi pada 2 Mei 2013 di Bendungan Hilir, Jakarta. Dalam aksi penggerebekan ini 2 orang ditangkap. Enam hari kemudian, tanggal 8 Mei 2013 di Kebumen aksi penangkapan teroris menewaskan 3 orang. Pada hari yang sama aksi serupa juga terjadi di Bandung, Batang dan juga Kendal. Pada tanggal 10 Mei 2013 terjadi tiga aksi penggrebekan di Lampung. Dalam aksi ini 4 orang anggota jaringan Abu Roban yang sebelumnya beraksi di Jawa dan Poso ditangkap. Di Purwokerto dan Solo, penggrebekan terjadi pada tanggal 14 Mei 2013. Dalam aksi ini 2 orang anggota jaringan Badri Hartono tertangkap. 10 Juni 2013 di Poso 1 orang ditangkap dan 1 orang tewas dalam penggrebekan. Disusul tanggal 22 Juli 2013 dengan ditangkapnya 2 orang serta 2 lainnya tewas di daerah Tulungagung Jawa Timur. Tanggal 18 Agustus 2013, Densus 88