Pemberitaan Kompas.com pada tanggal 6 Agustus 2013 Teks ke-

Treatment Recommendation, Pemerintah harus bersikap lebih. Hal ini terkait peran pemerintah dalam menyelesaikan konflik di Myanmar. Dua hari setelah peristiwa ledakan bom yang terjadi di Vihara Ekayana, Kompas.com memberitakan tentang ledakan bom dengan sudut pandang dari seorang pengamat masalah terorisme yakni Nurhuda Ismail. Dalam berita tersebut diangkat permasalahan tentang kurangnya pengaruh Indonesia melalui kebijakan politik bebas aktif dalam upaya menyelesaikan konflik Myanmar. “Pemerintah Indonesia disarankan lebih berperan aktif untuk menyelesaikan konflik antaragama di Myanmar.” 13 Namun menurut Menteri Agama Suryadharma Ali, pemerintah Indonesia telah berupaya sebatas tata kehidupan internasional dengan meminta pemerintah Myanmar memperhatikan betul konflik di Myanmar. Di sini dapat dilihat bahwa Kompas.com memilih dua narasumber yang memiliki latar belakang yang berbeda dan juga dengan pendapat yang berbeda pula. Dari sisi seorang pengamat terorisme pemerintah Indonesia dianggap masih belum berperan aktif dalam upaya menghentikan konflik di Myanmar. Namun, Suryadharma Ali menganggap pemerintah Indonesia telah berupaya secara maksimal sebatas tata kehidupan internasional dalam upaya menghentikan konflik yang melibatkan umat Budha dan etnis Rohingya tersebut. 13 Tabel IV.1, No.3. Tabel IV.7 Problem Identification Masalah terorisme Causal Interpretation Kelompok radikal yang melakukan aksi teror Moral Evaluation Peran pemerintah untuk meredam kebencian kelompok radikal Treatment Recommendation Pemerintah diharapkan lebih aktif

D. Pemberitaan Kompas.com pada tanggal 6 Agustus 2013 Teks ke-

4 Tabel IV.8 Tanggal Judul Isi Berita Sumber Berita 6 Agustus 2013 Bom Ekayana Bikin Orang Rohingya Susah Kekhawatiran warga Rohingya yang berada di Indonesia dengan adanya ledakan bom di Vihara Ekayana yang sempat dikaitkan dengan isu balas dendam terhadap umat Budha. M. Hanif Rohingya Problem Indentification, Kekhawatiran warga Rohingya yang berada di Indonesia. Pada tanggal 6 Agustus 2013, pada pukul 19.43 WIB Kompas.com memberitakan kembali peristiwa ledakan bom yang terjadi di Vihara Ekayana. Namun kali ini narasumber yang diwawancarai merupakan warga Rohingya yang telah menetap di Indonesia. Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa Hanif sebagai warga Rohingya merasa cemas dengan adanya ledakan bom yang dikaitkan dengan Rohingya. Hanif khawatir dengan nasib para pengungsi Rohingya yang ada di Indonesia. Ia tak ingin ada pihak yang dirugikan dengan adanya bom tersebut. “Hanif pun cemas setelah di dalam bom yang tidak meledak ditemukan tulisan “Kami Menjawab Jeritan Rohingya”. Berpikir semakin jauh, Hanif takut perlakuan atau sikap warga Indonesi terhadapnya dan keluarga akan berubah. Selama ini, ia merasa diperlakukan seperti keluarga oleh orang Indonesia.” 14 Setelah sebelumnya Kompas.com mewawancarai Menteri Agama Suryadharma Ali dan juga Ketua Hikmahbudhi, kali ini pada berita 6 Agustus 2013 Kompas.com memunculkan pihak Rohingya sebagai narasumber untuk dimintai tanggapan terkait kasus ledakan bom di Vihara Ekayana. Causal Interpretation, Tulisan “Kami Menjawab Jeritan Rohingya” yang ditulis oleh pelaku peledakan bom vihara. Penyebab adanya kekhawatiran kaum Rohingya yang berada di Indonesia adalah ketika kasus ledakan ini dikait-kaitkan dengan aksi balas dendam umat muslim terhadap umat budha dengan mengatasnamakan aksi balas dendam. Dalam teks berita ini Kompas.com secara jelas mengutuk peristiwa pengeboman yang berpotensi memperkeruh hubungan antar agama antara Islam dan Budha. Moral Evaluation, kekerasan terhadap kaum Rohingya dilakukan oleh kelompok tertentu di Myanmar, bukan oleh umat Budha. Selain memmaparkan kekhawatiranya terhadap akibat yang muncul setelah 14 Tabel IV.1, No.4. bom Di Vihara Ekayana dikait-kaitkan dengan Rohingya. Hanif sebagai narasumber juga menjelaskan bahwa kekerasan dan penindasan yang selama ini menimpa kaum Rohingya di Myanmar dilakukan bukan oleh umat Budha. Penindasan dilakukan oleh golongan tertentu saja. Jadi, salah jika pelaku peledakan melakukan aksi ledakan bom di Vihara dengan maksud membalas dendam terhadap umat Budha. “ Hanif mengatakan, pihaknya tidak membenci agama Budha. Kekerasan terhadap uamt Islam Rohingya di Myanmar selama ini, menurut dia, hanya dilakukan oleh kelompok tertentu di Myanmar, bukan umat Budha”. 15 Treatment Recommendation, stop kekerasan. Pada berita ledakan bom di Vihara Ekayana Kompas.com tanggal 6 Agustus 2014 ini dijelaskan melalui narasumber, bahwa kekerasan bukanlah jalan yang tepat, dengan adanya ledakan bom Vihara Ekayana yang dikait-kaitkan dengan Rohingya justru membuat Rohingya semakin susah. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran hanif terhadap nasib Rohingya yang sudah memprihatikan menjadi semakin buruk. Hal ini dijelaskan pada paragraf terakhir teks berita. “Kita tidak boleh berbuat kekerasan. Saya sedih dengar kabar ini bom vihara. Ini cara yang tidak bagus. Kami sekarang dalam kesusahan. Kami tidak mau orang lain susa h seperti kami.” 16 15 Tabel IV.1, No.4. 16 Ibid. Tabel IV.9 Problem Identification Peristiwa kemanusiaan Causal Interpretation Tulisan “Kami mendengar jeritan Rohingya” Moral Evaluation Umat Budha tidak bersalah Treatment Recommendation Stop Kekerasan

2. Frame Republika Online dalam pemberitaan ledakan bom di

Vihara Ekayana A. Pemberitaan Republika Online pada 5 Agustus 2013 teks pertama Tabel IV.10 Tanggal Judul Isi Berita Sumber 5 Agustus 2013 Menag: Pelaku Bom Tak Hormati Ramadhan Pernyataan Menteri Agama Suryadharma Ali yang menyebutkan bahwa pelaua peledakan bom tidak menghormati bulan Ramadhan Suryadharma Ali Menteri Agama Republik Indonesia Problem Identification, Kutukan terhadap pelaku ledakan bom. Pada tanggal 5 Agustus 2013 tepatnya pukul 10.08 WIB, Republika Online memberitakan kasus ledakan bom di Vihara Ekayana dengan Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai narasumbernya. Peristiwa yang terjadi pada bulan Ramadhan ini dianggap mencoreng kesucian bulan Ramadhan. Republika membingkai berita ledakan bom Vihara Ekayana dengan menonjolkan bulan suci Ramadhan. Bukan fokus