Syarat Sulh SULH MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

menerima sulh itu sudah menerimanya karena sulh yang dibuat itu dengan suatu benda yang bukan milik pihak yang membuat sulh. Contohnya seperti barang yang dicuri atau dirampas atau sebagainya. c. Merupakan sesuatu yang diketahui oleh kedua belah pihak. Ketidaktahuan pengganti sulh akan menimbulkan perselisihan antara pihak-pihak yang terlibat dan keadaan ini merusak suatu akad. 21

D. Syarat Sulh

Antara syarat-syarat sulh ialah: 1. Berkaitan pihak yang melakukan sulh berdamai a. Berakal Sulh tidak sah dilakukan orang gila dan anak-anak yang tidak berakal karena mereka tidak cakap untuk mengurus dan membelanjakan harta mereka. Jika sulh dilakukan oleh walinya dan mendatangkan kerugian atas harta mereka, maka dianggap tidak sah. Hal ini karena seorang wali tidak berhak membelanjakan harta milik orang yang berada di bawah penjagaannya. Namun, jika sulh yang dilakukan mendatangkan kebaikan bagi mereka, maka dibenarkan oleh syara’. 22 21 Ibid., h. 181. 22 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami wa-adillatuhu : al-shamil lil-adillah al-shar`iyah wa- al-ara al-madhhabiyah wa-ahamm al-nazariyah al-fiqhiyah wa-tahqiq al-Ahadith al-Nabawiyah wa- takhrijuha , Beirut : Dar al-Fikr, 1989, Juz V, hal. 300. b. Orang yang melakukan sulh untuk anak-anak, anak yatim dan harta wakaf harus terdiri dari orang yang cakap dan diberi hak untuk mengurus harta tersebut. c. Pihak-pihak yang melakukan sulh tidak terdiri dari golongan yang murtad. Syarat ini hanya terdapat di dalam mazhab Hanafi saja. Ini karena mazhab ini tidak mengakui semua urusan orang yang murtad. Sedangkan menurut jumhur ulama, sulh golongan yang murtad adalah sah 23 2. Berkaitan dengan sesuatu yang dijadikan sulh a. Berupa harta yang bernilai Tidak sah melakukan sulh menggunakan bangkai, arak, babi, dan barang- barang lain yang tidak diakui oleh Islam sebagai harta yang bernilai. Hal ini karena sulh mestilah dilakukan dengan pertukaran. Oleh karena itu, suatu barang yang tidak sah dijadikan pertukaran dalam urusan jual beli adalah tidak sah digunakan dalam pelaksanaan sulh. Tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa jika sulh itu telah sempurna meskipun dengan menggunakan sesuatu yang tidak sah digunakan sebagai pertukaran, sulh tersebut tetap diterima. Hal ini karena sulh yang dilakukan menunjukkan bahwa kedua belah pihak tidak menghendaki pertukaran semata. Tetapi mereka saling ridha-meridhai antara satu sama lain 24 23 Ibid., h. 300. 24 Ibid., h. 301. b. Harta tersebut berada di bawah kepemilikan sempurna pihak-pihak yang ingin melakukan sulh. c. Harta yang digunakan dalam pelaksanaan sulh harus diketahui oleh kedua belah pihak. Syarat ini bertujuan untuk menghindari ketidakpuasan salah satu pihak yang akan menyebabkan terjadinya permusuhan yang berkepanjangan 25 3. Hak yang dipertikaikan a. Berupa suatu harta, manfaat atau hak yang mempunyai nilai di sisi syara’. b. Berupa sesuatu yang hanya melibatkan hak manusia, baik dalam bentuk harta, manfaat ataupun hak-hak yang tidak melibatkan harta seperti qisas dan ta’zir. Ini berarti sulh tidak sah dilakukan dalam perkara-perkara yang melibatkan hak Allah atau hak masyarakat seperti hukuman zina, mencuri, minum arak, dan sebagainya. Jika sulh dilakukan juga dalam perkara- perkara tersebut maka akan batal dengan sendirinya. Ini karena hal yang demikian seumpama mengharamkan perkara halal atau menghalalkan perkara haram 26 c. Hak yang dipertikaikan itu harus dimiliki oleh pihak-pihak yang ingin melakukan sulh. Hal ini karena meurut Islam, seseorang tidak dibenarkan membuat sesuatu urusan dalam suatu perkara yang tidak mempunyai hak 25 Ibid., h. 302. 26 Ibid., h. 309. atasnya. Namun pengecualian untuk seseorang yang mendapat izin yang sah dari pemilik hak yang dipertikaikan itu. 27

E. Hikmah Sulh