Rukun Sulh SULH MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

boleh dilakukan untuk menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal. ” 13 Beliau juga pernah berkata : “Kembalikanlah persengketaan sehingga mereka berdamai karena sesungguhnya yang diputuskan di mahkamah pengadilan akan menimbulkan dendam. ” 14

C. Rukun Sulh

Menurut mazhab Hanafi, rukun sulh hanya dua perkara yaitu ijab tawaran dan qabul penerimaan ataupun apa saja yang memberikan pengertian keduanya. Sedangkan menurut pendapat jumhur ulama’ terdapat empat rukun sulh seperti berikut : 1. Dua pihak yang berakad Mereka adalah pihak yang menuntut sulh dan pihak yang dituntut sulh. Mereka ini dikehendaki memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat dan dewasa, mempunyai kuasa dalam harta benda. Jika sulh itu untuk seseorang yang di bawah umur hendaknya sulh itu tidak membawa keburukan yang nyata kepadanya, baik sebagai pihak yang menuntut atau yang dituntut. 15 13 Yasin Muhammad Yahya, ‘Aqd al-Sulh Baina al-Muqaranah Fiqhiyah wa al-Qanun al- Madani : Dirasah Muqaranah Fiqhiyyah, Qadaiyyah, Tasri’iyyah , Beirut : Dar al-Fikr, 1978, h. 126. 14 Arnus Muhammad Mahmud, Tarikh al-Qadha fi al-Islam, Kairo : Al-Matba’ah Al- Misriyyah al-Hadithah, tth, h. 13. 15 Mustafa al-Khin, al-Fiqh al-manhaji : ala madhhab al-Imam al-Shafei, Damascus, Dar al-Qalam, 1998, vol. 6, h. 177. Contohnya : Seorang anak di bawah umur menjadi pihak yang dituntut dan walinya membuat suatu sulh atas sebagian dari harta anak itu setara dengan hak yang tertanggung atasnya atau dengan suatu ukuran yang lebih rendah akan tetapi biasa dilakukan oleh orang banyak. Sulh seperti ini adalah sah karena sama dengan pertukaran barang hak milik dan seorang wali diberi wewenang menentukannya dengan ukuran yang sedikit lebih rendah. 2. Sighah ijab dan qabul Kedua belah pihak hendaklah menyatakan tawaran dan penerimaan ijab dan qabul . Contohnya : Pihak yang dituntut yang menganjurkan sulh menyatakan, “Saya menawarkan sulh kepada Anda untuk perkara……… Dengan kadar ……………..” Pihak yang satu lagi menjawab, “Saya menerima tawaran itu dan sebagainya ……………………….”, yang menunjukkan adanya kerelaan dan penerimaannya. 16 3. Perkara yang dipertikaikan Adanya hak yang dituntut oleh yang penuntut disertakan dengan permohonan supaya sulh itu dibuat sebagai ganti dengan suatu benda, hutang atau manfaat. Hak yang dituntut itu hendaklah memenuhi beberapa syarat seperti berikut : 16 Ibid., h. 178. a. Hak itu merupakan sesuatu yang termasuk hak anak Adam, baik yang berbentuk harta benda atau bukan harta benda seperti hak qisas. Contohnya : Seseorang mempunyai hak qisas terhadap orang lain dan orang itu sepakat sulh dengan jaminan harta benda sebagai ganti. Sulh itu harus; walaupun ganti yang disepakati itu dalam bentuk hutang seperti seribu dinar. Jika ganti itu dalam bentuk hutang, hendaklah diterima dalam majlis penerimaan sulh itu supaya tidak terjadi pertukaran hutang dengan hutang yang lain. Penyelesaian secara sulh dalam perkara qisas meliputi qisas nyawa atau qisas anggota yang lain. Jika sulh dibuat dalam perkara yang dikategorikan hak Allah SWT seperti dalam kasus zina dengan ukuran harta yang diterima sebagai alternatif supaya perkara tidak dibawa ke mahkamah, dengan matlamat hukuman tidak dikenakan had, maka sulh demikian tidak sah karena hukuman had adalah hak Allah dan ia tidak menerima ganti. 17 b. Hak itu menjadi sebagian dari hak pihak yang menganjurkan sulh. Seandainya itu bukan haknya, sulh tidak sah dibuat olehnya kecuali dalam kasus orang yang di bawah penjagaannya. Contohnya : Seorang perempuan yang sudah bercerai menuduh anak di bawah penjagaannya adalah anak dari suami yang menceraikannya sedangkan 17 Ibid., h. 178. suaminya menyangkal itu semua dan perempuan itu hanya mengajukan sulh. Sulh itu adalah tidak sah karena masalah nasab itu adalah hak anak tersebut dan bukan haknya, oleh karena itu ia tidak mempunyai wewenang untuk mengajukan sulh dalam perkara itu. 18 4. Adanya ganti sulh Ganti yang akan diterima oleh pihak yang menuntut dari pihak yang dituntut sebagai alternatif terhadap tuntutan haknya, ganti ini harus memenuhi syarat- syarat : a. Berupa harta yang sah menurut syara’. Sesuatu yang tidak diakui sebagai harta yang sah menurut syara’, tidak boleh menjadi alternatif dalam jual beli, begitu juga tidak boleh menjadi alternatif dalam sulh. 19 Tidak jadi soal jika harta yang menjadi ganti itu suatu benda ain contohnya seperti sajadah, hutang atau faedah. Semua itu dapat menjadi ganti dalam jual beli dan muamalat. Oleh karena itu, juga sah menjadi ganti dalam sulh. 20 b. Berupa sesuatu yang dimiliki oleh yang menganjurkan sulh. Sekiranya ia membuat sulh dengan sesuatu yang nyata tetapi ia tidak memilikinya, sulh yang dibuat itu adalah batal, walaupun pihak yang 18 Ibid., h. 179. 19 Ibid., h. 179. 20 Ibid., h. 181. menerima sulh itu sudah menerimanya karena sulh yang dibuat itu dengan suatu benda yang bukan milik pihak yang membuat sulh. Contohnya seperti barang yang dicuri atau dirampas atau sebagainya. c. Merupakan sesuatu yang diketahui oleh kedua belah pihak. Ketidaktahuan pengganti sulh akan menimbulkan perselisihan antara pihak-pihak yang terlibat dan keadaan ini merusak suatu akad. 21

D. Syarat Sulh