minuman fermentasi untuk memperlancar buang air besarnya dibanding mengkonsumsi kebutuhan serat melalui makanan.
“…..baru susah BAB aja sih kak. Pas BAB aku gak lancar baru deh aku lebih nekenin banget untuk setiap hari konsumsi serat”…..Informan A
“….sering sih BAB kurang lancar, kalo BAB itu 1bulan cuma 15-20 hari. Hmm kalo
lagi susah
BAB, biasanya
minum yakult.
Itu kan
bagus buat
pencernaan.”….Informan C
Secara keseluruhan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta memiliki sikap yang positif terhadap perilaku konsumsi serat sesuai kebutuhan
harian, sebab mereka percaya bahwa konsumsi serat sesuai kebutuhan harian dapat menghasilkan outcome yang positif. Pernyataan keseluruhan informan juga dibenarkan
oleh jawaban psikolog kesehatan yang diwawancara. Ahli psikologi kesehatan mengatakan hal yang sejalan dengan apa yang dikatakan mahasiswa, bahwa mahasiswa
kesehatan tentunya pernah terpapar informasi mengenai serat dari perkuliahan mereka. Informasi dan pengetahuan tersebut akan membantu untuk dapat terbentuknya sikap
yang positif. “…Informasi yang didapat dari perkuliahan menjadi modal mereka untuk
membangun sikap yang positif. Kemudian, sikap yang positif pada mahasiswa dapat timbul karena ia memahami tindakan tersebut, yang kedua karena ia merasa bahwa
serat itu menimbulkan sesuatu yang positif bagi tubuh mereka.”... Informan G
5.3.2. Gambaran Norma Subyektif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan terhadap Perilaku Konsumsi Sserat
Seperti halnya sikap, norma subyektif yang dipegang seseorang juga dilatarbelakangi oleh belief. Dalam theory of planned behavior, terbentuknya norma
subyektif dilandasi dari normative beliefs tentang tingkah laku dan motivation to comply motivasi untuk mengikutinya. Untuk mengetahui gambaran norma subyektif dari
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap perilaku konsumsi serat, keyakinan normatif merupakan hal yang perlu diketahui. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan, diketahui bahwa individu atau kelompok yang mempengaruhi mahasiswa untuk mengkonsumsi serat adalah ibu, teman-teman dan orang terdekat
mereka lainnya, seperti kekasih. Tekanan atau dukungan sosial yang mereka dapat dari orang di sekitar mereka berupa pesan-pesan yang mengingatkan mereka untuk selalu
mengkonsumsi makanan berserat atau dengan menyediakan makanan bersumber serat tersebut untuk dapat dikonsumsi oleh mahasiswa. Namun, dari hasil penelitian juga
didapatkan bahwa terdapat informan yang mengakui bahwa ia tidak memiliki orang atau kelompok yang mempengaruhi atau memberi tekanan kepadanya untuk mengkonsumsi
serat. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang telah dilakukan : “…Ortu terutama ibu nyuruh makan serat dan sangat menganjurkan malah
hampir memaksa. ”….Informan F
“….Iya si pacar eike tuh bawel banget nyuruh makan sayur, trus kalo jalan sengaja pesen makan pake sayur”…Informan D
“….Ga ada, kalo yang ngingetin paling diri sendiri aja”….Informan B Selain memberikan dukungan untuk melakukan suatu perilaku, orang lain atau
kelompok tertentu juga dapat memberikan pengaruh pada individu untuk tidak melakukan perilaku tersebut. Hal inilah yang menyebabkan individu tersebut memiliki
norma subyektif untuk tidak melakukannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa ketika mahasiswa sedang bersama teman-temannya mereka
terpengaruh untuk mengkonsumsi makanan yang sama dengan temannya karena seleranya lebih memikat. Pemilihan makanan yang lebih memikat selera tersebut
kebanyakan merupakan makanan yang bukan memiliki kandungan serat yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada petikan wawancara berikut ini :
“….biasanya siang-siang gak nafsu makan sayuran hehe soalnya temen-temen paling jajan mie ayam atau ayam bakar gitu yang berselera”….Informan A
Selain normative belief yang berperan dalam pembentukan norma subyektif seseorang, motivation to comply juga memiliki peran yang sama dalam membentuk
norma subyektif. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat informan yang membenarkan bahwa tekanan sosial dari orang lain mempengaruhi perilaku konsumsi
seratnya. Di samping itu, ada pula informan yang mengatakan bahwa tekanan sosial yang ia dapat dari orang lain tidak terlalu besar, sebab ia mempercayai bahwa motivasi
dalam dirinya yang lebih berpengaruh untuk melakukan perilaku tersebut. Berikut adalah kutipan wawancara yang telah dilakukan :
“….Lumayan sih jadi biasa makan sayur gara-gara kalo jalan sama dia makan sayur terus..dulu-
dulu mah sukanya bayam sama kangkung doang”….Informan D “….Sebenernya kurang besar sih kak, setelah dibilangin sama ibu kan tinggal
aku nya yang mau lakuin atau enggak”…. Informan A
Adanya pengaruh orang di sekitar, khususnya orang tua dan teman sebaya dalam melakukan perilaku juga dibenarkan oleh ahli psikologi kesehatan. Bentuk tekanan
sosial dan pengaruh yang diberikan dari orang-orang tersebut dapat berbeda. Ahli psikologi kesehatan juga menyampaikan bahwa pengaruh orang tua dalam usia remaja
tidak terlalu besar. Hal ini dapat terjadi, sebab waktu yang dihabiskan untuk bersama dengan orang tua lebih sedikit dibanding dengan waktu bersama teman-temannya.
Berikut ini merupakan kutipan hasil wawancara kepada ahli psikologi kesehatan tentang norma subyektif mahasiswa terhadap perilaku konsumsi serat :
“…Norma subyektif dalam hal ini bisa berasal dari orang tua atau teman. Contoh bentuk real dari tekanan sosial yang mendukung dapat berupa menyediakan
makanan serat tersebut. Kalo dari teman, misalnya karena teman lain tidak ada yang makan serat sesuai ini gitu, jadi membuat dia juga ga ingin makan itu.
Peran orang tua bisa jadi sangat lemah dalam diri mahasiswa, karena biasanya mahasiswa lebih banyak
menghabiskan waktu di luar rumah apa lagi untuk yang kost”... Informan G
5.3.3. Gambaran Persepsi Kontrol Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan