5.3. Hasil Penelitian
5.3.1. Gambaran Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
terhadap Perilaku Konsumsi Serat
Dalam theory of planned behavior, munculnya sikap didasarkan pada belief beserta evaluasinya terhadap suatu obyek. Latar belakang munculnya belief atau
keyakinan pada diri individu dapat berasal dari beberapa hal seperti yang dikemukakan dalam bagan 2.1. Dari hasil penelitian ini, bagian dari faktor latar belakang yang
memiliki peran untuk membentuk behavioral belief diantaranya adalah pendidikan serta informasi dari pengalaman yang didapatkan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan, diketahui bahwa seluruh informan pernah terpapar informasi mengenai serat. Sebagian besar informan
sudah mengetahui informasi mengenai definisi serat, sumber serat, manfaat serat dan angka kebutuhan serat harian. Di samping itu, semua informan juga telah banyak
mengetahui akibat yang timbul apabila konsumsi serat tidak mencukupi sesuai kebutuhan, diantaranya adalah konstipasi, kanker kolon, obesitas dan sebagainya.
Informasi tersebut banyak didapatkan oleh informan melalui materi perkuliahan, mengingat lokasi penelitian ini merupakan fakultas yang berintegrasi kedokteran dan
kesehatan. Meskipun ada pula informan yang mengakui bahwa mereka belum mendapatkan perkuliahan yang khusus mengenai serat, namun mereka mengakui tetap
pernah mendapatkan beberapa informasi yang berhubungan dengan serat di perkuliahan lainnya. Di samping itu, informasi tambahan mengenai serat juga informan dapatkan
melalui media yang ada, baik media cetak, elektronik ataupun media internet.
Hal lain yang diketahui dari wawancara yang telah dilakukan adalah mahasiswa memiliki keyakinan yang positif bahwa sebenarnya perilaku konsumsi serat sesuai
kebutuhan harian akan menghasilkan outcome yang positif. Informan juga mengetahui dengan baik bahwa akan muncul outcome yang buruk apabila perilaku konsumsi serat
sesuai kebutuhan harian ini tidak dilakukan. Hal ini dapat terlihat pada hasil wawancara yang telah dilakukan :
“…Serat sangat dibutuhin tubuh khususnya untuk melancarkan BAB dan pencegahan terhadap penyakit. Penyakit-penyakit akibat kurang serat itu pastinya
bahaya. Apalagi kalo udah kronis”…Informan B “…Zat yang ga bisa dicerna tubuh. Serat buat pelancar pencernaan.
Kerugiannya kalo kurang serat banyak sisa-sisa makanannya yang numpuk di usus kan bisa kanker usus, terus obesitas karena kan kadar kolesterol yang tinggi kalo
konsumsinya makanan berlemak terus kalo ga makan serat.”….. Informan C
Hasil wawancara lainnya yang ditemukan dalam penelitian ini adalah semua informan menyadari bahwa konsumsi serat mereka selama ini belum mencukupi. Dari
hasil perhitungan zat gizi dalam studi pendahuluan juga telah diketahui bahwa konsumsi serat mereka belum mencukupi angka kebutuhan. Akan tetapi. dari pertanyaan yang
diajukan mengenai perilaku konsumsi serat yang baik, tidak ada informan yang menjawab bahwa konsumsi serat yang baik seharusnya memenuhi angka kebutuhan.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa informan hanya mengetahui bahwa konsumsi serat yang baik adalah cukup dengan mengkonsumsi makanan bersumber serat, seperti
sayuran atau buah tanpa memperhitungan kandungan serat di dalam makanan tersebut. Ketika ditanya lebih lanjut bagaimana sikap informan tentang konsumsi serat sesuai
dengan angka kebutuhan yang dianjurkan, mereka menyatakan setuju terhadap hal
tesebut, namun menurut mereka tidak semua orang dapat mengetahui kandungan serat di setiap makanan. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan informasi yang dimiliki oleh
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, sebab tidak seluruh mahasiswa mendapatkan perkuliahan khusus tentang perhitungan zat gizi dalam
makanan. “… Sebenernya baiknya gitu, tapi kan ga semua orang ngerti berapa banyak
hitungan serat dari makanan yang dia makan”….Informan C Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, keyakinan dan evaluasinya terhadap
outcome dari suatu perilaku merupakan hal yang berperan dalam terbentuknya sikap. Dalam penelitian ini, pengalaman mahasiswa ketika tidak memiliki perilaku konsumsi
serat yang baik, membuat mahasiswa memiliki keyakinan bahwa sebenarnya perilaku konsumsi serat sesuai kebutuhan harian adalah sebuah perilaku yang baik dan
seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara tentang pengalaman mereka akibat tidak memiliki perilaku konsumsi serat yang baik, mahasiswa akan memiliki outcome
yang negatif. Outcome negatif tersebut adalah kesulitan untuk buang air besar atau konstipasi. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa sebagian besar informan akan
mengkonsumsi serat dengan lebih baik dari biasanya setelah mereka mengalami outcome yang negatif, yaitu kesulitan untuk buang air besar atau konstipasi. Hal tersebut
merupakan hasil dari evaluasi informan, yaitu ketika mereka mengalami outcome negatif, mereka berusaha untuk mengubah sikap dan perilaku mereka agar tidak
mengalami kembali outcome negatif tersebut. Akan tetapi, terdapat satu informan lainnya yang tidak mengubah perilaku konsumsi serat menjadi lebih baik ketika ia
mengalami hal yang sama. Informan tersebut lebih memilih untuk mengkonsumsi
minuman fermentasi untuk memperlancar buang air besarnya dibanding mengkonsumsi kebutuhan serat melalui makanan.
“…..baru susah BAB aja sih kak. Pas BAB aku gak lancar baru deh aku lebih nekenin banget untuk setiap hari konsumsi serat”…..Informan A
“….sering sih BAB kurang lancar, kalo BAB itu 1bulan cuma 15-20 hari. Hmm kalo
lagi susah
BAB, biasanya
minum yakult.
Itu kan
bagus buat
pencernaan.”….Informan C
Secara keseluruhan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta memiliki sikap yang positif terhadap perilaku konsumsi serat sesuai kebutuhan
harian, sebab mereka percaya bahwa konsumsi serat sesuai kebutuhan harian dapat menghasilkan outcome yang positif. Pernyataan keseluruhan informan juga dibenarkan
oleh jawaban psikolog kesehatan yang diwawancara. Ahli psikologi kesehatan mengatakan hal yang sejalan dengan apa yang dikatakan mahasiswa, bahwa mahasiswa
kesehatan tentunya pernah terpapar informasi mengenai serat dari perkuliahan mereka. Informasi dan pengetahuan tersebut akan membantu untuk dapat terbentuknya sikap
yang positif. “…Informasi yang didapat dari perkuliahan menjadi modal mereka untuk
membangun sikap yang positif. Kemudian, sikap yang positif pada mahasiswa dapat timbul karena ia memahami tindakan tersebut, yang kedua karena ia merasa bahwa
serat itu menimbulkan sesuatu yang positif bagi tubuh mereka.”... Informan G
5.3.2. Gambaran Norma Subyektif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu