Rumus di atas menunjukkan bahwa perceived behavioral control merupakan penjumlahan hasil kali dari control beliefs tentang hadirtidaknya faktor ci dengan
kekuatan faktor dalam memfasilitasi atau menghambat tingkah laku pi. Dengan kata lain, semakin besar persepsi mengenai kesempatan dan sumber daya yang dimiliki, serta
semakin kecil persepsi tentang hambatan yang dimiliki seseorang, maka semakin besar persepsi kontrol yang dimiliki orang tersebut.
2.8.5. Niat
2.8.5.1. Definisi Niat
Menurut Fishbein, Ajzen dan beberapa ahli, niat merupakan prediktor yang baik tentang seseorang berperilaku di masa depan. Ajzen 2005 mengartikan niat sebagai
disposisi tingkah laku, yang hingga terdapat waktu dan kesempatan yang tepat, akan diwujudkan dalam bentuk tindakan. Sejalan definisi tersebut, Feldman 1995
menyatakan niat adalah rencana atau resolusi individu untuk melaksanakan tingkah laku yang sesuai dengan sikap mereka. Niat juga diartikan sebagai deklarasi internal untuk
bertindakmelakukan sesuatu Hogg Vaughan, 2005. Bandura 1986 dalam Wijaya 2007 dalam Rakhmawati 2010 menyatakan bahwa niat merupakan suatu kebulatan
tekad untuk melakukan aktivitas tertentu atau menghasilkan keadaan tertentu di masa depan. Niat menurutnya adalah bagian vital dari self regulation individu yang dilatar
belakangi oleh motivasi seseorang untuk bertindak.
Banyaknya ahli yang memberikan definisi pada niat di atas menunjukan bahwa bahasan tentang niat merupakan topik yang penting, terutama dalam hubungannya
dengan prediksi tingkah laku. Hal ini disebabkan tingkah laku yang banyak dibahas dalam
psikologi sosial
berkaitan dengan
tingkah laku
dibawah kontrol
kemauankesadaran volitional. Artinya, individu akan melakukan sesuatu tingkah laku hanya jika ia benar-benar ingin melakukannya, untuk itu individu tersebut membentuk
niat. Menurut Feldman 1995, niat ini akan terwujud dalam tingkah laku yang sebenarnya, jika individu tersebut mempunyai kesempatan yang baik dan waktu yang
tepat untuk merealisasikannya. Selain itu, niat tersebut akan dapat memprediksi tingkah laku jika diukur dengan tepat.
2.8.5.2. Keakuratan Niat sebagai Prediktor Tingkah Laku
Keakuratan niat dalam memprediksi tingkah laku tentu bukan tanpa syarat, karena ternyata ditemukan pada beberapa studi bahwa niat tidak selalu menghasilkan
tingkah laku yang dimaksud. Pernyataan ini juga diperkuat dengan penjelasan Ajzen 2005. Menurutnya, walaupun banyak ahli yang sudah membuktikan hubungan yang
kuat antara niat dan tingkah laku, namun pada beberapa kali hasil studi ditemukan pula hubungan yang lemah antara keduanya. Seperti diungkapkan oleh King 1975 dalam
Aiken, 2002, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan niat dalam
memprediksi tingkah laku, diantaranya adalah spesifik atau tidaknya niat, jarak waktu
antara pengukuran niat dengan tingkah laku, dan kemampuan untuk melakukan apa yang sudah dikatakan.
Seperti dalam teori aslinya theory reasoned action, faktor sentral dalam teori
planned behavior adalah niat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Niat diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Niat
merupakan indikasi seberapa keras orang bersedia untuk mencoba, berapa banyak dari upaya mereka berencana untuk mengerahkan hal tersebut dalam rangka untuk
melakukan sebuah perilaku. Sebagai aturan umum, semakin kuat niat untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kemungkinan harus kinerjanya. Harus diperjelas,
bahwa niat perilaku dapat ditemukan dalam sebuah perilaku hanya jika perilaku yang dimaksud adalah di bawah kendali kehendak, yaitu, jika seseorang dapat memutuskan
pada kemauannya untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku Ajzen, 1991. Meskipun beberapa perilaku mungkin sebenarnya memenuhi persyaratan ini
cukup baik, kinerja yang paling tergantung setidaknya pada tingkat tertentu pada faktor nonmotivasi seperti ketersediaan peluang dan sumber daya yang diperlukan misalnya,
waktu, uang, keterampilan, kerjasama orang lain. Secara kolektif, faktor-faktor ini merupakan kontrol yang sebenarnya mewakili atas perilaku seseorang. Hingga
seseorang memiliki peluang dan sumber daya yang dibutuhkan, dan bermaksud untuk melakukan perilaku tersebut, ia akan berhasil dalam melakukannya Ajzen, 1991.
2.8.6. Kelebihan dan Kekurangan Theory of Planned Behavior