Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintahan Di Kecamatan Medan Johor.

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN APARATUR

PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

D I S U S U N OLEH :

NAMA : ROSI HENDRI YANTI

NIM : 040902017

JURUSAN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

DAPERTEMEN ILMU SOSIAL KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Persepsi ... 6

A.1. Pengertian Persepsi ... 6

A.2. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... 12

B. Masyarakat ... 13

B.1. Pengertian Masyarakat ... 13

B.2. Faktor-faktor yang Mendorong Manusia untuk Hidup Bermasyarakat ... 17


(3)

C. Pelayanan ... 28

C.1. Pengertian Pelayanan ... 28

C.2. Pelayanan Publik ... 30

C.3.Pelayanan Prima ... 32

C.4. Manajemen Kualitas Pelayan ... 36

D. Aparatur Pemerintahan ... 38

D.1. Sistem Kepemerintahan yang Baik (Good Governance) ... 39

D.2. Pemerintahan Daerah dan Desa ... 41

D.3. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah ... 41

D.4. Pendayagunaan Kelembagaan ... 42

E. Konsep Pemikiran ... 43

F. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 44

F.1. Defenisi Konsep ... 44

F.2. Defenisi Operasional ... 44

BAB III : METODE PENELITIAN ... 46

A. Metode Penelitian ... 46

B. Lokasi Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 46

C.1. Populasi ... 46

C.2. Sampel ... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47


(4)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil Penelitian ... 48

A.1. Proses Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ... 48

A.2. Lokasi Penelitian ... 49

A.3. Sejarah Berdirinya Kantor Camat Medan Johor ... 49

A.4. Batas-batas dan Luas Wilayah ... 51

A.5. Kependudukan... 52

A.6. Visi dan Misi ... 55

A.7. Target ... 56

A.8. Susunan Organisasi Kecamatan ... 60

A.9. Program Kegiatan Kecamatan ... 69

A.10. Potensi Kecamatan ... 75

B. Penyajian Data ... 76

C. Analisa Data ... 93

BAB V : PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Daftar Nama-Nama Camat ... 50

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk ... 52

Tabel 4.3. Data Kependudukan Berdasarkan Suku ... 53

Tabel 4.4. Data Kependudukan Berdasarkan Agama ... 54

Tabel 4.5. Data Kependudukan Berdasarkan Mata Pencaharian ... 54

Tabel 4.6. Data Kependudukan Berdasarkan Status Kewarganegaraan ... 55

Tabel 4.7. Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.8. Pelayanan yang Diberikan di Bidang Kependudukan ... 71

Tabel 4.9. Fasilitas Umum dan Sosial ... 75

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 77

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 77

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 78

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status ... 79

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan ... 79

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan yang Dilakukan ... 80

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Waktu Pengurusan ... 80

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fasilitas Pendukung ... 81


(6)

Pendukung ... 81 Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keramahan Pegawai

Kantor Camat ... 82 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor yang

Mempengaruhi Pelayanan Aparatur Pemerintah ... 83 Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengaduan Kepuasan

dalam Pengurusan di Kantor Camat Medan Johor ... 83 Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kondisi Pelayanan

Aparat Pemerintah ... 84 Tabel 4.24. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kualitas Pelayanan .... 85 Tabel 4.25. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kemudahan Prosedur

Pelayanan ... 85 Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kesesuaian Persyaratan

dengan Jenis Pelayanannya ... 86 Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Keadilan yang

Masyarakat Terima ... 87 Tabel 4.28. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Personil yang

Menangani Pengurusan Pelayanan ... 87 Tabel 4.29. Distribusi Frekuensi Responden tentang Kesopanan dan

Keramahan Petugas ... 88 Tabel 4.30. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kewajaran Biaya ... 88 Tabel 4.31. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Keamanan di Kantor


(7)

Tabel 4.33. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kemampuan Petugas

dalam Memberikan Pelayanan ... 90 Tabel 4.34. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kenyamanan Lingkungan

di Kantor Camat Medan Johor ... 91 Tabel 4.35. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Keharusan Pembayaran 92 Tabel 4.36. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kesulitan


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatNya dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah “PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN APARATUR PEMERINTAHAN DI KECAMATAN MEDAN JOHOR”. Penulis telah berusaha menyusun skripsi ini dengan sebaik mungkin, namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bertujuan untuk penyempurnaan skripsi ini penulis terima dengan tangan terbuka untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga dan mengucapkan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1) Bapak Prof.DR.M. Arif Nasution, MA selaku dekan FISIP-USU.

2) Bapak Drs. Humaizi, MA selaku PD I atas fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.

3) Bapak Drs. Matias Siagian, M.si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4) Bapak Agus Suriadi, S.Sos, Msi selaku dosen pembimbing yang banyak membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

5) Bapak Camat Medan Johor Pulungan Harahap, SH, Msi, beserta pegawai kantor camat medan johor yang telah banyak membantu penulis mendapatkan data-data yang diperlukan.

6) Penghargaan yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, ayahanda Maspardi dan ibunda Yeniswanti yang telah mengorbankan segala-galanya demi kemajuan dan keberhasilan anaknya sampai kapanpun jasa-jasamu takkan pernah ananda lupakan.

7) Saudara-saudara penulis yang tersayang abang Hendri Agus, adekku Lusi Hendra Yanti, Nofitra Yandi. One Dina yang telah senantiasa membantu penulis dalam segala hal baik secara fisik dan materi, kepada ibu Can, Intan Erizal dan Ante Ida terimakasih atas bantua kalian semua tanpa adanya dukungan kalian penulis pasti tidak bisa berhasil menyelesaikan skiripsi ini terima kasih semuanya.

8) Semua yang menjadi informan penulis yang tidak dapat disebut satu persatu, terutama kepada pegawai kantor camat yang telah membari kesempatan dan informasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9) Speasial buat abang Adril yang telah memberikan semangat dorongan dan telah setia dan penuh kesabaran dalam menghadapi semua sikap dan tingkah laku penulis terlebih selam penulis menyelesaikan skripsi ini.

10)Buat teman-teman KESSOS yang baik: Nurzannah L.Gaol yang telah menjadi sahabat karib penulis dari pertama penulis memasuki bangku perkuliahan ini, selanjutnya kepada teman-teman yang solib Ivanna Linda L.Batu, Riko, Elsa, Butet, Juniari. Yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

11)Buat Kak Ita (jurusan) terima kasih atas bantuannya dalam pengurusan surat-surat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

12)Juga buat teman-teman seperjuangan, seperti Kak Jemsi, makasih atas bantuannya, dukungan serta doanya serta Bang Acen, Bang Ucok, Bang Hendrik.

13)Semua pihak yang telah membantu yang tidak tersebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Akhir kata, atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak penulis mandoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan dan melimpahkan karuniaNya kepada kita. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta berguna bagi yang membutuhkan.

Ammin ya Rabbal Alamin……….

Medan, Juni 2008

Penulis


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK Nama : Rosi Hendri Yanti

NIM : 040902017

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintahan di Kecamatan Medan Johor.

Dalam skripsi ini obyek yang diteliti khususnya persepsi (tanggapan) dan kinerja aparatur pemerintah di Kecamatan Medan Johor, dan fokus utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah “ Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintah Di Kecamatan Medan Johor”. Tipe penelitian yang digunakan adalah jenis metode deskriptif, responden berjumlah 60 orang yang diambil menggunakan sampel aksidental yaitu peneliti mengambil sampel secara kebetulan apabila sampel tersebut dipandang layak untuk dijadikan sebagai sampel.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis menggunakan teknik pengumpulan data baik studi kepustakaan dan studi lapangan yang dapat mendukung proses penulisan skripsi ini.

Selanjutnya dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan masyarakat terhadap Kantor Camat Medan Johor, bagaimana pelayanan bagi masyarakat dalam memberikan layanan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Serta bagaimana fungsi sebenarnya tugas pokok aparatur pemerintah, dimana tugas utamanya adalah membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan terhadap masyarakat dalam wilayah kecamatan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kecamatan yang diatur sesuai dengan surat keputusan Walikota No. 63 Tahun 2001 tanggal 14 November 2001 tentang tugas-tugas pokok dan fungsi kecamatan di lingkungan pemerintah kota Medan, pada pasal 3 disebutkan tugas dalam penyelenggaraan pemerintah pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan.


(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi

A.1. Pengertian Persepsi

II. A.2. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi II.B. Masyarakat

II.B.1. Pengertian Masyarakat

II.B.2. Faktor-faktor yang Mendorong Manusia untuk Hidup Bermasyarakat II.B.3. Kebudayaan, Masyarakat dan Organisasi Sosial

II.B.4. Terjadinya Lapisan-lapisan dalam Masyarakat II.C. Pelayanan


(13)

II.C.3.Pelayanan Prima

II.C.4. Manajemen Kualitas Pelayanan II.D. Aparatur Pemerintahan

II.D.1. Sistem Kepemerintahan yang Baik (Good Governance) II.D.2. Pemerintahan Daerah dan Desa

II.D.3. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah II.D.4. Pendayagunaan Kelembagaan

III. Konsep Pemikiran

IV. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional IV.A. Defenisi Konsep

IV.B. Defenisi Operasional

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN III.A. Jenis Penelitian

III.B. Lokasi Penelitian III.C. Populasi dan Sampel III.C.1. Populasi

III.C.2. Sampel

III.D.1. Teknik Pengumpulan Data III.D.2. Teknik Analisa Data

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.A. Hasil Penelitian

IV.A.1. Proses Pelaksanaan Penelitian di Lapangan IV.A.2. Lokasi Penelitian


(14)

IV.A.5. Kependudukan IV.A.6. Visi dan Misi IV.A.7. Target

IV.A.8. Susunan Organisasi Kecamatan IV.A.9. Program Kegiatan Kecamatan IV.A.10. Potensi Kecamatan

IV.B. Penyajian Data

IV.B.1. Deskripsi Hasil Penelitian


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK Nama : Rosi Hendri Yanti

NIM : 040902017

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintahan di Kecamatan Medan Johor.

Dalam skripsi ini obyek yang diteliti khususnya persepsi (tanggapan) dan kinerja aparatur pemerintah di Kecamatan Medan Johor, dan fokus utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah “ Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintah Di Kecamatan Medan Johor”. Tipe penelitian yang digunakan adalah jenis metode deskriptif, responden berjumlah 60 orang yang diambil menggunakan sampel aksidental yaitu peneliti mengambil sampel secara kebetulan apabila sampel tersebut dipandang layak untuk dijadikan sebagai sampel.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis menggunakan teknik pengumpulan data baik studi kepustakaan dan studi lapangan yang dapat mendukung proses penulisan skripsi ini.

Selanjutnya dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai tanggapan masyarakat terhadap Kantor Camat Medan Johor, bagaimana pelayanan bagi masyarakat dalam memberikan layanan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Serta bagaimana fungsi sebenarnya tugas pokok aparatur pemerintah, dimana tugas utamanya adalah membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan terhadap masyarakat dalam wilayah kecamatan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kecamatan yang diatur sesuai dengan surat keputusan Walikota No. 63 Tahun 2001 tanggal 14 November 2001 tentang tugas-tugas pokok dan fungsi kecamatan di lingkungan pemerintah kota Medan, pada pasal 3 disebutkan tugas dalam penyelenggaraan pemerintah pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pasal 126 UU No. 32 tahun 2004 ditetapkan: kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan peraturan daerah (perda) berpedoman pada peraturan pemerintah. Dalam keputusan menteri dalam negeri nomor 4 tahun 200 diatur pedoman pembentukan kecamatan. Kecamatan adalah wilayah kerja camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh perilmpahan sebahagian kewenangan Bupati/Walikota untuk menangani sebahagian urusan otonomi daerah.

Inti dari konsep pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya memaksimalkan otonomi daerah. Dengan demikian tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan serta memelihara keseimbangan fiskal secara nasional.

Tuntutan peningkatan sumber daya aparatur yang berkualitas semakin dirasakan, mengingat kota Medan merupakan pintu gerbang perdagangan dan jasa yang berimplikasi kepada peningkatan pelayanan publik. Demikian pula pelayanan kepada masyarakat yang harus ditingkatkan adalah merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu bidang pelayanan masyarakat itu adalah bidang pelayanan pemerintahan yang merupakan tugas pemerintah kota Medan untuk menyelenggarakannya. Namun, saat ini kualitasnya masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat.


(17)

Untuk melekukan perbaikan dan sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang pemerintahan yang sangat terkait dengan sebagian besar masyarakat kota Medan, maka diperkenalkan kepada masyarakat suatu bentuk program pelayanan publik di bidang pemerintahan, yakni pelayanan prima. Pelaksanaan pelayanan prima ini sebagian diserahkan wewenangnya kepada kecamatan dan kelurahan sebagian lagi kepada dinas-dinas di dalam unit kerja Pemko Medan. Di kecamatan program pelayanan yang sudah dikenal oleh masyarakat yaitu: program pelayanan kartu keluarga/kartu tanda pengenal gratis, pelayanan PBB, pelayanan pencatatan akte tanah, pelayanan ganti rugi tanah dan pelayanan kebersihan sampah. Pengutipan PBB saat ini merupakan pajak pusat namun pengutipannya kecamatan mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakannya.

Pelayanan pencatatan akte tanah sekarang ini dapat dilakukan aparat pemerintah selama ini menjadi tantangan yang sangat krusial untuk segera mungkin dilakukan perubahan.

Dalam pelaksananan pelayanan ini maka seluruh aparatur pemerintah kecamatan diberi dukungan spirit dan motivasi agar rencana sungguh-sungguh melaksanakan pelayanan sebaik dan semudah mungkin kepada masyarakat tanpa diskriminasi. Meskipun dalam pelaksanaannya masih dirasakan adanya kendala dalam upaya peningkatan pelayanan separti, adanya pelayanan KK/KTP yang menggunakan jasa pihak ketiga sehingga seringkali menimbulkan asumsi sebagai kegiatan pelayanan yang dikenekan pungutan biaya dan kurangnya kesadaran masyarakat yang lebih tinggi untuk melaporkan pendataan dan pencatatan penduduk terutama melaporkan KTP yang telah habis waktu. Disamping itu masih terbatasnya mutu SDM dalam memberikan pelayanan


(18)

Pada dasarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar menghasilkan pelayanan yang lebih cepat, tepat, manusiawi, tidak diskriminatif, dan transparan selain itu pemerintah juga menyusun rancangan undang-undang tentang pelayanan publik yang isinya memuat standar pelayanan minimum. Namun upaya-upaya yang telah ditempuh nampak kurang optimal,salah satu indikator yang dapat dilihat dari fenomena ini adalah pada fungsi pelayanan publik yang banyak dikenal dengan sifat birokratis dan banyak mendapatkan keluhan dari masyarakat karena masih belum memperhatikan masyarakat penggunanya, kemudian pengelila pelayanan publik cenderung lebih bersifat direktif yang hanya memperhatikan/mengutamakan kepentingan kepemimipinan/organisasi saja.

Fenomena yang terjadi di kecamatan Medan Johor ditandai banyaknya problem yang dihadapi masyarakat bila berurusan dengan birokrat dalam pengurusan segala bentuk syarat-syarat yang menyangkut dengan kependudukan seperti: kartu keluarga, KTP, surat pindah, surat miskin, kartu berobat gratis dan tidak adanya fasilitas kotak pengaduan atau kritikan di kantor-kantor kelurahan atau kecamatan serta rahasia umum dimata masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan publik dikarenakan pegawai yang sangat sedikit, kualitas kantor yang masih dibawah standar dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas maka perlu untuk melakukan suatu kajian penelitian tentang “Persepsi Masyarakat terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintahan di Kecamatan Medan Johor”.

B. Perumusan Masalah


(19)

benar-benar terarah dan terfokus kealamat yang tepat (Senapian 1992: 99). Untuk memberikan arah yang lebih jelas pada pelaksanaan penelitian ini, dapatlah dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

“Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintah Di Kecamatan Medan Johor”.

C. Tujuan Penelitian

Agar suatu penelitian dapat berhasil guna, atau untuk mencapai sasaran tentu harus dahulu dirumuskan tujuan yang harus dicapai. Berdasarkan ruang lingkup dan perumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan aparatur pemerintahan di kecamatan Medan Johor.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang sistematika aparat pemerintahan di kecamatan Medan Johor.

3. Untuk mengetahui tentang masyarakat

4. Untuk mengetahui tentang sistem pemerintahan yang baik. 5. Untuk mengetahui hubungan pemerintah pusat, daerah dan desa.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pemerintah untuk mengambil

kebijakan sistem kepemerintahan yang baik (good governance) dalam pelayanan terhadap masyarakat di kecamatan Medan Johor


(20)

2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan menerapkan ilmu yang penulis peroleh selama mengikuti perkuliahan serta menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah. 3. Sebagai bahan masukan bagi penulis dalam menambah perbendaharaan ilmu

tantang pemerintahan, khususnya masalah aparatur pemerintahan.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah,perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan menguraiakan secara teoritis variabel-variabel yang diteliti, kerangka pemikiran, defnisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV :ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya.

BAB V : PENUTUP


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSEPSI

A.1. Pengertian Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses pemahaman terhadap apa yang terjadi di lingkungan orang yang sedang berpersepsi dan hubungan antara lingkungan dengan manusia dan tingkah lakunya adalah hubungan timbal balik saling terkait dan mempengaruhi seperti yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan “Bahwa persepsi merupakan hasil hubungan antara manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam kesadaran (kognisi) yang mempengaruhi memori ingatan tentang pengalaman yang diinderakan akan mempengaruhi” (Wirawan 1992:37).

Persepsi merupakan hal yang penting dan dialami oleh setiap orang, setiap orang akan menerima segala sesuatu informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari luar kemudian informasi yang diterima tersebut diolah dan diproses.

Menurut Indra wijaya:

“Bagaimana tafsiran dan pemikiran seseorang terhadap semua rangsangan yang diproseskan itu akan tampak pengaruhnya dalam prilaku atau dalam sikap yang berkaitan dengan hal-hal yamg dipersepsikan.“ (Indra wijaya,1989:45)

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan proses pengetahuan atau mengenali objek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera. (Chaplin,1989:358)


(22)

Dengan perkataan lain lingkungan sangat aktif berinteraksi dengan manusia yang melalui inderanya menangkap rangsangan sampai akhirnya timbul makna yang spontan yang akan ditampilkan dalam prilaku, dengan demikian prilaku individu tidak terlepas dari persepsinya. Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi sejauh mana pemahamannya terhadap objek persepsi yang belum jelas atau belum dikenal sama sekali tidak akan mungkin memberikan makna.agar lebih jelas di bawah ini terdapat beberapa pengertian mengenai persepsi yang dikemukakan beberapa ahli sarjana seperti:

1. Le bouef (1992:48) yang mengatakan bahwa persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami, penafsiran kita terhadap apa yang kita lihar dan dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antara pengalaman masa lalu, keadaan, serta psikologi yang benar-benar sama bagi setiap orang, apa yang dipersepsikannya itulah kenyataan.

2. Kimbal Young, persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktifitas marasakan, mengintisifikasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial (Walgito: 1986: 89) defenisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek yang dirasakan tersebut.

3. Sarlito Wirawan (1995:37) menyatakan bahwa proses persepsi merupakan hasil hubungan antara merasa dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam kesadaran (kognisi) yang dipengaruhi memori tantang pengalaman masa lampau, minat, sikap dan intelegensi dimana hasil penalaran terhadap apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku.


(23)

4. William James (Isbandi,1994:105) menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang diperoleh di lingkungan yang diserap oleh panca indera serta sebagian lainnya diperoleh dari ingatan (memori) kita dan diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita peroleh.

Persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok manusia terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterprestasikan objek yang dirasakan tersebut, seperti pendapat Kimball young (dalam Walgito.1996:89) “Persepsi merupakan suatu yang menunjukkan aktifitas merasakan, menginterprestasikan, memahami objek fisik maupun sosial.

Faktor yang terlibat dalam proses persepsi ada 3 macam yaitu: 1. Objek yang dipersepsikan.

2. Orang yang sedang dipersepsikan. 3. Kondisi saat berlangsung persepsi.

Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami tentang lingkungannya baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman sementara itu yang dimaksud proses kognitif adalah proses atau kegiatan mental yang disadari seperti berfikir, mengetahui, memahami dan kegiatan konsepsi mental berupa sikap, kepercayaan dan pengharapan yang kesemuanya merupakan faktor penentu atau yang mempengaruhi prilaku. Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor ini yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang


(24)

yang dilihatnya itu secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhu persepsi seseorang.

Pertama : Diri orang yang bersangkutan sendiri, apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

Kedua : Sasaran persepsi tadi tersebut sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.

Ketiga : faktor situasi, persepsi harus dapat dilihat secara konsektual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan fakta yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang (Siagian, 1989: 101).

Sejalan dengan ini Kasali (1994:23) mengemukakan faktor-faktor yang juga menentukan persepsi yaitu:

a. Latar belakang budaya. b. Pengalaman masa lalu. c. Nilai-nilai yang dianut.


(25)

Menurut Rukminto, didalam membicarakan persepsi maka ada beberapa hal penting yaitu:

1. Impression Formation

Proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan/pemikiran yang relatif menerap orang tersebut. Sedangkan impression formation ini terbentuk melalui:

a. Pengkatagorian (klasifikasi) berdasarkan teori kepribadian yang implisit (implicit personality theori)

b. Mempertimbangkan/kombinasi segi positif dan negatif c. praduga (Stereitp)

2. Attribution

Morgan, King, Weisz dan Schopler melihat bahwa attribution dan inferences terjadi karena manusia tidak mempunyai akses untuk mengetahui pikiran, motif ataupun perasaan seseorang. Dengan membuat atribusi berdasarkan prilaku tertentu apa yang dilakukan seseorang, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk menduga prilaku yang akan dilakukan oramg tertentu pada saat yang lain.

3. Sosial Relationship

Kehadiran orang lain mempengaruhi tingkah laku. Bentuk tingkah laku dapat terbentuk karena:

a. imitasi (peniruan)


(26)

c. kepatuhan (banyak diterapkan dalam militer dengan tingkat sanksinya berat)

4. Perhatian

Perhatian merupakan perumuasan atau konsentrasi dan seluruh aktivitas ditentukan kepada sesuatu atau sekelompok objek.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:

Ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi diantaranya sebagai berikut (Wilson, 2000):

a.1. Faktor eksternal atau dari luar

concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan dibandingkan dengan yang objektif.

Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal yang lama.

Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat.

Conalitioned stimuli, stimulus yang dikondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain-lain.

a.2. Faktor internal:

Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk merespon terhadap istirahat.


(27)

Interest, hal-hal yang menarik lebih diperhatikan dari pada yang tidak menarik.

Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian.

Assumption, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat,merasakan dan lain-lain.

A.2. Pembentukan Persepsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Fairi (dalam Yusuf, 1991: 108) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan “interpretation”, begitu juga dengan “closure”. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interprestasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.

Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interprestasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan penting. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rahmat 1998:55). Selanjutnya Rahmat menjelaskan yang menentukanm persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.


(28)

Persepsi meliputi juga (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986:54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.

B. MASYARAKAT

B.1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu (WJS Poewodarminto), demikian pengertian masyarakat menurut arti kata.

Defenisi masyarakat yang lain dikemukakan oleh para sarjana seperti:

a. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

b. M.J.Heskovits menulis, bahawa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu.

c. J.L.Gilin j.p Gilin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompok-pengelompokan yang kecil.


(29)

d. S.R. Steinmetz memberikan batasan tentang masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompok-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur.

e. Agak lebih terperinci adalah defenisi Mac Iver, yang berbunyi, bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari pada cara kerja dan prosedur, dari pada otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan dari relasi sosial itulah yang dinamakan masyarakat.

f. Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

g. Hassan Shadilly, masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan atau karena dengan sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai kelompok-kelompok manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan yang erat dan teratur.

h. Prof. M.M Djojodigoeno, SH: masyarakat mempunyai arti ialah arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh lingkungan bangsa dan sebagainya atau dengan perkataan lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup masyarakat. Dalam arti sempit dibatasi oleh aspek-aspek tertentu misalnya territorial bangsa, golongan dan sebagainya, misalnya ada masyarakat jawa, masyarakat sunda, masyarakat minang, masyarakat batak, masyarakat melayu dan sebagainya. Dipakailah kata masyarakat dalam arti sempit.


(30)

Mengingat akan defenisi-defenisi masyarakat tersebut diatas berlainan satu sama lain akan tetap pada dasarnya isinya sama yaitu berobjek pada masyarakat yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

 Harus ada kumpulan manusia minimal 2 orang manusia.

 Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.

 Adanya aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dari tujuan bersama.

Kemudian Soejono Soekanto mengatakan bahwa masyarakat itu adalah mencakup beberapa unsur yaitu:

- Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis minimal ada dua orang yang hidup bersama.

- Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Manusia mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan dan perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur antara manusia dalam kelompok tersebut.

- Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

- Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat dengan yang lainnya.


(31)

Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto tentang masyarakat tersebut, kita dapat memberikan contoh misalnya: keluarga yaitu masyarakat yang terdiri suami istri, (dua orang) dimana mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, ada sisitem integrasi yang mengatur hubungan mereka, ada pembagian tugas antara suami dan istri umpamanya suami mencari nafkah sedangkan istri mengurus rumah dan menyediakan makanan, biasanya disesuaikan dengan adapt istiadat setempat. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat bukannya ada dengan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, tetapi diantara mereka satu sama lain harus ada pertalian dan pertalian tersebut disadari dan diinsyafi oleh kedua pihak dan setiap individu mau tidak mau akan memperhatikan adanya orang lain dalam tiap tindakannya. Apabila cara memperhatikan itu telah menjadi tradisi/dapat/peraturan, maka setiap individu akan tetap memeliharanya walaupun tidak ada orang lain yang melihatnya, tetapi ia selalu tidak berani melanggar aturan masyarakat ini berarti seolah-olah masyarakat itu senantiasa ada disamping kita yang memperhatikan tindak-tanduk kita, yang memberi nasehat dan petunjuk kepada kita misalnya dalam adat istiadat kita biasanya menghormati guru jalan sebelah kiri. Jadi masyarakat itu selalu kita takuti, segani dan kita hormati.

Dipandang dari cara terbentuknya masyarakat dapat dibagi dalam:

1. Masyarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat dan tawanan serta lain-lain. 2. Masyarakat merdeka yang terbagi pula dalam.

a. masyarakat nature yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya seperti gerombolan (horde) menonton pertandingan, suku (stan) yang bertalian karena


(32)

hubungan darah atau keturunan pada umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya.

b. Masyarakat kultur yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan kedunian atau kepercayaan, misalnya: koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya.

B.2. Faktor-faktor yang Mendorong Manusia untuk Hidup Bermasyarakat

Kalau kita meninjau tentang sejarah umat manusia, betapapun jauhnya ke belakang maka manusia selalu bermasyarakat. Masyarakat ini oleh karena adanya manusia dengan demikian telah ada semenjak di dunia ini terdapat 2 (dua) manusia yang mempunyai hubungan satu sama lain, misalnya adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan istrinya hawa. Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan tidak ada satu orang manusiapun sejak dahulu sampai sekarang ini hidup di luar masyarakat, dimana manusia itu sejak ia lahir sampai saat meninggal dunia senantiasa berkecimpung dalam masyarakat, umpamanya seorang anak yang lahir dalam lingkungan suatu keluarga yang dikenalnya mula-mula ibu. Sebab ibu tadilah yang membelainya, mengasihinya dan jarang berpisah dengan anak tersebut. Berturut-turut kemudian sesudah ibunya, bergantung kepada daerah lingkungan dimana anak itu berada. Tetapi biasanya sesudah dengan ibu, anak itu berkenalan dengan seisi rumah atau famili, teman sepermainan, teman sekolah, sampai entah kemana nanti anak itu terjun kedalam masyarakat.


(33)

1. Menurut penelitian “Ellwood” maka kehidupan sosial terus berlangsung karena tumbuh dari suatu biologis yang mewajarkan manusia selalu beragam dalam pelaksanaan tugas-tugas sosial.

Unsur-unsur keharusan biologis dan phsychologis, adalah sebagai berikut:

a. Hasrat berdasarkan naluri (kehendak yang diluar pengawasan) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak demi kelangsungan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi yang lain, kehendak mana akan memaksa ia untuk mencari istri sehingga masyarakat keluarga terbentuk.

b. Dorongan untuk mempertahankan diri. Kelemahan manusia selalu mendesak untuk mencari kekuatan bersama yang berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama-sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari-harinya dengan tenaga

c. Bersama hal ini dapat dilihat kelemahan manusia yaitu manusia selalu membutuhkan perlindungan dari ibu bapaknya dan sebagainya.

d. Dorongan untuk makan, kenyataan membiktikan bahwa penyelenggaraan mencari makanan dengan setiap kelompok akan lebih baik dilakukan dengan kerjasam dari pada oleh tindakan perorangan, demikian pula hasil dari kelompok-kelompok yang memiliki kerjasama yang paling baik pula oleh karenanya setiap individu menghendaki kehidupan kelompok. Selain daripada itu tidak sanggupnya manusia untuk memperoleh bahan kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan manusia lainnya, juga manusia tidak bisa hidup di luar masyarakat karena jiwa manusia selalu rindu kepada masyarakat.


(34)

2. Aliran Organisme.

Herbert Spencer (1820-1903), seseorang kebangsaan Inggris.

Aliran ini beranggapan, berpokok pangkal bahwa manusia itu dapat dipersamakan dengan sel-sel. Kesatuan sel-sel membentuk suatu organisme dan tiap-tiap itu mempunyai fungsi masing-masing:

a. Apabila suatu sel rusak, rusak seluruhnya karena kesatuan sel ini bertumpu pada satu centrum.

b. Satu sel tidak berarti tanpa ada sel yang lain, oleh sebab itulah berkawan-kawan dan membentuk kelompok.

Alasan ini mengandung peersamaan antara organisme dengan manusia, manusia orang seorang tak berarti tanpa adanya orang lain, oleh sebab itu ia berkelompo-kelompok dan membentuk masyarakat. Teori ini harus berlaku sampai permulaan abad 20 tetapi pada abad ke 20 agak sulit menerimanya, sebab orang tidak dapat menerima persamaan antara manusia dan organisme tadi sebab:

a. Organisme bekerja dengan sifat organ dan mekanismenya, sedangkan manusia bekerja dengan otak,pribadi dan sebagainya, manusia berbeda dengan sifat dan pikirannya satu sama lain baik dalam bentuk maupun fisik.

b. Apabila suatu unsur sel rusak,rusak semuanya tapi rusaknya individu belum tentu merusakkan seluruh masyarakat itu.

3. Aliran Imatatie (Meniru)


(35)

berkelompok-kelompok Tarde menambahkan sedikit jelas teori yaitu manusia berkelompok-kelompok karena manusia atas dasar kesadaran manusia itu sendiri.

4. Bergson (lahir 1895) berpendapat bahwa manusia hidup bersama bukan oleh karena persamaannya melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat kedudukan dan sebagainya.

J.Bouman mengatakan bahwa pengertian pergaulan hidup dapat dedefenisikan yaitu pergaulan-pergaulan hidup yang akrab antara manusia dipersamakan dengan cara-cara tertentu oleh hasrat kemasyarakatan mereka. Hasrat-hasrat kemasyarakatan yang dimiliki oleh individu inilah yang mendorong masing-masing individu untuk mencari sesamanya. Hasrat-hasrat yang terdapat pada diri tiap individu antara lain meliputi:

a. Hasrat sosial yaitu merupakan hasrat untuk menggabungkan dirinya dengan individu lainnya dalam bentuk kelompok.

b. Rasa harga diri yaitu harga diri yang tidak hanya tanpak sebagai keinginan atau berharga, melainkan juga untuk supaya kelihatan berharga menurut pendapat orang lain.

c. Hasrat untuk patuh ada rasa untuk menurut dan ada hasrat untuk tunduk dengan sukarela, terpaksa maupun ada motif lainnya.

d. Hasrat meniru adalah hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau terang-terangan, ini merupakan sebagian dari salah satu gejala atau tindakan.

e. Hasrat bergaul yaitu hasrat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu dan kelompok tertentu.


(36)

f. Hasrat tolong menolong dan simpatik yaitu kesanggupan untuk dengan langsung turut merasakan sesuatu dengan orang lain atau sekaligus meringankan beban orang lain.

g. Hasrat berjuang, ini dapat kita lihat adanya persaingan mengalahkan lawan. h. Hasrat memberitahu dan sifat mudah menerima kesan dari orang lain yang bicara.

B.3. Kebudayaan, Masyarakat dan Organisasi Sosial

Batas yang jelas harus dibuat untuk membedakan antara kebudayaan dan masyarakat. Sebagaimana diketahui masyarakat merupakan sekumpulan individu yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang ada di tengah-tengah mereka, sedangkan kebudayaan merupakan sistem yang khusus dari norma-norma, kepercayaan, perbuatan-perbuatan, teknik dan objek-objek yang diwariskan oleh suatu masyarakat dari pada pendahuluannya. Ataupun merupakan suatu sistem yang dibangun sendiri, ataupun diadaptasi dari sumber-sumber lainnya. Kebudayaan sudah barang tentu membutuhkan manusia baik sebagai pendukung maupun sebagai pembentuk.

Konsep kebudayaan haruslah pula kita bedakan tidak saja konsep masyarakat tetapi juga dengan organisasi sosial. Uraian berikut ini denga jelas akan menggambarkan suatu organisasi sosial tanpa kebudayaan sama sekali.

“Makhluk-makhluk kecil seperti semut dan lebah merupakan masyarakat insekt yang hidup berkoloni. Seperti semut dan lebah, mereke juga bergotong-royong mengerjakan tugas-tugas khusus bagi kepentingan organisasi atau koloninya itu, dan mereka hidup secara berkesinambungan dari suatu organisasi keorganisasi lainnya.


(37)

pribadi dengan tugas-tugas tertentu, para prajurit bertugas mengumpulkan makanan, menjaga raja dan ratu serta melayani para prajurit dan pemuda…..”

Organisasi sosial yang berkembang di lingkungan kehidupan manusia tidaklah didasrkan pada warisan yang bersifat fisik melulu. Proses belajar sangat memainkan peranan. Kebudayaan manusia diperlengkapi dengan batasan-batasan tertentu diantaranya keperceyaan yang menyebutkan bahwa setiap insan memiliki derajat dan tingkatan sendiri, setua apapun dia tidak lagi mampu berbuat sesuatu bagi masyarakat dia akan masih tetap dihormati. Untuk memelihara norma-norma yang demikian tidak jarang suatu masyarkat membuat peraturan-peraturan khusus guna menjaga kepentiongan pribadi-pribadi sebagai anggotanya.

Secara umum dapat dikatakan kebudayaan suatu banga atau masyarakat akan memberikan arah, batas-batas dan pola ada organisasi sosialnya yang akan dilaksanakan oleh segenap anggota masyarakat tidak dapat seenaknya saja menumbuhkan suatu organisasi atau kelompok tertentu yang tujuannya sangat bertentengan dengan nilai-nilai kebudayaan secara keseluruhan. Demikian pula halnya dalam menjatuhkan sanksi kepada pelanggar nilai-nilai budaya. Dengan demikian kita melihat bahwa kebudayaan meletakkan dasar-dasar yang sangat ketat bagi sikap, tingkah laku, baik pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok tertentu dari suatu masyarakat.

Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan dari tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi ke dalam suatu jumlah unsur yang tidak terbatas jumlahnya dari keseluruhan unsur-unsur yang


(38)

merupakan suatu kebudayaan yang bulat itu dapat terdiri dari unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar sepeti MPR,DPR dsamping unsur-unsur kecil seperti kancing baju, sisir, sepatu, tas dan sebagainya.

Sosiologi mengklasifikasikan tiap kebudayaan menjadi beberapa unsur. Unsur-unsur pokok atau besar disebut culture universal, hal ini menunjukkan bahwa Unsur- unsur-unsur tersebut bersifat universal artinya dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada di permukaan bumi ini. Mengenai unsur-unsur pokok dari kebudayaan tersebut ada bebrapa pandangan dari beberapa sarjana Melvil Le Y.Herskov mengajukan empat unsur pokok dari kebudayaan yaitu:

a. Alat-alat teknologi b. Sistem ekonomi c. Keluarga

d. Kekuasaan politik

Sarjana lain yaitu C. Kluck Hohn menguraikan ulasan-ulasan para sarjana mengenai pokok unsur dari kebudayaan dan menyimpulkan pendapat-pendapat para sarjana bahwa menunjukkan adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap culture universal yaitu:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat-alat produksi, transport dan sebagainya).


(39)

c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan).

d. Bahasa (lisan maupun tulisan).

e. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya). f. Religi (sistem kepercayaan).

Akhirnya sebagai unsur yang terkecil dari unsur-unsur kebudayaan yang membentuk trait dibagi kedalam alat-alat atau bagian-bagian kecil yang dapat dilepaskan, tetapi hakikatnya satu kesatuan, karena pengertian kebudayaan di atas amat luas, maka selanjutnya Koentjaraningrat merumuskan 3 wujud kebudayaan:

a. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.

b. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. c. Wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ide, sifat, abstrak, tak dapat diraba. Lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing. Wujud ide ini baru nampak bila dibuat dalam karangan atau buku-buku hasil karya. Sekarang kebudayaan ide banyak tersimpan dalam disk, tape, arsip, koleksi mikro film, kartu komputer, dan lain-lain.

Wujud kedua adalah kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat istiadat.


(40)

Wujud ketiga adalah hasil karya manusia. Wujud ini sifatnya paling konkrit, nyata, dapat diraba, dilihat dan difoto. Wujud ketiga ini tidak perlu banyak keterangan lagi, sebab setiap orang bisa melihat, meraba dan merasakannya. Ketiga wujud kebudayaan tersebut apabila dirinci secara khusus kedalam unsur-unsurnya maka kebudayaan itu sedikitnya ada 7 unsur:

a. Sistem religi dan upacara keagamaan b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan c. Sistem pengetahuan

d. Bahasa e. Kesenian

f. Sistem mata pencaharian g. Sistem teknologi dan peralatan

Wujud kebudayaan di atas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam,kekuatan yang ada dalam masyarakat sendiri, yang tidak selalu baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat dapat digunakan untuk melindungi manusia dari ancaman bencana alam. Di samping itu kebudayaan dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian tanpa kebudayaan manusia tidak bisa membentuk peradaban seperti apa yang dipunyai sekarang.


(41)

B.4. Terjadinya Lapisan-lapisan dalam Masyarakat

Adanya sisitem berlapis-lapis dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu dapat pula dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama, seperti biasanya dilakukan terhadap kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi pemerintahan, perusahaan, partai politik, perkumpulan-perkumpulan. Perlu dinyatakan bahwa kekuasaan dan wewenang (power and authority) mempunyai sifat khusus yang penting dalam kehidupan masyarakat yang lain sifatnya dari pada unsur-unsur seperti tanah, uang, benda-benda atau ilmu pengetahuan. Uang, tanah tersebut dapat berbagi-bagi secara bebas diantara anggota masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat itu tetapi lain halnya dengan unsur kekuasaan dan wewenang yang tidak dapat rata kepada semua anggota masyarakat. Maka kemungkinan besar sekali bahwa akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat. Akan tetapi suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur maka kekuasaan dan wewenang yang ada padanya harus dibagi-bagi dengan teratur pula sehingga jelas bagi setiap orang di tempat-tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi vertical dan horizontal.

Biasanya menjadi alasan terjadi lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti kepandaian tingkat umur, pekerjaan, tempat tinggal dan sebagainya. Alasan-alasan ini adalah berlainan bagi tiap-tiap masyarakat yang mata pencaharian pokok berburu hewan yang dijadikan alasan utama adalah kepandaian/kemahiran berburu, pada masyarakat yang sudah menetap dan bercocok tanam maka kerabat pembukah tanah pertama dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi.


(42)

Sistem Berlapis-Lapisan dalam Masyarakat

Sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social strafication) dan dapat pula bersifat terbuka (open social strafication). Pada sistem masyarakat yang bersifat tertutup tidak memungkinkan terjadinya perpindahan seseorang dari suatu lapisan kelapisan yang lebih baik gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian itu satunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sistem yang tetutup ini nyata benar kita lihat pada masyarakat India yang berkasta-kasta, dimana dari kastanya itu sendiri misalnya seseorang laki-laki yang berkasta Brahman hanya boleh kawin dengan seorang wanita dari kasta brahmana juga. Pada masyarakat India dikenal 4 (empat) macam kasta yaitu:

a. Kasta brahmana adalah kasta-kasta dari pendeta yang dipandang sebagai lapisan yang tertinggi.

b. Kasta kasatria adalah kasta orang bangsawan dan tentara, yang dipandang sebagai lapisan yang kedua.

c. Kasta waisya merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan menengah.

d. Kasta cudra adalah kasta orang-orang biasa (rakyat jelata).

Pada zaman feodal dan penjajahan di Indonesia ada juga tanda-tanda lapisan tertutup ini dimana kedudukan raja atau kepala daerah adalah berdasarkan keturunan. Di samping itu kita jumpai pula kelas bangsawan yang anggota bangsawan ini terbentuk dari


(43)

abad pertengahan di eropah terkenal sukarnya memasuki panggilan ningrat, karena yang menentukan syarat-syarat untuk memasuki kelas yang tertinggi tersebut adalah ditentukan oleh orang-orang yang sudah tergolong kedalam kelompok itu.

Sebaliknya dalam sistem terbuka diman setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri naik kelapisan yang atas, sedangkan bagi mereka yang tidak cakap dapat jatuh kelapisan yang bawah, jadi ada kemungkinan untuk perobahan kedudukan (status) adalah hal ini memberi perangsang kepada anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya, dan dengan demikian sistem ini lebih sesuai untuk dijadikan landasan pembangunan daripada sisitem yang tertutup.

C. PELAYANAN

C.1. Pengertian Pelayanan

Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan perbuatan yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, kelompok atau masyarakat. Menurut Moenir (1992: 16) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain sedangkan menurut Syahrir (1991: 154) pelayanan adalah bidang usaha yang dikelolah oleh pemerintah dan ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat yang mempunyai fungsi sosial tanpa beriorientasi pada aspek keuntungan.

Pelayanan pada masyarakat adalah kegiatan dari orang yang dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri pada masyarakat (Westra 1980:273) menurut Syahrir (1991: 156) ada lima unsur yang menentukan kualitas sebuah pelayanan yaitu:


(44)

b. Pelayanan yang diberikan tepat pada waktunya (timely services).

c. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan (continuous services).

d. Pelayanan yang diberikan untuk memenuhi jumlah barang dan jasa (cample services).

e. Pelayanan yang selalu berusaha meningkatkan kualitas dan penampilannya (progressive services).

a. Konsep Pelayanan

Konsep pelayanan yang ada di Indonesia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1) Pemerintah memberi pelayanan secara langsung melalui dinas daerah pada

kegiatan ini kebijakan yang harus dilakukan guna mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat adalah mempunyai unit dinas di daerah agar lebih mampu memudahkan dalam memeberikan pelayanan sesuai dengan bidang tugasnya. 2) Pemerintah menyerahkan fungsi pelayanan kepada masyarakat atau swasta, hal ini

dilakukan karena berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah berfungsi mendorong peran serta masyarakat dan swasta dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat pemerintah berperan sebagai fasilitator dan pengawas terhadap fungsi pelayanan yang telah diberikan.

b. Fungsi Pelayanan


(45)

1. Fungsi pelayanan masyarakat (public service function) a. Pendidikan

b. Kesehatan masyarakat c. Kesehatan lingkungan

d. Perataan jaringan jalan dan taman e. Persediaan air bersih

2. Fungsi bangunan (development function)

a. Perencanaan pembangunan (fisik, sosial, ekonomi dan budaya)

b. Kebijakan pembangunan perekonomian sesuai dengan potensi daerah (kerajinan tangan, pariwisata, dan lain-lain) untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengangguran.

c. Mengatur perizinan, memfasilitasi hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka pengembangan daerah secara ekonomi maupun fisik.

d. Mendorong partisipasi masyarakat secara langsung melalui lembaga masyarakat.

3. Fungsi ketertiban dan keamanan (protective function) a. Penciptaan ketertiban dan ketentraman

b. Perlindungan terhadap bencana alam c. Perlindungan terhadap kebakaran

C.2. Pelayanan Publik

Menelusuri arti pelayanan publik (public service) tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal usul timbulnya istilah pelayanan publik dengan


(46)

kata lain antara kepentingan umum ada kaitannya dengan pelaanan umum. Pelayanan publik timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi.

Pelayanan berasal dari kata “pelayan” yang maksudnya seseorang yang bertugas untuk membantu dan membuat orang lain merasa pas, senang, nyaman dan akan sesuai dengan bidangnya masing-masing (Moenir 1992;17), Moenir mengatakan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang kelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi keputusan orang lain sesuai haknya.

Sementara itu pelayanan publik menurut Gabriel Roth dalam Komorotomo (1994: 70), menyatakan bahwa pelayanan pubilk adalah pelayanan yang disediakan secara umum atau disediakan secara privat. Pelayanan publik ditafsirkan sebagai tanggung jawab pemerintah atas kegiatan yang ditujukan untuk melayanai kepentingan masyarakat dan mempunyai fungsi sosial tanpa beriorientasi pada aspek keuntungan. Tentunya sebagai pihak yang ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, memiliki kriteria-kriteria pelayan yang didambakan Moenir (1994:45), pelayanan yang secara umum didambakan ialah :

a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat, dalam arti tanpa hambatan yang kadang kala dibuat-buat.

b. Memperoleh pelayanan secara wajar.

c. Mendapatkan pelayanan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama.


(47)

d. Pelayanan yang jujur, dimanan apabila ada hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat dielakkan hendaknya diberitahukan sehingga orang tidak menunggu-nunggu sesuatu yang tidak tertentu.

Keempat hal inilah yang menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan/instansi yang bertugas melayani masyarakat.

C.3. Pelayanan Prima

Dalam agenda prilaku pelayanan prima sektor publik SESPANAS LAN ( 1998) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan prima adalah :

a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan/pengguna jasa. b. Pelayanan prima ada bila standar pelayanan.

c. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengna standar, sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan, pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar, dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal.

d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas masyarakat eksternal dan internal. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat seperti yang terdapat dalam agenda Reinvienting Goverment adalah pengembangan organisasi yang bermuara pada terwujudnya a smaller, better, faster and cheaper goverment. Osbprne dan Gaebler (1993) seperti dikutip Sudarsono Hardjosoekarto dalam manajemen pembanganunan No.19/V/April 1997 menyatakan bahwa agenda Reinventing Goverment ini bertumpu pada prinsip costumer driven goverment (pemerintah beriorientasi pada pelanggan).


(48)

Instrument dari prinsip di atas, menurut Sudarsono Hardjosoekarto adalah pembalikan mental model pada birokrat dari keadaan lebih suka dilayani menuju pada lebih suka melayani. Untuk itu perlu disadari bahwa datangnya era pelayanan terbaik kepada masyarakat/pelanggan sangatlah relevan dengan prinsip pengembangan daya saing global.

Variasi perbedaan pengertian tentang kualitas hingga saat ini masih banyak ditemukan. Mulai dari yang konvensional hingga ke yang strategis. Definisi konvensional kualitas yaitu menggambrkan karakteristik langsung suatu produk seperti kinerja (perpormance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (easyto use, estitika 9 esthetics), dan sebagainya. Sedangkan definisi yang strategis menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi atau kebutuhan pelanggan (Gaspersz, 1997).

Manajemen kualitas terpadu (TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatan kinerja secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia (Gaspersz, 1997). Kepuasan pelangggan (masyarakat) dapat dicapai apabila aparatur pemerintah yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan dapat mengerti dan menghayati serta berkeinginan untuk melaksanakan pelayan prima. Untuk dapat melaksanakan pelayanan prima, unsur aparatur seharusnya mengerti pelayanan.

Istilah kepimpinan pelayan pada awalnya muncul dalam karya Robert k.Greenleaf (1970) seperti dikutip Sudarsono Hardjosoekarto (1994), yang berjudul the servant as leader (pelayanan sebagai pemimpin). Salah satu tujuan penulis buku Greenleaf ini


(49)

lebih baik dan peduli. Kepemimpin pelayan menekankan pada peningkatan pelayanan kepada orang lain yang merupakan sebuah pendekatan holistik dalam pekerjaan dan rasa kemasyarakatan. Jawaban atas pertanyaan siapa pemimpin pelayan itu. Greenleaf dalam Sudarsono Hardjosoekarto (1994), menyatakan bahwa pemimpin pelayanan adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan. Selanjutnya Greenleaf menyatakan bahwa pada hakekatnya orang ingin melayani-melayani lebih dulu kemudian pilihan sadar membawa orang berkeinginan untuk memimpin. Hal ini memanifestasikan diri dalam kepedulian yang diambil oleh pelayan yang mula-mula memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani.

Kepemimpinan-pelayan membahas realitas kekuasaan dalam kehidupan sehari-hari termasuk legitimasinya, kekangan etikanya atas hal itu dan hasil yang menguntungkan yang dapat dicapai melalui penggunaan kekuasaan yang semestinya (The New York seperti dikutip Larry Spears).

Selanjutnya larry Spears melalui karya Greenleaf seperti dikutip Sudarsono Hardjosoekarto (1994), mengidentifikasi sepuluh ciri khas pemimpin-pelayan :

a. Mendengarkan : secara tradisional, pemimpin dihargai karena keahlian komunikasi dan pembuatan keputusan mereka. Pemimpin-pelayanan harus memperkuat keahlian yang penting dengan memberikan komitmen. Mendengarkan dipadukan dengan masa renungan yang teratur, mutlak penting bagi pertumbuhan pemimpin-pelayan.

b. Empati : pemimpin-pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada orang lain.


(50)

c. Menyembuhkan : belajar menyembuhkan merupakan daya yang kuat untuk perubahan interaksi. Salah satu kekuatan yang besar kepemimpin-pelayan adalah kemungkinan untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain.

d. Kesadaran umum, dan terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin-pelayan. Membuat komitmen untuk meningkatkan kesadaran. Ini adalah hal yang mengagumi dan menggugah. Pemimpin yang cakap biasanya terjaga sepenuhnya dan secara rasional merasa terganggu. Mereka bukan pencari penghiburan. Akan tetapi mereka memliki batinnya sendiri.

e. Bujukan atau persuasi : ciri khas pemimpin-pelayan lainnya adalah mengandalkan wewenang karena kedudukan dalam membuat keputusan dalam organisasi. Pemimpin-pelayan berusaha meyakinkan, pemimpin-pelayan efekif dalam membangun consensus dalam kelompok.

f. Konseptualisasi : pemimpin-pelayan berusaha memelihara kemampuan untuk memiliki impian besar. Kemampuan untuk melihat suatu masalah (sebuah organisasi) dari perspktif konseptualisasi yang berarti bahwa orang harus mengusahakan keseimbang yang rumit antara konseptualisasi dan fokus sehari-hari.

g. Kemampuan meramalkan kemungkinan hasil satu situasi yang sulit didefinsikan, tetapi mudah dikenal. Walaupun demikian, ini layak mendapatkan perhatian cermat.

h. Kemampuan melayani : Peter block dalam karyanya Stewaerdship and Empowered Manager seperti dikutip Spear mendefinsikan kemampuan melayani


(51)

(Stewardship) dengan pengertian ”memegang sesuatu dengan kepercayaan kepada orang lain”.

i. Komitmen terdapat pertumbuhan manusia : pemipin-pelayan berkeyakinan bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik melampaui sumbangan nyata sebagai pekerja. Dalam sifatnya yang seperti ini, pemipin-pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, professional, dan spiritual setiap individu dalam lembaga. j. Membangun masyarakat :peimipin-pelayan menyadari bahwa pergeseran dari

komtimen lokal kelembagaan yang lebih besar sebagai pembentuk utama kehidupan manusia telah mengubah persepsi kita dan menyebabkan adanya rasa kehilangan tertentu. Pemimpin-pelayan memperlihatkan kemampuan yang tidak trebatas utnuk kelompok spesifik yang berhubungan dengan masyarakat.

C.3. Manajemen Kualitas Pelayan

Ketika pelanggan mempunyai suatu urusan/keperluan pada sebuah organisasi, baik organisasi pemerintahan maupun swasta, ia akan merasa senang atau tidak senang saat dilayani oleh petugas. Jika pelanggan merasa senang dilayani oleh petugas tersebut, maka pelayan petugas sangat memuaskan atau pelayan petugas berkualitas. Sebaliknya, ketika pelangan merasa dirugikan aparat akibat pelayanannya berbelit-belit, tidak terbuka/transpran tentang apa yang diinginkan oleh aparat itu, maka dapat dikatakan pelayanannya tidak berkualitas.

Suatu pertanyaan yang perlu mendapat jawaban ialah mengapa pelanggan tidak mendapat pelayanan seperti yang diharapkan. Apakah semua persyaratan telah dilengkapi. Jika semua persyaratan telah dilengkapi tetapi pelanggan tidak mendapatkan


(52)

pelayanan yang memuaskan, maka dapat disimpulkan bahwa mungkin terdapat sesuatu yang belum terbaca atau belum terdapat memorandum of understanding antara pelayan di suatu pihak dan pelanggan yang sedang dalam proses pelayanan di lain pihak.

Untuk mendapatkan jawaban kepastian kualitas pelayanan, diperlukan kesepahaman tentang aturan main pelayanan yang diberikan, baik dari sisi aparatur pelayanan maupun pelanggan.

Gasper (1997) menyatakan bahwa kualitas adalah :

” Segala sesuatu yang mapu memnuhi keinginan atau kebutuhan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of custumers).”

Sedangkan, kualitas seperti dijelaskan dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai tingkat baik burunya sesuatu atau pribadi yang baik dalam bentuk laku seseorang yang baik yang dapat dijadikan teladan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Kualitas juga dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, kesesuaian dengan pihak pemakai atau bebas dari kerusakan/cacat. Untuk itu kualitas pelayanan adalah suatu kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan prinsip: lebih muda, lebih baik, cepat, tepat, akurat, ramah, sesuai dengan harapan pelanggan.

Kualitas pelayanan juga dapat diartikan sebagai kegiatan pelayanan yang diberikan kepad seseorang atau orang lain, organisasi pemerintah/swasta (sosial, politik, LSM, dan lain-lain) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kualitas pelayanan sektor publik adalah pelayanan yang memusakan masyarakat sesuai dengan standar pelayanan dan azas-azas pelayanan publik/pelanggan.


(53)

Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam pembeian layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suau pembakuan pelayanan yang baik.

D. APARATUR PEMERINTAH

Bagaimanapun manusia itu hidup seorang diri, ia tidak dapat lepas dari peraturan, baik peraturan itu yang yang dibuatnya sendiri maupun yang dipaksakan oleh lingkungannya. Hal ini karena adanya keterbatasan kemampuan yang bersangkutan. Dengan demikian kebebasan mutlak yang abadi itu tidak ada.

Pada awalnya peraturan tersebut dapat berbentuk cara dan corak kerja, yang pada gilirannya nanti menjadi suatu sisitem yang berangkai, yang kompleksitasnya tergantung tingkat budaya seseorang atau sekelompok orang. Bersamaan dengan munculnya Negara sebagai organisasi terbesar yang relatif awet, maka pemerintahan mutlak harus ada untuk membarenginya. Yaitu munculnya keberadaan dua kelompok orang yang memerintah di satu pihak yang memerintah di lain pihak.

Hubungan-hubungan antara yang memerintah dan diperintah itulah menjadi obyek pemerintahan, karena dalam hubungan-hubungan tersebut akan ditemui berbagai peristwa dan gejala pemerintahan. Pada umumnya gejala dan peristiwa tersebut tidak terjadi satu kali, tetapi karena berbagai jenis peristiwa dan gejala pemerintahan tersebut beraneka ragam temponya, maka dibedakan menjadi peristiwa pemerintahan sekali lalu dengan peristiwa pemerintahan berulang kali.


(54)

Sebagai contoh, pemilihan pimimpinan adalah termasuk peristiwa berulang kali karena sering diselenggarakan, sedangkan pembentukan suatu Negara dapat dikategorikan peristiwa pemerintahan sekali lalu karena jarang terjadi. Secara etimologi, pemerintahan dapat diartikan sebagai berikut di bawah ini:

a. Perintah berarti melakukan menyuruh. Yang berarti di dalamnya terdapat dua pihak, yaitu yang memerintah memiliki wewenang dan yang diperintah memiliki kepatuhan akan keharusan.

b. Setelah ditambah awalana ”pe” menjadi pemerintah, yang berati badan yang melakukan kekuasaan pemerintah.

c. Setelah ditambah lagi akhiran ”an” menjadi pemerintahan berarti perbuatan, cara, hal atau urusan dari badan yang memerintah tersebut.

Perkembangan ilmu pemerintahan di indonesia, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ilmu pemerintahan di negara-negara yang pernah menjajah bangsa Indonesia. Hal tersebut menuntut kebijakan publik yang mampu mendorong masyarakat untuk mempertahankan ekstensi, pertumbuhan, perkembangan sistem kehidupan nasional, serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara yang kesemuanya dapat diwujudkan melalui mekanisme sistem pemerintahan yang baik (Good Governance).

D.1. Sistem Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)

Pola-pola penyelenggaraan pemerintha yang cenderng sentralistik dan kurangnya perhatian terhadap perkembangan ekonomi, sosial dan politik masyarakat harus ditinggalkan, dan diarahkan seiring dengan tuntutan masyarakat yang menghendaki :


(55)

2. Kepemerintahan yang menghormati hak-hak asasi manusia dan pelaksanaan demokrasi.

3. Penyelenggaraan kepemerintahan yang menjamin kepastian hukum, keterbukaan, profesional dan akuntabel.

4. Kepemerintahan yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat tanpa deskriminasi.

Tuntutan masyarakat yang tergambar di atas, dapat terwujud apabila dapat terciptanya suatu sistem kepemerintahan yang baik, dimana secara utuh dapat didefenisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan terjdinya mekanisme peyelenggaraan pemerintahan Negara yang efesien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyaraktat.

Ketiga unsur sistem kepemerintahan tersebut diperlukan untuk mendukung pembangunan masyarakat berkelanjutan, fungsi masing-masing unsur tersebut dapat dipilih-pilih sebagai berikut :

a. Negara, berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif. b. Swasta, mendorong terciptanya lapangan kerja dan pendapatan masyarakat.

c. Masyarakat, mewadahi interaksi sosial politik, moralitas kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi sosial dan politik.

Untuk dapat memwujudkan kepemerintahan yang baik beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan antara lain:


(56)

Prinsip Kepastian hukum

Untuk mendukung prinsip tersebut, maka perlu diupayakan :

 Desentralisasi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan publik dan lain-lain yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.

 Sistem hukum yang benar dan adil, meliputi hukum nasional, hukum adat etika kemasyarakatan.

 Pemberdayaan pranata huku, meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga permasyarakatan. Pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh DPR, dunia pers dan masyarakat umum secara transparan, adil dan dapat dipertanggungjawabkan.

D.2.Pemerintah Daerah dan Desa

Pendayagunaan aparatur pemerintah daerah dimaksudkan untuk: pertama, mewujudkan aparatur daerah yang mampu, efektif, efesien bersih dan berwibawa dalam melaksankan tugas pemerintahan umum dan pembangunan daerah. Kedua, untuk memwujudkan keserasian dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban pemerintah dan pembangunan di daerah, sesuai dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantu (medebewind).

D.3.Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Saling berhubungan dan kerja sama aparatur pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan berbagai urusan makin serasi dan meningkat. Peranan pemerintah


(57)

daerah dalam mengelola keuangan dan pendapatan daerah terus ditingakatkan dan disempurnakan, antara lain dalam hal :

1. Mobilisasi dan yang digali dari potensi daerah sendiri secara wajar dan tertib serta dengan berwawasan kesatuan yang berlandaskan prinsip otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggung jawab.

2. Peningkatan kemampuan organisasi.

3. Desentralisasi dalam perencanaan program serta pengambilan keputusan dalam memilih proyek-proyek daerah dan pelaksanaannya.

4. Perbaikan sistem pemantauan agar pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan dapat dioptimalkan.

5. Penyempurnaan kebijaksanaan subsidi bantuan peminjaman yang dapat mendorong peningkatan pendapatan pemerintah daerah dan masyarakat daerah setempat.

D.4 Pendayagunaan Kelembagaan

Pendayagunaan kelembagaan meliputi langkah-langkah penataan kembali susunan organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan desa, hubungan pemerintah pusat dan daerah, serta perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, semuanya ini bertujuan agar wewenang, tanggung jawab, tugas dan fungsi dari setiap urusan lembaga-lembaga. Pemerintah menjadi lebih jelas dan tidak tumpang tindih. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan aparatur pemerintah benar-benar dapat menampung beban dan tuntutan kerja, dalam rangka melaksanakan pembangunan dan meningkatkan pelayanan bagi masyarakat secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.


(58)

E. Konsep Pemikiran

Sasaran upaya pendayagunaaan aparatur pemerintah harus terarah pada penyempurnaan seluruh unsur sistem admistrasi pemerintahan, baik aspek kelembagaan, aspek kepegawaian maupun aspek ketatalaksanaannya, termasuk sistem dan administrasi perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengawasan. Upaya tersebut merupakan kelanjutan dari langkah-langkah tahun-tahun sebelumnya, bertujuan untuk menciptakan aparatur yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan berwibawa, mampu melaksanakan tugas-tugas pemerintahan umum dan pembangunan yang dilandasi semangat dan sikap pengabdian bagi Negara dan masyarakat, serta menumbuhkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat. Keseluruhannya itu merupakan bagian tak terpisah dari keseluruhan strategi, kebijaksanaan dan rencana pembangunan nasional yang didasarkan dan merupakan pengalaman Pancasila dan UUD 1945.

Keberhasilan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik sangat ditentukan oleh keterlibatan dan sinergi tiga faktor utama yaitu aparat pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Dalam peyelenggaraan pemerintahan, aparat pemerintahan merupakan salah satu faktor penting yang memegang kendali proses berlangsungnya governance.

Keterlibatan aparat pemerintahan dalam mendukung keberhasilan peyelenggaraan pemerintahan sangat ditentukan antara lain oleh pemahaman terhadap konsep tata pemerintahan yang baik serta pengalamannya yang sangat terkait dengan birokrasi dan manajemen birokrasi pemerintahan.


(59)

F. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional F.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secar abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Untuk memfokuskan penelitian maka perlu adanya konsep-konsep yang membatasi masalah serta penyampaian persepsi tentang apa yang diteliti, adapun definisi konsepnya sebagai berikut :

a. Persepsi adalah hasil hubungan antara manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam kesadaran (kognisi) yang mempengaruhi memori ingatan tentang pengalaman diinderakan akan mempengaruhi.

b. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu. c. Pelayanan adalah bidang usaha yang dikelola pemerintah dan ditujukan utnuk

melayani kepentingan masyarakat yang mempunyai fungsi sosial tanpa beriorientasi pada aspek keuntungan.

d. Aparatur pemerintahan adalah seseorang yang bekerja disebuah instansi yaitu instansi pemerintahan yang bergerak dalam bidang pemerintahan.

F.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Untuk menjelaskan penelitian dan memberikan fokus pada penilitian ini maka perlu diuraikan definsi operasional yang merupakan uraian spesifik dari apa yang akan diteliti dangan kata lain konsep yang telah dikemukakan di


(60)

atas akan dioperasionalkan. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi dalam penelitian ini akan diukur dan dioperasionalkan melalui nilai-nilai dan sikap, kepribadian, motif-motif, kepentingan-kepentingan, pengalaman, dan harapan-harapan.

2. Pelayanan akan dinilai dengan prinsip-prinsip pelayanan aparatur pemerintah sebagai berikut :

 Kesederhanaan prosedur  Kejelasan

 Kepastian waktu

 Kelengkapan sarana dan prasarana

 Keamanan, tanggung jawab, kedisplinan, kesopanan, dan keramahan  Kenyamanan

3. Faktor yang mempengaruhi pelayanan pada masyarakat dilihat melalui :  Faktor kesadaran melalui prilaku

 Faktor aturan  Faktor pendapatan

 Faktor sarana pelayanan yang menyangkut segala peralatan, perlengkapan, kerja, dan fasilitas utama dan pembantu pelaksanaan pemerintahan


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, berusaha mendeskripsikan bentuk persepsi masyarakat terhadap pelayanan aparatur pemerintah pada kantor camat Medan Johor.

B. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dan tujuan dalam penelititan maka daerah yang menjadi lokasi dalam penelitian ini pada kantor camat Kecamatan Medan Johor.

C. Populasi dan Sampel C.1. Populasi

Menurut Sugitono (2000:27) populasi adalah wilayah generalis yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Secara umum populasi diartikan sebagai seluruh anggota kelompok yang sudah ditentukan karakteristiknya dengan jelas, baik itu kelompok orang, objek atau kejadian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang sedang mendapatkan pelayanan publik di kantor kecamatan Medan Johor.


(62)

C.2. Sampel

Berdasarkan uraian tersebut peneliti menentukan sample dengan menggunakan cara sampling aksidental, menurut Sugyono (2000:1) adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :

a. Studi kepustakaan data, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkana data-data yang diperlukan melalui buku-buku, internet serta tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.

b. Studi lapangan, yaitu mengumpulkan data-data langsung dari obyek yang diteliti melalui penyebaran kuesioner yang akan diberikan kepada responden.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini digunakan teknik analisa kuantitatif dengan menyajikan data hasil kuesioner selanjutnya dibuat tabel frekuensi, yang disusun secara sisitematis sehingga dapat mendeskripsikan hasil sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1. Proses Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

Penelitian yang baik seharusnya dapat mengungkapkan dan menyajikan data dengan baik. Pengumpulan data di lapangan harus obyektif, dapat dipercaya, dan bernilai ilmiah. Oleh karena itu dalam pengumpulan data di lapangan peneliti mengambil langkah-langkah yang meliputi:

1. Persiapan awal

Pada tahap ini dipersipkan hal-hal seperti:

- Pengumpulan referensi dan masukan-masukan yang ada hubungannya dengan topik permasalahan

- Teori-teori yang dikembangkan

- Keterangan-keterangan yang mendahului masalah

- Pengajakan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan infermasi yang berkaitan dengan topik penelitian terutama mengenai kegiatan aparatur pemerintahan.

2. Penyusunan kuesioner

Tujuannya adalah untuk menjaring data yang dibutuhkan guna menjawab permasalahan yang diajukan dalam sebuah penelitian. Kuesioner yang berupa pertanyaan yang dikembangkan dengan variasi pertanyaan terbuka dan tertutup.


(64)

Adapun hal yang dijaring dalam kuesioner adalah:

- Tanggapan masyarakat mengenai pelayanan aparatur pemerintah di kantor camat Medan Johor.

A.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kantor camat Medan Johor yang bertempat di Jalan Karya Cipta No. 18 Medan. Adapun alasan peneliti memilih di kantor camat Medan Johor, karena merupakan setting disesuaikan dengan skripsi

A.3. Sejarah Berdirinya Kantor Camat Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota Medan berada pada ketinggian 12 dari permukaan laut, yang sebelumnya termasuk kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Deli Tua Kabupatan Deli Serdang. Masuknya Kecamatan Medan Johor ke Wilayah Kotamadya Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 tanggal 10 Mei 1973 yang luas arealnya ± 3.228 Ha dan terdiri dari 10 Kelurahan.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara, tanggal 19 Oktober 1987 Nomor : 140 / K / 1978 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Medan, yang salaah satu diantaranya terdapat di Kecamatan Medan Johor. Dengan demikian jumlah Kelurahan yang tadinya hanya 10 maka setelah keluarnya SK tersebut jumlah Kelurahan di Kecamatan Medan Johor menjadi 11 Kelurahan.


(65)

Terakhir dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991, Kecamatan Medan Johor mengalami pemekaran sehingga jumlah keluraahan menjadi 6 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Suka Maju 2. Kelurahan Titi Kuning 3. Kelurahan Kedai Durian 4. Kelurahan Pangkalan Masyur 5. Kelurahan Gedung Johor 6. Kelurahan Kwala Berkala

Selama terbentuknya Kecamatan Medan Johor dari tahun 1973 sampai dengan saat ini dapat dilihat daftar nama - nama Camat yang pernah menjabat sebagai Kepala Wilayah di Kecamataan Medan Johor yaitu :

Tabel 4.1

NO NAMA CAMAT MASA BAKTI

1. Adnan Ramli 1974 s/d 1977 2. Drs. Gandhi Diapari Tambunan 1977 s/d 1979 3. B.S Parlaungan 1979 s/d 1985

4. Drs. Zainal Arifin Nasution, BA 1985 s/d 1988 (Telah meninggal dunia tahun 2003)

5. Drs. Ramli 1988 s/d 1993 6. Ahmad Husni Nasution, BA 1993 s/d 1998 7. Drs. Farit Wajedi 1988 s/d 1999


(66)

8. H. Dammikrot, S. Sos, M.Si 1999 s/d 2004

9. Nasib, S.Sos, M.si Februari 2004 s/d 06 Des 2006 10. Pulungan Harahap, SH, M.Si 06 Des 2006 s/d saat ini

Dari beberapa mantan Camat Medan Johor yang menunjukkan prestasi kerja / kinerja yang sangat di banggakan adalah Bapak Drs. H. RAMLI, MM. menjabat sebagai Walikota Medan sejak tahun 2005, yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Kota Medan dan sekarang mendampingi Drs. H. Abdillah, Ak, MBA yang terpilih dalam pemilihan Kepala Daerah secara Langsung Kota Medan 2005.

A.4. Batas-batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Medan Johor merupakan daerah pemukiman penduduk, daerah pengembangan wisata dan berada di kawasan pinggiran bahagian Selatan Kota Medan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas areal keseluruhan ± 1.696 Ha, yang terdiri dari 6 Kelurahan, memiliki 81 Lingkungan dengan batas-batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimoon dan Medan Polonia, Medan Kota, Medan Baru dan Medan Selayang.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe dan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas.


(1)

3 Budaya tips

4 Aturan yang tidak jelas

5 Tidak tepat waktu/keterlambatan 6 Ketidak ramahan pelayanan

7 Hasil yang diinginkan

16. Apakah menurut anda kondisi pelayanan aparat pemerintahan sudah sesuai dengan yang anda kehendaki?

a. Sudah b. Belum

17. Menurut anda apakah dengan kondisi sekarang ini, kualitas pelayanan dapat terangkat?

a. Dapat b. Tidak dapat

18. Bagaimana pemahaman saudara tentang kemudahan prosedur pelayanan di kantor Camat Medan Johor ?

a. Mudah b. Tidak mudah

19. Bagaimana pendapat saudara tentang kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya ?

a. Serius b. Tidak serius

20. Bagaimana pendapat anda tentang keadilan untuk mendapatkan pelayanan di kantor Camat Medan Johor ?


(2)

b. Tidak adil

21. Bagaimana jumlah personil dinas/instansi yang menangani pengurusan pelayanan selama ini ?

a. Kurang banyak b. Cukup

c. Sangat banyak

22. Bagaimana pendapat saudara tentang kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan ?

a. sopan dan ramah b. tidak sopan dan ramah

23. Bagaimana pendapat saudara tentang kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan?

a. Wajar b. Tidak wajar

24. Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan pelayanan di kantor Camat Medan Johor ?

a. Aman b. Tidak aman

25. Bagaiman menurut anda kecepatan pelayanan di kantor Camat Medan Johor ? a. Cepat


(3)

27. Bagaimana menurut anda kenyamanan dilingkungan unit pelayanan di kantor Camat Medan Johor ?

a. Nyaman b. Tidak nyaman

28. Apakah setiap anda mengurus sesuatu selalu diperlukan uang tips agar pengurusan surat-surat berjalan lancar ?

a. Tidak b. Harus

29. Apakah prosedur dalam pengurusan surat-surat di kantor Camat Medan Johor terlalu berbelit-belit dan susah ?

a. Tidak sulit b. Sulit


(4)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN APARATUR PEMERINTAH DI KANTOR CAMAT MEDAN JOHOR

(UNTUK MASYARAKAT)

Salam sejahtera bagi bapak dan ibu, semoga selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dengan ketulusan hati, kami sangat berharap bantuan bapak dan ibu untuk mengisi kuisioner penelitian Persepsi Masyarakat Terhadap Pelayanan Aparatur Pemerintah di Kantor Camat Medan Johor.

Penelitian ini adalah untuk kepentingan menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) di Universitas Sumatera Utara.

Semoga dengan bantuan bapak dan ibu, penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan dapat memperkaya wacana keilmuan yang sedang peneliti tekuni sekarang. Atas partisipasinya kami ucapkan terimakasih

Peneliti


(5)

Petunjuk:

a. Setelah saudara membaca dan mengerti/memahami benar-benar pertanyaan yang telah kami paparkan, jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban.

b. Untuk pertanyaan yang membutuhkan alasan dan pendapat saudara, dapat ditulis sendiri atau dibantu oleh pewancara


(6)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : ROSI HENDRI YANTI NIM : 040902017

DEPARTEMEN : ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

JUDUL : PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN

APARATUR PEMERINTAH DI KECEMATAN MEDAN JOHOR

MEDAN, 5 JUNI 2008 PEMBIMBING

(Agus Suriadi, S.Sos, M.Si) NIP. 132 086 735

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Drs. Matias Siagian, M.Si) NIP. 132 054 339