MASYARAKAT 1. Pengertian Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA

13 Persepsi meliputi juga pengetahuan, yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan Gibson, 1986:54. Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19 mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi. B. MASYARAKAT B.1. Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu WJS Poewodarminto, demikian pengertian masyarakat menurut arti kata. Defenisi masyarakat yang lain dikemukakan oleh para sarjana seperti: a. Linton seorang ahli antropologi mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. b. M.J.Heskovits menulis, bahawa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu. c. J.L.Gilin j.p Gilin mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompok-pengelompokan yang kecil. Universitas Sumatera Utara 14 d. S.R. Steinmetz memberikan batasan tentang masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang meliputi pengelompok-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur. e. Agak lebih terperinci adalah defenisi Mac Iver, yang berbunyi, bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari pada cara kerja dan prosedur, dari pada otoritas dan saling bantu-membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu berubah atau jaringan-jaringan dari relasi sosial itulah yang dinamakan masyarakat. f. Selo Soemardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. g. Hassan Shadilly, masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan atau karena dengan sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai kelompok-kelompok manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan yang erat dan teratur. h. Prof. M.M Djojodigoeno, SH: masyarakat mempunyai arti ialah arti sempit dan arti luas. Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi oleh lingkungan bangsa dan sebagainya atau dengan perkataan lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup masyarakat. Dalam arti sempit dibatasi oleh aspek-aspek tertentu misalnya territorial bangsa, golongan dan sebagainya, misalnya ada masyarakat jawa, masyarakat sunda, masyarakat minang, masyarakat batak, masyarakat melayu dan sebagainya. Dipakailah kata masyarakat dalam arti sempit. Universitas Sumatera Utara 15 Mengingat akan defenisi-defenisi masyarakat tersebut diatas berlainan satu sama lain akan tetap pada dasarnya isinya sama yaitu berobjek pada masyarakat yang mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:  Harus ada kumpulan manusia minimal 2 orang manusia.  Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.  Adanya aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dari tujuan bersama. Kemudian Soejono Soekanto mengatakan bahwa masyarakat itu adalah mencakup beberapa unsur yaitu: - Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada, akan tetapi secara teoritis minimal ada dua orang yang hidup bersama. - Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Manusia mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan dan perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur antara manusia dalam kelompok tersebut. - Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. - Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat dengan yang lainnya. Universitas Sumatera Utara 16 Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto tentang masyarakat tersebut, kita dapat memberikan contoh misalnya: keluarga yaitu masyarakat yang terdiri suami istri, dua orang dimana mereka bercampur untuk waktu yang cukup lama, ada sisitem integrasi yang mengatur hubungan mereka, ada pembagian tugas antara suami dan istri umpamanya suami mencari nafkah sedangkan istri mengurus rumah dan menyediakan makanan, biasanya disesuaikan dengan adapt istiadat setempat. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat bukannya ada dengan hanya menjumlahkan adanya orang-orang saja, tetapi diantara mereka satu sama lain harus ada pertalian dan pertalian tersebut disadari dan diinsyafi oleh kedua pihak dan setiap individu mau tidak mau akan memperhatikan adanya orang lain dalam tiap tindakannya. Apabila cara memperhatikan itu telah menjadi tradisidapatperaturan, maka setiap individu akan tetap memeliharanya walaupun tidak ada orang lain yang melihatnya, tetapi ia selalu tidak berani melanggar aturan masyarakat ini berarti seolah-olah masyarakat itu senantiasa ada disamping kita yang memperhatikan tindak-tanduk kita, yang memberi nasehat dan petunjuk kepada kita misalnya dalam adat istiadat kita biasanya menghormati guru jalan sebelah kiri. Jadi masyarakat itu selalu kita takuti, segani dan kita hormati. Dipandang dari cara terbentuknya masyarakat dapat dibagi dalam: 1. Masyarakat paksaan, misalnya Negara, masyarakat dan tawanan serta lain-lain. 2. Masyarakat merdeka yang terbagi pula dalam. a. masyarakat nature yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya seperti gerombolan horde menonton pertandingan, suku stan yang bertalian karena Universitas Sumatera Utara 17 hubungan darah atau keturunan pada umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaannya. b. Masyarakat kultur yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan kedunian atau kepercayaan, misalnya: koperasi, kongsi perekonomian, gereja dan sebagainya. B.2. Faktor-faktor yang Mendorong Manusia untuk Hidup Bermasyarakat Kalau kita meninjau tentang sejarah umat manusia, betapapun jauhnya ke belakang maka manusia selalu bermasyarakat. Masyarakat ini oleh karena adanya manusia dengan demikian telah ada semenjak di dunia ini terdapat 2 dua manusia yang mempunyai hubungan satu sama lain, misalnya adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama dengan istrinya hawa. Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan tidak ada satu orang manusiapun sejak dahulu sampai sekarang ini hidup di luar masyarakat, dimana manusia itu sejak ia lahir sampai saat meninggal dunia senantiasa berkecimpung dalam masyarakat, umpamanya seorang anak yang lahir dalam lingkungan suatu keluarga yang dikenalnya mula-mula ibu. Sebab ibu tadilah yang membelainya, mengasihinya dan jarang berpisah dengan anak tersebut. Berturut-turut kemudian sesudah ibunya, bergantung kepada daerah lingkungan dimana anak itu berada. Tetapi biasanya sesudah dengan ibu, anak itu berkenalan dengan seisi rumah atau famili, teman sepermainan, teman sekolah, sampai entah kemana nanti anak itu terjun kedalam masyarakat. Universitas Sumatera Utara 18 1. Menurut penelitian “Ellwood” maka kehidupan sosial terus berlangsung karena tumbuh dari suatu biologis yang mewajarkan manusia selalu beragam dalam pelaksanaan tugas-tugas sosial. Unsur-unsur keharusan biologis dan phsychologis, adalah sebagai berikut: a. Hasrat berdasarkan naluri kehendak yang diluar pengawasan untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak demi kelangsungan keturunan-keturunan dari suatu generasi ke generasi yang lain, kehendak mana akan memaksa ia untuk mencari istri sehingga masyarakat keluarga terbentuk. b. Dorongan untuk mempertahankan diri. Kelemahan manusia selalu mendesak untuk mencari kekuatan bersama yang berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama-sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari- harinya dengan tenaga c. Bersama hal ini dapat dilihat kelemahan manusia yaitu manusia selalu membutuhkan perlindungan dari ibu bapaknya dan sebagainya. d. Dorongan untuk makan, kenyataan membiktikan bahwa penyelenggaraan mencari makanan dengan setiap kelompok akan lebih baik dilakukan dengan kerjasam dari pada oleh tindakan perorangan, demikian pula hasil dari kelompok-kelompok yang memiliki kerjasama yang paling baik pula oleh karenanya setiap individu menghendaki kehidupan kelompok. Selain daripada itu tidak sanggupnya manusia untuk memperoleh bahan kebutuhannya sehari-hari tanpa bantuan manusia lainnya, juga manusia tidak bisa hidup di luar masyarakat karena jiwa manusia selalu rindu kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara 19 2. Aliran Organisme. Herbert Spencer 1820-1903, seseorang kebangsaan Inggris. Aliran ini beranggapan, berpokok pangkal bahwa manusia itu dapat dipersamakan dengan sel-sel. Kesatuan sel-sel membentuk suatu organisme dan tiap-tiap itu mempunyai fungsi masing-masing: a. Apabila suatu sel rusak, rusak seluruhnya karena kesatuan sel ini bertumpu pada satu centrum. b. Satu sel tidak berarti tanpa ada sel yang lain, oleh sebab itulah berkawan-kawan dan membentuk kelompok. Alasan ini mengandung peersamaan antara organisme dengan manusia, manusia orang seorang tak berarti tanpa adanya orang lain, oleh sebab itu ia berkelompo- kelompok dan membentuk masyarakat. Teori ini harus berlaku sampai permulaan abad 20 tetapi pada abad ke 20 agak sulit menerimanya, sebab orang tidak dapat menerima persamaan antara manusia dan organisme tadi sebab: a. Organisme bekerja dengan sifat organ dan mekanismenya, sedangkan manusia bekerja dengan otak,pribadi dan sebagainya, manusia berbeda dengan sifat dan pikirannya satu sama lain baik dalam bentuk maupun fisik. b. Apabila suatu unsur sel rusak,rusak semuanya tapi rusaknya individu belum tentu merusakkan seluruh masyarakat itu. 3. Aliran Imatatie Meniru Tokoh-tokoh Lipps Jerman, Badwin Amerika. Aliran ini beranggapan bahwa manusia berkelompok-kelompok karena meniru orang lain. Apa sebabnya manusia Universitas Sumatera Utara 20 berkelompok-kelompok Tarde menambahkan sedikit jelas teori yaitu manusia berkelompok-kelompok karena manusia atas dasar kesadaran manusia itu sendiri. 4. Bergson lahir 1895 berpendapat bahwa manusia hidup bersama bukan oleh karena persamaannya melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat kedudukan dan sebagainya. J.Bouman mengatakan bahwa pengertian pergaulan hidup dapat dedefenisikan yaitu pergaulan-pergaulan hidup yang akrab antara manusia dipersamakan dengan cara- cara tertentu oleh hasrat kemasyarakatan mereka. Hasrat-hasrat kemasyarakatan yang dimiliki oleh individu inilah yang mendorong masing-masing individu untuk mencari sesamanya. Hasrat-hasrat yang terdapat pada diri tiap individu antara lain meliputi: a. Hasrat sosial yaitu merupakan hasrat untuk menggabungkan dirinya dengan individu lainnya dalam bentuk kelompok. b. Rasa harga diri yaitu harga diri yang tidak hanya tanpak sebagai keinginan atau berharga, melainkan juga untuk supaya kelihatan berharga menurut pendapat orang lain. c. Hasrat untuk patuh ada rasa untuk menurut dan ada hasrat untuk tunduk dengan sukarela, terpaksa maupun ada motif lainnya. d. Hasrat meniru adalah hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau terang- terangan, ini merupakan sebagian dari salah satu gejala atau tindakan. e. Hasrat bergaul yaitu hasrat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu dan kelompok tertentu. Universitas Sumatera Utara 21 f. Hasrat tolong menolong dan simpatik yaitu kesanggupan untuk dengan langsung turut merasakan sesuatu dengan orang lain atau sekaligus meringankan beban orang lain. g. Hasrat berjuang, ini dapat kita lihat adanya persaingan mengalahkan lawan. h. Hasrat memberitahu dan sifat mudah menerima kesan dari orang lain yang bicara. B.3. Kebudayaan, Masyarakat dan Organisasi Sosial Batas yang jelas harus dibuat untuk membedakan antara kebudayaan dan masyarakat. Sebagaimana diketahui masyarakat merupakan sekumpulan individu yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang ada di tengah-tengah mereka, sedangkan kebudayaan merupakan sistem yang khusus dari norma-norma, kepercayaan, perbuatan- perbuatan, teknik dan objek-objek yang diwariskan oleh suatu masyarakat dari pada pendahuluannya. Ataupun merupakan suatu sistem yang dibangun sendiri, ataupun diadaptasi dari sumber-sumber lainnya. Kebudayaan sudah barang tentu membutuhkan manusia baik sebagai pendukung maupun sebagai pembentuk. Konsep kebudayaan haruslah pula kita bedakan tidak saja konsep masyarakat tetapi juga dengan organisasi sosial. Uraian berikut ini denga jelas akan menggambarkan suatu organisasi sosial tanpa kebudayaan sama sekali. “Makhluk-makhluk kecil seperti semut dan lebah merupakan masyarakat insekt yang hidup berkoloni. Seperti semut dan lebah, mereke juga bergotong-royong mengerjakan tugas-tugas khusus bagi kepentingan organisasi atau koloninya itu, dan mereka hidup secara berkesinambungan dari suatu organisasi keorganisasi lainnya. Kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam koloni mereka melahirkan pula pribadi- Universitas Sumatera Utara 22 pribadi dengan tugas-tugas tertentu, para prajurit bertugas mengumpulkan makanan, menjaga raja dan ratu serta melayani para prajurit dan pemuda…..” Organisasi sosial yang berkembang di lingkungan kehidupan manusia tidaklah didasrkan pada warisan yang bersifat fisik melulu. Proses belajar sangat memainkan peranan. Kebudayaan manusia diperlengkapi dengan batasan-batasan tertentu diantaranya keperceyaan yang menyebutkan bahwa setiap insan memiliki derajat dan tingkatan sendiri, setua apapun dia tidak lagi mampu berbuat sesuatu bagi masyarakat dia akan masih tetap dihormati. Untuk memelihara norma-norma yang demikian tidak jarang suatu masyarkat membuat peraturan-peraturan khusus guna menjaga kepentiongan pribadi- pribadi sebagai anggotanya. Secara umum dapat dikatakan kebudayaan suatu banga atau masyarakat akan memberikan arah, batas-batas dan pola ada organisasi sosialnya yang akan dilaksanakan oleh segenap anggota masyarakat tidak dapat seenaknya saja menumbuhkan suatu organisasi atau kelompok tertentu yang tujuannya sangat bertentengan dengan nilai-nilai kebudayaan secara keseluruhan. Demikian pula halnya dalam menjatuhkan sanksi kepada pelanggar nilai-nilai budaya. Dengan demikian kita melihat bahwa kebudayaan meletakkan dasar-dasar yang sangat ketat bagi sikap, tingkah laku, baik pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok tertentu dari suatu masyarakat. Unsur-Unsur Kebudayaan Kebudayaan dari tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi ke dalam suatu jumlah unsur yang tidak terbatas jumlahnya dari keseluruhan unsur-unsur yang Universitas Sumatera Utara 23 merupakan suatu kebudayaan yang bulat itu dapat terdiri dari unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar sepeti MPR,DPR dsamping unsur-unsur kecil seperti kancing baju, sisir, sepatu, tas dan sebagainya. Sosiologi mengklasifikasikan tiap kebudayaan menjadi beberapa unsur. Unsur- unsur pokok atau besar disebut culture universal, hal ini menunjukkan bahwa unsur- unsur tersebut bersifat universal artinya dijumpai pada setiap kebudayaan yang ada di permukaan bumi ini. Mengenai unsur-unsur pokok dari kebudayaan tersebut ada bebrapa pandangan dari beberapa sarjana Melvil Le Y.Herskov mengajukan empat unsur pokok dari kebudayaan yaitu: a. Alat-alat teknologi b. Sistem ekonomi c. Keluarga d. Kekuasaan politik Sarjana lain yaitu C. Kluck Hohn menguraikan ulasan-ulasan para sarjana mengenai pokok unsur dari kebudayaan dan menyimpulkan pendapat-pendapat para sarjana bahwa menunjukkan adanya tujuh unsur kebudayaan yang dianggap culture universal yaitu: a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat-alat produksi, transport dan sebagainya. b. Mata pencarian hidup dan sistem ekonomi pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 24 c. Sistem kemasyarakatan sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan. d. Bahasa lisan maupun tulisan. e. Kesenian seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya. f. Religi sistem kepercayaan. Akhirnya sebagai unsur yang terkecil dari unsur-unsur kebudayaan yang membentuk trait dibagi kedalam alat-alat atau bagian-bagian kecil yang dapat dilepaskan, tetapi hakikatnya satu kesatuan, karena pengertian kebudayaan di atas amat luas, maka selanjutnya Koentjaraningrat merumuskan 3 wujud kebudayaan: a. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan. b. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. c. Wujud benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama adalah wujud ide, sifat, abstrak, tak dapat diraba. Lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing. Wujud ide ini baru nampak bila dibuat dalam karangan atau buku-buku hasil karya. Sekarang kebudayaan ide banyak tersimpan dalam disk, tape, arsip, koleksi mikro film, kartu komputer, dan lain-lain. Wujud kedua adalah kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat istiadat. Universitas Sumatera Utara 25 Wujud ketiga adalah hasil karya manusia. Wujud ini sifatnya paling konkrit, nyata, dapat diraba, dilihat dan difoto. Wujud ketiga ini tidak perlu banyak keterangan lagi, sebab setiap orang bisa melihat, meraba dan merasakannya. Ketiga wujud kebudayaan tersebut apabila dirinci secara khusus kedalam unsur-unsurnya maka kebudayaan itu sedikitnya ada 7 unsur: a. Sistem religi dan upacara keagamaan b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan c. Sistem pengetahuan d. Bahasa e. Kesenian f. Sistem mata pencaharian g. Sistem teknologi dan peralatan Wujud kebudayaan di atas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam,kekuatan yang ada dalam masyarakat sendiri, yang tidak selalu baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat dapat digunakan untuk melindungi manusia dari ancaman bencana alam. Di samping itu kebudayaan dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian tanpa kebudayaan manusia tidak bisa membentuk peradaban seperti apa yang dipunyai sekarang. Universitas Sumatera Utara 26 B.4. Terjadinya Lapisan-lapisan dalam Masyarakat Adanya sisitem berlapis-lapis dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu dapat pula dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama, seperti biasanya dilakukan terhadap kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi pemerintahan, perusahaan, partai politik, perkumpulan-perkumpulan. Perlu dinyatakan bahwa kekuasaan dan wewenang power and authority mempunyai sifat khusus yang penting dalam kehidupan masyarakat yang lain sifatnya dari pada unsur-unsur seperti tanah, uang, benda-benda atau ilmu pengetahuan. Uang, tanah tersebut dapat berbagi-bagi secara bebas diantara anggota masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat itu tetapi lain halnya dengan unsur kekuasaan dan wewenang yang tidak dapat rata kepada semua anggota masyarakat. Maka kemungkinan besar sekali bahwa akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat. Akan tetapi suatu masyarakat hendak hidup dengan teratur maka kekuasaan dan wewenang yang ada padanya harus dibagi-bagi dengan teratur pula sehingga jelas bagi setiap orang di tempat-tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi vertical dan horizontal. Biasanya menjadi alasan terjadi lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti kepandaian tingkat umur, pekerjaan, tempat tinggal dan sebagainya. Alasan-alasan ini adalah berlainan bagi tiap-tiap masyarakat yang mata pencaharian pokok berburu hewan yang dijadikan alasan utama adalah kepandaiankemahiran berburu, pada masyarakat yang sudah menetap dan bercocok tanam maka kerabat pembukah tanah pertama dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Universitas Sumatera Utara 27 Sistem Berlapis-Lapisan dalam Masyarakat Sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat dapat bersifat tertutup closed social strafication dan dapat pula bersifat terbuka open social strafication. Pada sistem masyarakat yang bersifat tertutup tidak memungkinkan terjadinya perpindahan seseorang dari suatu lapisan kelapisan yang lebih baik gerak pindahnya itu ke atas atau ke bawah. Di dalam sistem yang demikian itu satunya jalan untuk masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sistem yang tetutup ini nyata benar kita lihat pada masyarakat India yang berkasta-kasta, dimana dari kastanya itu sendiri misalnya seseorang laki-laki yang berkasta Brahman hanya boleh kawin dengan seorang wanita dari kasta brahmana juga. Pada masyarakat India dikenal 4 empat macam kasta yaitu: a. Kasta brahmana adalah kasta-kasta dari pendeta yang dipandang sebagai lapisan yang tertinggi. b. Kasta kasatria adalah kasta orang bangsawan dan tentara, yang dipandang sebagai lapisan yang kedua. c. Kasta waisya merupakan kasta para pedagang yang dianggap sebagai lapisan menengah. d. Kasta cudra adalah kasta orang-orang biasa rakyat jelata. Pada zaman feodal dan penjajahan di Indonesia ada juga tanda-tanda lapisan tertutup ini dimana kedudukan raja atau kepala daerah adalah berdasarkan keturunan. Di samping itu kita jumpai pula kelas bangsawan yang anggota bangsawan ini terbentuk dari keturunan-keturunan raja atau keturunan pembesar-pembesar golongan kerajaan. Dalam Universitas Sumatera Utara 28 abad pertengahan di eropah terkenal sukarnya memasuki panggilan ningrat, karena yang menentukan syarat-syarat untuk memasuki kelas yang tertinggi tersebut adalah ditentukan oleh orang-orang yang sudah tergolong kedalam kelompok itu. Sebaliknya dalam sistem terbuka diman setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri naik kelapisan yang atas, sedangkan bagi mereka yang tidak cakap dapat jatuh kelapisan yang bawah, jadi ada kemungkinan untuk perobahan kedudukan status adalah hal ini memberi perangsang kepada anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya, dan dengan demikian sistem ini lebih sesuai untuk dijadikan landasan pembangunan daripada sisitem yang tertutup. C. PELAYANAN C.1. Pengertian Pelayanan