Pengaruh Aroma Terhadap Kemampuan Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

(1)

PENGARUH AROMA TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

MEINISA RISKY AMELIA 051301014

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Aroma Terhadap Kemampuan Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Februari 2012

Meinisa Risky Amelia NIM 051301014


(3)

Pengaruh Aroma terhadap Kemampuan Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

Meinisa Risky Amelia dan Ika Sari Dewi, M.Si.,psikolog ABSTRAK

Masa perkuliahan adalah masa di mana individu dapat menuntut ilmu untuk menggapai cita-cita yang diharapkan yang mungkin sudah dirancang dari semasa kecil. Untuk dapat meraih cita-cita tersebut, individu dituntut untuk belajar secara optimal. Akal dapat diperoleh karena adanya memori atau ingatan yang ada di otak individu. Tanpa adanya memori, proses kehidupan individu tidak akan berlangsung dengan baik karena memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Memori merupakan cara-cara dimana individu mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman masa lalu yang dapat digunakan saat ini (Tulving & Craik, dalam Sternberg, 2006).

Menggunakan metode yang dapat digunakan individu untuk membangkitkan kemampuan mengingat merupakan hal yang sangat penting, khususnya dalam proses belajar di dunia pendidikan. Memori akan lebih mudah terbentuk dengan menggunakan stimulus. Salah satu stimulus yang dapat digunakan untuk membantu membangkitkan kemampuan mengingat adalah aroma atau bau-bauan. Menurut Chu & Downes (2000) bau-bauan merupakan stimulus sangat kuat yang secara spontan memberikan tanda emosi dan data autobiographical. Pada penelitian ini aroma yang disajikan terdiri dari dua macam, yaitu aroma green tea yang akan diberikan pada kelompok eksperimen dan aroma lavender yang akan diberikan pada kelompok kontrol.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh aroma terhadap kemampuan mengingat jangka pendek. Penelitian ini dilakukan pada 60 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan

randomized matched two group design. Metode analisis data yang

digunakan adalah paired sample t test karena setiap subjek penelitian terlebih dahulu dipasangkan sesuai dengan kapasitas kemampuan memori mereka.

Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberikan aroma green tea dan aroma lavender terhadap kemampuan mengingat jangka pendek pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. Nilai signifikansi uji t diperoleh sebesar 0,633 dan nilai t hitung diperoleh sebesar -0,483 dengan nilai t tabel untuk derajat bebas 29 adalah sebesar 2,045. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung yang lebih kecil dibandingkan dengan t tabel membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberi aroma green tea dan aroma lavender terhadap kemampuan mengingat jangka pendek.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Aroma Terhadap Kemampuan Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari banyak pihak maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Mukhris, SH dan Ibunda Sudarmawaty, R.S yang telah dengan sabar telah merawat dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, serta telah memberikan pendidikan terbaik dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Psikologi USU.

2. Prof. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

3. Ika Sari Dewi, S.Psi.,psikolog selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Lili Garliah, M.Si.,psikolog, Etti Rahmawati, M.Si. dan Rahmi M.Si. yang telah membimbing penulis dalam penyusunan metode penelitian eksperimen ini.


(5)

5. Elvi Andriani Yusuf, M. Si.,psikolog selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan yang berhubungan dengan proses perkuliahan mulai dari semester I sampai dengan sekarang.

6. Seluruh sahabat dan teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan saran, dan kritik dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan pegawai yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis baik selama proses perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

Seluruh isi skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Medan, Februari 2012


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH………...……..1

B. RUMUSAN MASALAH...……….11

C. TUJUAN PENELITIAN……...………..12

D. MANFAAT PENELITIAN ………...…………12

E. SISTEMATIKA PENULISAN………..………13

BAB II LANDASAN TEORI A. OTAK………...………..…15

1. Otak Depan…………....………...………15

2. Otak Tengah………...………...…17

3. Otak Belakang………...…...………....17

B. MEMORI………...………....18

1. Definisi Memori………...………18

2. Jenis Memori………...……….19

3. Pemrosesan Informasi dalam Memori………..20

4. Tahapan Memori…………...………...….21

5. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Memori..25

C. AROMA………...……….28

1. Sensasi………..………...31

2. Persepsi………...……….33

3. Cara Kerja Indera Penciuman………...……...34


(7)

E. PENGARUH AROMA TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT JANGKA PENDEK MAHASISWA….40

F. HIPOTESA PENELITIAN……….44

BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN…….….45

B. DEFINISI OPERASIONAL…...………...45

1. Definisi Operasional Eksperimental…...…………..45

2. Definisi Operasional Terukur………..….47

C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL………..….48

D. TEKNIK KONTROL……….…..50

E. RANCANGAN PENELITIAN……….…...51

F. INSTRUMEN PENELITIAN……….……….51

1. Validitas………..…………52

2. Reliabilitas………...…………53

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN…….53

1. Tahap Persiapan………...…53

2. Tahap Pelaksanaan………...…55

3. Tahap Pengolahan Data………...…57

H. METODE ANALISIS DATA………...…57

1. Teknik Uji……….57

2. Rumusan Hipotesis Statistik……….58

3. Tingkat Kepercayaan………58

4. Kriterian Penerimaan Hipotesis………58

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISA DATA………...…...59

1. Gambaran Subjek Penelitian……….59

2. Hasil Utama Penelitian……….62


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN………...71

B. SARAN………..72

1. Saran Praktis……….72

2. Saran Metodologis………72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kapasitas Kemampuan Memori yang Diperoleh Melalui Tes Intelijensi

Tabel 2 : Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Angkatan Tabel 3 : Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tabel 4 : Uji Homogenitas Levine Test

Tebel 5 : Deskripsi Nilai Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Mengingat Tabel 6 : Hasil Uji-t


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Model Tahapan Memori dari Atkinson dan Shiffirin Gambar 2 : Siklus Indera Penciuman


(11)

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skor Mentah Tes Kemampuan Mengingat KE Lampiran 2 : Skor Mentah Tes Kemampuan Mengingat KK Lampiran 3 : Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 4 : Uji Normalitas Lampiran 5 : Uji homogenitas Lampiran 6 : Uji-t

Lampiran 7 : Daftar Aitem (Try Out) Lampiran 8 : Daftar Aitem (penelitian)


(12)

Pengaruh Aroma terhadap Kemampuan Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara

Meinisa Risky Amelia dan Ika Sari Dewi, M.Si.,psikolog ABSTRAK

Masa perkuliahan adalah masa di mana individu dapat menuntut ilmu untuk menggapai cita-cita yang diharapkan yang mungkin sudah dirancang dari semasa kecil. Untuk dapat meraih cita-cita tersebut, individu dituntut untuk belajar secara optimal. Akal dapat diperoleh karena adanya memori atau ingatan yang ada di otak individu. Tanpa adanya memori, proses kehidupan individu tidak akan berlangsung dengan baik karena memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Memori merupakan cara-cara dimana individu mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman masa lalu yang dapat digunakan saat ini (Tulving & Craik, dalam Sternberg, 2006).

Menggunakan metode yang dapat digunakan individu untuk membangkitkan kemampuan mengingat merupakan hal yang sangat penting, khususnya dalam proses belajar di dunia pendidikan. Memori akan lebih mudah terbentuk dengan menggunakan stimulus. Salah satu stimulus yang dapat digunakan untuk membantu membangkitkan kemampuan mengingat adalah aroma atau bau-bauan. Menurut Chu & Downes (2000) bau-bauan merupakan stimulus sangat kuat yang secara spontan memberikan tanda emosi dan data autobiographical. Pada penelitian ini aroma yang disajikan terdiri dari dua macam, yaitu aroma green tea yang akan diberikan pada kelompok eksperimen dan aroma lavender yang akan diberikan pada kelompok kontrol.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh aroma terhadap kemampuan mengingat jangka pendek. Penelitian ini dilakukan pada 60 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan

randomized matched two group design. Metode analisis data yang

digunakan adalah paired sample t test karena setiap subjek penelitian terlebih dahulu dipasangkan sesuai dengan kapasitas kemampuan memori mereka.

Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberikan aroma green tea dan aroma lavender terhadap kemampuan mengingat jangka pendek pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. Nilai signifikansi uji t diperoleh sebesar 0,633 dan nilai t hitung diperoleh sebesar -0,483 dengan nilai t tabel untuk derajat bebas 29 adalah sebesar 2,045. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung yang lebih kecil dibandingkan dengan t tabel membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kelompok yang diberi aroma green tea dan aroma lavender terhadap kemampuan mengingat jangka pendek.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa perkuliahan adalah masa di mana individu dapat menuntut ilmu untuk menggapai cita-cita yang diharapkan yang mungkin sudah dirancang dari semasa kecil. Untuk dapat meraih cita-cita tersebut, individu dituntut untuk belajar secara optimal. Proses belajar yang dilalui individu tidak lepas dari keikutsertaan akal yang dimiliki oleh setiap individu, karena dengan adanya akal, individu dapat berpikir, memecahkan masalah dan mengelola informasi yang ada di lingkungan tempat individu berada. Akal dapat diperoleh karena adanya memori atau ingatan yang ada di otak individu. Tanpa adanya memori, proses kehidupan individu tidak akan berlangsung dengan baik karena memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Memori merupakan cara-cara dimana individu mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman masa lalu yang dapat digunakan saat ini (Tulving & Craik, dalam Sternberg, 2006). Memori tidak hanya kemampuan menyimpan apa yang telah dialaminya, tetapi juga termasuk kemampuan untuk menerima (encoding) informasi yang masuk ke memori, kemudian informasi tersebut disimpan (storage) pada memori, dan mengingat kembali (retrieval) informasi yang telah disimpan tadi apabila informasi tersebut dibutuhkan (Walgito, 1994). Ingatan dapat gagal pada salah satu dari ketiga tahapan tersebut jika individu tidak dapat mengingat informasi yang masuk,


(14)

hal ini terjadi karena adanya kegagalan dalam proses pemasukan informasi, penyimpanan informasi, atau dalam tahap pengingatan kembali (Atkinson, 1983).

Menurut Gunawan (2003), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi memori individu, diantaranya adalah informasi yang tidak relevan dan tidak penting, adanya interferensi atau gangguan, pecahnya perhatian, keadaan fisik yang lelah, pengaruh zat kimia tertentu, dan emosi. Hal-hal yang dapat mempengaruhi memori tersebut bukan tidak mungkin dialami mahasiswa yang sedang melakukan proses belajar di bangku perkuliahan, terlebih lagi yang menyangkut dengan suasana hati yang merupakan bagian dari emosi. Menurut Lahey (2004), emosi merupakan perasaan positif atau negatif yang pada umumnya bereaksi terhadap rangsangan yang disertai dengan gairah fisiologis dan perilaku yang terkait. Emosi dikenal memainkan peran yang penting dalam memori, kadang-kadang dapat menghambat memori dan kadang-kadang-kadang-kadang dapat mengubahnya. Banyak individu yang tidak menyadari bahwa emosi sering kali memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Selain itu, emosi juga memberi energi dan berperan penting dalam komunikasi sosial (Papalia, 2004; Paser & Smith, 2007). Keadaan emosi individu akan mempengaruhi proses belajarnya karena perhatian individu terhadap lingkungan akan berkurang intensitasnya pada saat berada pada emosi negatif. Hal ini akan mengakibatkan pemrosesan informasi tidak berjalan dengan efektif dan berdampak pada kemampuan mengingat individu (Hunt & Ellis, 20004). Emosi negatif merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang


(15)

dirasakan individu yang berupa perasaan cemas, marah, rasa bersalah dan kesedihan (Watson, dalam King, 2010).

Peneliti melakukan wawancara pada sekitar 80 mahasiswa pada masing-masing fakultas yang ada di USU. Hasil dari wawancara tersebut didapat bahwa rata-rata mahasiswa yang melakukan perkuliahan pada siang hari yang dimulai dari pukul 13.00 wib sampai 18.00 wib mengalami masalah yang berhubungan dengan suasana hati mahasiswa. Menurut mahasiswa tersebut, pada jam-jam yang dianggap “rawan” untuk melakukan proses belajar adalah pukul 13.00 wib keatas, karena pada jam-jam tersebut motivasi mahasiswa untuk belajar sudah mulai menurun. Hal ini disebabkan karena keadaan fisik mahasiswa yang sudah lelah, terlebih lagi mahasiswa sudah menjalani perkuliahan dari pagi. Selain kondisi fisik yang lelah, rasa ngantuk juga dialami sebagian besar mahasiswa yang menjalani perkuliahan di siang hari, rasa bosan, sampai malas memperhatikan materi yang disampaikan oleh dosen karena materi yang disampaikan terlalu sulit ataupun materi yang disampaikan bersifat hitungan. Hal-hal tersebut yang dianggap mahasiwa dapat menghilangkan konsentrasi pada saat perkuliahan berlangsung. Menurut Hunt dan Ellis (2004), suasana hati sangat berperan dalam proses pemahaman individu, karena suasana hati individu akan mempengaruhi proses belajarnya karena perhatian individu terhadap lingkungan akan berkurang intensitasnya pada saat berada pada emosi negatif. Hal ini akan mengarahkan pemrosesan informasi tidak berjalan dengan efektif dan akan berdampak pada kemampuan mengingat individu.


(16)

Dari wawancara yang telah dilakukan pada sejumlah mahasiswa yang ada di Fakultas Psikologi dapat disimpulkan bahwa, permasalahan yang sering muncul pada mahasiswa pada saat mahasiswa menjalani perkuliahan pada siang hari seperti hilangnya konsentrasi mahasiswa karena dipengaruhi faktor-faktor yang dapat memicu emosi negatif, seperti keadaan mengantuk, lelah, dan kurang semangatnya mahasiswa pada saat belajar di siang hari. Mahasiswa fakultas Psikologi yang melakukan perkuliahan pada siang hari dan bahkan sampai sore hari pun merasakan bahwa sering hilangnya konsentrasi yang disebabkan karena keadaan lelah yang dialami oleh individu, terlebih lagi mahasiswa yang melakukan perkuliahan dari pagi dan dilanjuti lagi sampai sore hari. Hal lain yang dianggap mahasiswa menjadi permasalahan saat kuliah pada siang hari adalah pada saat mahasiswa diberi kuis dadakan oleh dosen, terlebih lagi materi yang diberikan bersifat hafalan dan hitungan yang tentu saja menuntut mahasiswa untuk dapat mencurahkan konsentrasi yang penuh agar dapat memahami materi yang diberikan. Dengan keadaan emosi negatif yang dimiliki selama perkuliahan, mahasiswa tidak mendapatkan hasil akhir yang diharapkan.

Dalam proses belajar, emosi positif sangat dibutuhkan dalam pembentukan memori. Hal ini senada dengan Powless dan Nielson (2004) yang menyatakan bahwa emosi positif dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak kepada pemanggilan informasi. Sebaliknya emosi negatif akan merangsang pengeluaran hormon stres kortisol yang akan menghambat fungsi hippocampus yang sangat berperan dalam pembentukan memori (Nadel dkk, dalam Lahey, 2003). Pada proses pembelajaran tentu saja yang


(17)

menjadi fokus utamanya adalah emosi positif karena selain dapat memicu

arousal, keadaan emosi positif juga menimbulkan suasana hati yang positif

dimana suasana hati berperan penting dalam proses pemahaman. Terganggunya pemahaman individu terhadap sesuatu akan mengakibatkan tidak efektifnya kemampuan individu dalam mengingat (Hunt & Ellis, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellis (dalam Hunt & Ellis, 2004) menemukan bahwa siswa-siswi yang sedang bersedih (mood negatif) melakukan banyak kesalahan dalam mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung kontradiksi. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman mereka terhadap suatu masalah menjadi terganggu akibat mood yang negatif. Terganggunya pemahaman individu terhadap suatu hal akan mengakibatkan tidak efektifnya kemampuan individu dalam mengingat.

Menggunakan metode yang dapat digunakan individu untuk membangkitkan kemampuan mengingat merupakan hal yang sangat penting, khususnya dalam proses belajar di dunia pendidikan. Memori akan lebih mudah terbentuk dengan menggunakan stimulus dan stimulus tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses masuknya suatu informasi ke dalam otak. Salah satu stimulus yang dapat digunakan untuk membantu membangkitkan kemampuan mengingat adalah aroma atau bau-bauan. Menurut Chu & Downes (2000) bau-bauan merupakan stimulus sangat kuat yang secara spontan memberikan tanda emosi dan data autobiographical. Lahey (2003) menyatakan stimulus adalah berbagai aspek yang berasal dari dunia luar yang secara langsung mempengaruhi prilaku


(18)

individu. Bau atau aroma, baik menyenangkan ataupun tidak menyenangkan dapat berdampak pada suasana hati (Rouby et al, 2002).

Bau atau aroma mempunyai peran yang sangat kuat. Bau mempengaruhi individu pada tingkat fisik. Psikologis, dan sosial. Secara umum, aroma mengelilingi manusia dan tanpa disadari batapa pentingnya aroma atau bau dalam kehidupan manusia. Bau dapat membangkitkan tanggapan emosional yang kuat. Semua aroma yang terkait dengan pengalaman yang baik dapat membawa kegembiraan dengan cepat. Aroma yang tidak menyenangkan juga dapat membuat memori individu menjadi buruk. Responden pada sebuah survey mencatat bahwa kebanyakan aroma yang dihirup, baik suka maupun tidak suka didasarkan pada asosiasi emosional. Asosiasi tersebut dapat cukup kuat membuat aroma yang umumnya diberi label menyenangkan menjadi tidak menyenangkan bagi individu tertentu (Classen dkk, 1994).

Bebauan akan mengaktifkan wilayah primitif di otak seperti amigdala dan thalamus yang merespon bahaya, kesenangan dan makanan. Oleh karena itu, babauan asing akan mendapat prioritas besar dalam otak. Salah satu bagian yang secara khusus peka terhadap aroma adalah sistem limbik (Jensen, 2007). Sistem limbik adalah pusat dari emosi dan memori. Bau dapat menimbulkan perasaan yang kuat dan mendasar pada semua makhluk hidup. Individu mengalami emosi yang kuat atau teringat pada hal tertentu ketika mencium bau tertentu yang berhubungan pada suatu peristiwa di kehidupan sehari-hari (Ericksen, 2002).


(19)

Aroma secara tidak langsung dapat meningkatkan retensi ingatan individu. Menurut Rouby (2002) aroma baik menyenangkan ataupun tidak menyenangkan berdampak pada suasana hati. Menurut Zimbardo (2006) suasa hati merupakan bagian dari emosi dimana suasana hati merupakan keadaan emosi tertentu yang dipicu oleh faktor eksternal tertentu. Perubahan mood kerap kali mempengaruhi gairah individu untuk melakukan sesuatu atau bahkan bisa mempengaruhi keputusan dan tindakan individu, termasuk mempengaruhi individu dalam hal kemampuan mengingat. Oleh karena itu perlu adanya stimulus yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan daya ingat. Salah satu stimulus yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengingat adalah aroma. Penggunaan aroma yang menyenangkan dapat digunakan pada saat individu mengalami suasana hati yang negatif, dan penggunaan aroma dapat menimbulkan efek santai dan tenang, berpengaruh terhadap suasana hati, menenangkan saraf dan juga dapat meningkatkan retensi ingatan individu pada informasi yang dipelajari.

Ada beberapa penelitian yang menghubungkan aroma dengan ingatan. Penelitian yang dilakukan di Yale University yang melibatkan 72 mahasiswa (36 laki-laki, 36 perempuan) yang berhubungan dengan aroma. Aroma yang digunakan pada eksperimen ini adalah aroma coklat. Aroma tersebut disebarluaskan ke dalam ruangan laboratorium dengan ukuran 35’ x 11’. Eksperimen ini terdiri dari 40 kata sifat dalam bahasa inggris. Subjek berpartisipasi dalam dua sesi eksperimen selama 24 jam. Pada sesi pertama, subjek diminta untuk menulis kebalikan dari setiap kata. Keesokan harinya, mereka diberi waktu 10 menit untuk meyelesaikan tugas yang sama, dengan


(20)

menjawab paling tidak setengah dari jawaban aslinya. Penelitian yang menggunakan aroma juga dilakukan oleh Jennifer Ret. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aroma lavender diyakini dapat meningkatkan daya ingat dalam belajar, mendapatkan efek yang menyenangkan selama belajar, dapat menimbulkan efek santai dan tenang, berpengaruh pada mood, meningkatkan retensi ingatan pada informasi yang dipelajari. Hal ini ditunjukkan dari kelompok eksperimen yang terpapar aroma lavender lebih tepat dalam mengingat kata-kata yang diujikan daripada kelompok control yang tidak terpapar aroma apapun. Selain itu, aroma juga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kornelius dan Anggadewi menghasilkan bahwa aroma lemon dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Pitman (2004) dalam bukunya yang berjudul Aromatherapy: A

Practical Approach dengan menghirup aroma lavender maka akan

meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Selain itu, lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian lemon digunakan menenangkan suasana. Aroma yang menyenangkan dapat membantu individu semakin percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan saraf, tetapi tetap membuat individu sadar.

Sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang aroma, fenomena dampak aroma terhadap kemampuan mengingat juga dialami beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera


(21)

Utara. Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

“ Aku biasanya kalo mau belajar maunya dalam keadaan tenang, lingkungan tempat aku belajar pun harusnya dalam keadaan tenang juga, bebas dari bau yang gak enak pastinya. Biasanya aku pakek pengharum ruangan yang baunya enak supaya lebih rileks. Kalo lingkungan belajar udah nyaman, pastinya belajar jadi lebih enak dan materi yang udah dipelajari pasti lebih gampang untuk diingat.

R. Purba (Komunikasi Personal, 13 Oktober 2011)

“ Aku punya pengalaman waktu lagi belajar di kelas. Tiba-tiba ada bau yang gak enak banget. Bau itu kayak bau ee’ kucing. Tau lah itu bau kali. Tiba-tiba aja aku gak mood lagi buat belajar, kepalaku langsung pusing pusing. Apalagi waktu siang itu cuaca panas kali. Untung aja baunya gak lama. Maunya di kelas dipasang pengharum ruangannya. Jadi kalo tiba-tiba ada bau yang gk enak lagi, gak sempat ganggu perkuliahan karena ketutup wanginya ruangan yang enak, semangat belajar pun jadi gak sempat kendor . ”

M (Komunikasi personal, 13 Oktober 2011)

Dari wawancara yang dilakukan di Fakultas Psikologi, di dapat bahwa aroma yang kurang menyenangkan dapat mengganggu proses belajar mengajar yang mahasiswa alami. Terlebih lagi pada siang hari dimana suasana hati yang mahasiswa alami sudah mulai jelek karena berbagai faktor, diantaranya mengantuk, cuaca yang panas, lelah, dan ditambah lagi bau-bauan yang terkadang muncul ditengah-tengah proses belajar mengajar yang membuat turunnya semangat mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan yang akan berdampak pada hasil akhir dari proses perkuliahan, yaitu nilai.

Selain aroma lavender, melon dan rosemarry yang telah dijelaskan sebelumnya, ada aroma lain yang banyak digunakan di kehidupan sehari-sehari. Contohnya seperti aroma teh hijau. Selain daun teh yang dipercaya


(22)

sebagai anti oksidan untuk menangkal radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh individu dalam kehidupan sehari-hari, ternyata aroma teh hijau juga banyak digunakan untuk terapi penyakit seperti penyakit kanker, tetapi penelitian tentang aroma teh hijau belum banyak dilakukan terlebih lagi penelitian yang membahas pengaruh aroma teh hijau dalam meningkatan daya ingat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aroma lavender merupakan aroma yang telah banyak diteliti oleh para peneliti di luar negeri dan semua hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aroma lavender dapat meningkatkan daya ingat. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti aroma lain yang biasa peneliti teliti untuk pengobatan, yaitu aroma green tea. Penelitian aroma green tea terhadap kemampuan mengingat belum teruji kebenarannya. Aroma green tea yang diteliti adalah aroma yang digunakan oleh para ilmuan untuk mengobatan penyakit luar yang berhubungan dengan rasa sakit, seperti pasca operasi pada pasien. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa aroma green tea dipercaya dapat meringankan rasa sakit pada pasien pasca operasi, karena aroma green tea dapat menimbulkan efek tenang pada pasien sehingga pasien dapat melupakan rasa sakit yang dideritanya. Oleh sebab itu, peneliti inging melihat apakah aroma green tea dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemilihan aroma yang digunakan untuk meningkatkan daya ingat individu selain aroma lavender yang terlebih dahulu telah terbukti efektif dalam peningkatan daya ingat.


(23)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan aroma terhadap kemampuan mengingat jangka pendek pada mahasiswa Fakultas Psikologi. Aroma yang digunakan pada penelitian ini adalah aroma green tea dan aroma lavender. Penelitian eksperimen ini menggunakan dua kelompok. Dua kelompok tersebut merupakan kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan berupa aroma green tea dan kelompok kontrol yang diberikan aroma lavender. Alasan peneliti menempatkan aroma lavender pada kelompok kontrol adalah karena aroma lavender adalah aroma yang telah sering diteliti oleh para peneliti sehingga efektifitas aroma terhadap kemampuan mengingat tidak perlu di uji lagi, sedangka alasan peneliti menempatkan aroma green tea pada kelompok eksperimen adalah karena peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh aroma green tea terhadap kemampuan mengingat. Aroma dalam penelitian ini akan diberikan satu kali saja pada masing-masing kelompok. Setelah aroma selesai diberikan, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran kemampuan mengingat pada kedua kelompok tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kemampuan mengingat jangka pendek pada subjek ketika diberikan aroma green tea dan aroma lavender?


(24)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas penggunaan aroma terhadap kemampuan mengingat jangka pendek. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diaplikasikan langsung oleh berbagai pihak dalam mengoptimalkan kemampuan mengingat individu ketika dihadapkan pada aktifitas yang dapat mempengaruhi kemampuan mengingat.

D. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Umum dan Eksperimen.

2. Manfaat Praktis

a) Dapat memberikan informasi kepada pihak Fakultas dalam upaya peningkatan kemampuan mengingat jangka pendek pada mahasiswa ketika perkuliahan berlangsung.

b) Dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kenyamanan ketika perkuliahan berlangsung.


(25)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini memuat tujuan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan memori dan aroma. Memori merupakan kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah dipelajari. Ada banyak faktor yang mempengaruhi memori individu, salah satunya adalah emosi. Aroma atau bau-bauan mempunyai peran yang sangat kuat. Aroma mempengaruhi kita pada tingkat fisik, psikologis, dan sosial.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, rancangan penelitian, teknik kontrol, prosedur penelitian, dan metode analisis data. Penelitian ini dilakukan pada


(26)

mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang uraian singkat tentang hasil analisis data dan pembahasan. Analisis data yang dikemukakan berkaitan dengan gambaran subjek penelitian berdasarkan kapasitas kemampuan memori dan kategorisasi memori berdasarkan hasil tes kemampuan mengingat. Pembahasan berkaitan dengan hal-hal yang menyebabkan terbukti atau tidak terbuktinya hipotesis penelitian, yaitu ada perbedaan kemampuan mengingat jangka pendek pada subjek yang diberikan aroma green tea dan aroma lavender. Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran yang meliputi saran praktis dan metodologis. Saran praktis yang dikemukakan berkaitan dengan strategi mengingat yang dapat diterapkan oleh mahasiswa dan cara-cara pengajaran yang dapat diterapkan oleh para tenaga pengajar. Saran metodologis berkaitan dengan prosedur penelitian yang akan berguna bagi para peneliti selanjutnya.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. OTAK

Pembahasan tentang otak bisa dibagi menjadi menjadi tiga wilayah utama, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang.

1. Otak depan

Otak depan adalah struktur wilayah otak yang terletak di bagian atas dan depan otak. Terdiri atas kulit otak, ganglia basalis, sistem limbik, thalamus, dan hipotalamus. Bagian pertama dari otak depan adalah kulit otak. Kulit otak adalah lapisan terluar hemisfer otak yang memainkan peran vital di dalam proses-proses berpikir dan mental kita. Oleh Karena itu, kulit otak merupakan wilayah otak yang istimewa.

Bagian kedua dari otak depan adalah ganglia basalis. Ganglia basalis adalah tempat berkumpulnya neuron-neuron yang krusial bagi fungsi motorik. Disfungsi pada ganglia basalis dapat menyebabkan ketidakmampuan mengendalikan fungsi motorik tubuh. Ketidakmampuan ini mencakup gemetaran, gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki, perubahan-perubahan di dalam postur tubuh dan sifat-sifat otot, dan kelambanan bergerak.

Bagian ketiga dari otak depan adalah sistem limbik. Sistem limbik sangat penting bagi emosi, motivasi, memori, dan pembelajaran. Sistem limbik mampu membuat manusia mampu beradaptasi dengan baik untuk merespon lingkungan yang berubah. Sistem limbik memadukan tiga unsur


(28)

serebral yang saling berkaitan, yaitu amigdala, septum dan hippocampus. Amigdala memainkan peran yang penting dalam emosi, khususnya kemarahan dan agresi (Adolphs, dalam Sternberg 2006). Septum memainkan peran penting dalam emosi, khususnya kemarahan dan rasa takut. Hipokampus memainkan peran yang esensial dalam membentuk memori (Cohen, dkk dalam Sternberg 2006). Individu yang telah mengalami kerusakan pada hipokampus masih dapat memanggil kembali informasi yang telah ada sebelumnya tetapi mereka tidak dapat membentuk ingatan yang baru.

Bagian ke empat dari otak depan adalah thalamus. Thalamus menyampaikan informasi sensorik lewat kelompok-kelompok neuron yang disalurkan ke wilayah korteks yang tepat. Kebanyakan input data sensorik ke dalam otak berjalan lewat thalamus ini. Bertempat kira-kira di pusat otak, kurang lebih sejajar dengan mata. Untuk mengakomodasi semua tipe informasi yang berbeda yang perlu dipilah-pilah thalamus dibagi menjadi sejumlah nucleus (sekelompok neuron dengan fungsi yang sama). Setiap nukleus menerima informasi dari indera tertentu. Informasi kemudian diteruskan ke wilayah-wilayah yang berkaitan dengannya di dalam kulit otak. Thalamus juga membantu kita mengontrol tidur dan terjaga. Ketika thalamus mengalami malfungsi hasilnya adalah rasa sakit, gemetaran, amnesia, kekacauan berbahasa, dan perasaan tegang sewaktu terjaga dan tidur (Rockland, dkk dalam Sternberg 2006).

Bagian terakhir dari otak depan adalah hipotalamus. Hipotalamus mengatur perilaku yang terkait dengan upaya spesies mempertahankan


(29)

kelangsungan hidup: berkelahi, makan, melarikan diri, dan kawin. Hipotalamus juga aktif dalam mengatur emosi-emosi dan reaksi-reaksi terhadap tekanan dan rasa stress (Malsbury, dalam Sternberg 2006). Hipotalamus berinteraksi dengan sistem limbik. Meskipun ukurannya kecil, namun hipotalamus justru penting untuk mengontrol banyak fungsi tubuh. 2. Otak tengah

Otak tengah membantu mengontrol gerakan mata dan koordinasi. Struktur otak tengah terdiri dari kolikuli superioris yang berfungsi dalam hal penglihatan (khususnya reflex-refleks visual), kolikuli inferioris yang terlibat di dalam hal pendengaran, sistem pengaktif retikularis (RAS; meluas sampai otak belakang) yang penting untuk mengontrol kesadaran (terjaga dari tidur), atensi, fungsi kardiorespiratoris, dan gerakan tubuh, dan materi abu-abu, nucleus merah, nigra substantia, wilayah ventralis mempunyai peranan penting untuk mengontrol gerakan tubuh.

3. Otak belakang

Otak belakang terdiri dari medulla oblongata, pons, dan serebelum. Medulla berfungsi sebagai titik persimpangan tempat saraf mengarah silang dari satu sisi tubuh ke sisi otak sebaliknya, terlibat di dalam fungsi-fungsi seperti kardiorespiratoris, pencernaan dan menelan. Pons terlibat di dalam kesadaran (tidur dan terjaga); menjembatani transmisi neuron dari satu bagian otak ke bagian lain; terlibat dengan urat-urat saraf di wajah. Serebelum merupakan esensial bagi keseimbangan, koordinasi dan keharmonisan gerak otot.


(30)

B. MEMORI 1. Definisi Memori

Memori merupakan tempat penyimpanan informasi dari lingkungan dengan kapasitas yang tidak terbatas. Tulving & Craik (dalam Sternberg, 2008) mendefinisikan memori sebagai cara-cara yang dengannya kita mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.

Passer dan Smith (2007) menyatakan bahwa memori merupakan suatu proses yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman. Memori bersifat sangat kompleks dan dinamis. Matlin (2005) mendefiniskan memori sebagai proses untuk mempertrahankan informasi. Galotti mendefinisikan memori sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni : penyimpanan (storage), retensi, dan pengumpulan informasi (information gathering). Sebagai sebuah proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan (retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernandez Blasi, 2003; Crowder, 1976, dalam Sternberg 2006)

Santrock (2004) mendefiniskan memori sebagai tempat penyimpanan informasi dari waktu ke waktu. Psikolog di bidang pendidikan menyatakan proses memori meliputi proses pengkodean yang merupakan proses mendapatkan informasi, penyimpanan sebagai proses penyimpanan


(31)

informasi dari waktu ke waktu dan pemanggilan kembali informasi yang merupakan proses pegeluaran informasi dari tempat penyimpanan.

Dari beberapa definisi memori, dapat ditarik kesimpulan bahwa memori adalah kemampuan mengingat yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi dari masa lalu yang dapat digunakan kembali pada masa sekarang.

2. Jenis Memori

Matlin (2005) menyatakan bahwa dalam psikologi kognitif, memori disimpan dalam tiga penyimpanan, yaitu:

a) The sensory memory

Sensory memory merupakan sistem penyimpanan yang besar,

merekam informasi yang diterima dari setiap indera. Sensory memory menyimpan informasi yang asli hanya untuk waktu yang singkat. Ada dua bentuk sensory memory, yakni iconic memory (penglihatan), dan

echonic memory (pendengaran).

b) Short-term memory

Short-term memory merupakan jenis memori yang hanya berisikan

sebagian kecil informasi yang kita gunakan. Short-term memory hanya dapat mempertahankan informasi selama tigapuluh detik, kecuali informasi tersebut diulang-ulang atau di proses lebih jauh, akan bertahan lama. Short-term memory lebih terbatas kapasitasnya daripada sensory memory, tetapi bisa bertahan lebih lama. Short-term


(32)

memory terbatas jumlah aitem yang dapat disimpan, yaitu kira-kira 7

aitem, dan dapat meningkat kapasitasnya dengan cara chunking.

c) Long-term memory

Long-term memory merupakan memori dengan kapasitas lebih besar

yang bersifat permanen dan tidak mudah dilupakan. Long-term

memory merupakan tahapan ketiga dari memori yang meliputi proses

penyimpanan informasi dalam waktu yang lama (Lahey, 2003). Informasi yang dapat disimpan di dalam Long-term memory tidak terbatas jumlahnya.

3. Pemrosesan Informasi dalam Memori

Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori menurut Sternberg, 2006, yaitu:

a) Encoding

Tahap pertama dalam pemrosesan informasi adalah encoding.

Encoding merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah

informasi sehingga individu dapat menempatkannya di dalam memori. Individu mengubah informasi ke dalam bentuk psikologis yang dapat diterima mental. Biasanya kode yang digunakan adalah kode semantik, visual, dan akustik. Kode semantic didasarkan pada makna dan merupakan kode yang dominan di dalam memori jangka panjang (long term memory). Kode akustik didasarkan pada bahasa dan merupakan kode memori yang dominan dalam memori jangka pendek (short term memory). Materi yang ada di dalam kode akustik


(33)

biasanya terdiri dari urutan huruf, angka, ataupun kata-kata yang tidak bermakna. Sedangkan kode visual diwakili oleh gambar.

b) Penyimpanan (storage)

Pemrosesan yang kedua adalah penyimpanan yang berfungsi untuk mempertahankan informasi.

c) Pemanggilan (retrieval)

Pemrosesan yang ke tiga adalah pemanggilan. Pemanggilan adalah proses mengakses kembali informasi yang telah disimpan. Menurut Hunt & Ellis (2004) proses pemanggilan ada dua, yaitu: recall dan

recognition.

4. Tahapan Memori

Atkinson dan Shiffrin (dalam Sternberg, 2006) memperkenalkan model tradisional dari memori yang terdiri dari tiga tahap, yaitu

sensory register, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.

Tahapan Memori

Gambar 1: Model Tahapan Memori dari Atkinson dan Shiffrin Memori jangka

pendek

Pengulangan

Coding

pemanggilan

Memori jangka panjang (tempat penyimpanan permanen)

Sensory register

Visual auditori sentuhan Input dari

lingkungan


(34)

Gambar diatas menjelaskan bahwa informasi dari luar pertama kali masuk ke Sensory register. Sensory register merupakan tahap pertama dari memori yang berfungsi untuk menangkap semua pengalaman sensori (berupa visual, dan sentuhan) hingga akhirnya diproses. Proses encoding pada sensory register berlangsung pada saat informasi diubah dalam bentuk impuls-impuls yang dapat diproses otak. Bagi proses penyimpanan, informasi yang berada dalam sensory register tidak bertahan lama hanya sepersekian detik (Lahey, 2003).

Sejumlah informasi yang telah diseleksi dari sensory register akan dikirim ke tahap selanjutnya, yaitu memori jangka pendek. Ingatan jangka pendek merupakan tempat penyimpanan sementara bagi informasi yang masuk. Ingatan jangka pendek disebut juga Working memory karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama informasi masih diperlukan. Pada umumnya, dengan memberi perhatian yang cukup terhadap informasi, maka informasi tersebut akan segera dikirim ke memori jangka pendek. Proses encoding pada memori jangka pendek terjadi saat informasi dan sensory register diubah ke dalam bentuk yang dapat diproses lebih lanjut. Coding merupakan bentuk informasi yang disimpan dalam memori.

Coding yang dominan di dalam memori jangka pendek adalah kode akustik

(Lahey, 2003).

Informasi yang ada di dalam memori jangka pendek akan segera hilang jika tidak segera dilakukan pengulangan (Reed, 2004). Ada empat teori yang dapat menjelaskan tentang lupa, yaitu:


(35)

Interference theory menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya

informasi yang mengganggu informasi yang telah ada di dalam memori (Peterson & Peterson, dalam Reed, 2004). Biasanya karena informasi yang lain tersebut mirip dengan informasi yang diingat oleh individu (Lahey, 2003). Wickens dkk (dalam Lahey, 2003) menyatakan ada dua hal yang berhubungan dengan teori ini, yaitu

proactive dan retroactive interference. Proactive interference adalah

gangguan yang terjadi akibat memori yang telah ada sebelumnya. Sementara retroative interference adalah gangguan yang terjadi akibat memori yang baru masuk. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada memori jangka panjang tetapi juga pada memori jangka pendek.

b) Decay Theory

Decay theory menyatakan bahwa memori yang tidak digunakan akan

berangsur-angsur hilang seiring berjalannya waktu (Lahey, 2003). Teori ini ditentang oleh beberapa psikolog dengan menyatakan bahwa lupa yang disebabkan oleh waktu hanya terjadi pada sensory register dan memori jangka pendek sementara informasi dalam memori jangka panjang bersifat permanen (White dalam Lahey, 2003).

c) Reconstruction (Schema) Theory

Reconstruction (Schema) Theory adalah teori yang menyatakan bahwa

informasi yang ada di dalam memori jangka bahpanjang kadang-kadang berubah menjadi lebih konsisten dengan kepercayaan, pengetahuan, dan pengharapan individu (Bartlett dalam Lahey, 2003).


(36)

Skema adalah jaringan-jaringan yang terdiri dari kepercayaan, pengetahuan, dan pengharapan seseorang.

d) Motivated Forgetting atau persepsi

Motivated forgetting menjelaskan bahwa seseorang berusaha

melupakan informasi yang menyedihkan dan mengancam dirinya (Freud dalam Lahey, 2003).

Galotti (2004) mengemukakan model kerja dari memori jangka pendek yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a) Phonological loop yang berfungsi untuk mempertahankan dan

memanipulasi informasi bahasa. Phonological loop terdiri dari dua komponen, yaitu phonological yang berfungsi untu menyimpan informasi verbal dan mekanisme pengulangan yang berfungsi mempertahankan informasi agar tetap aktif.

b) Visuospatial sketchpad yang berfungsi untuk mempertahankan dan

memanipulasi informasi visual dan spasial.

c) Central executive yang berfungsi untuk memilih informasi yang akan diproses dan menggabungkan informasi.

Memori jangka panjang merupakan tahapan ketiga dari memori yang meliputi proses penyimpanan informasi dalam waktu yang lama (Lahey, 2003). Informasi yang dapat disimpan di dalam memori jangka panjang tidak terbatas jumlahnya. Memori jangka panjang disebut juga sebagai perpustakaan bagi manusia. Informasi yang ada harus diorganisasikan agar memudahkan proses pencarian, yaitu dengan menggunakan indeks. Proses


(37)

encoding pada memori jangka panjang terjadi pada saat informasi dari

memori jangka pendek diubah dalam bentuk makna. Informasi yang telah dipanggil dari memori jangka panjang akan masuk kembali ke memori jangka pendek sehingga muncullah respon (Lahey, 2003; Passer & Smith, 2007).

5. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Memori

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan mengingat individu, antara lain:

1. Emosi dan Mood (suasana hati)

Emosi dikenal memainkan peran yang penting dalam memori, kadang-kadang dapat menghambat memori dan kadang-kadang-kadang-kadang dapat mengubahnya. Banyak individu yang merasa panik dalam menghadapi ujian dan mengeluh bahwa walaupun sudah belajar keras, saat kertas ujian dibagikan, individu merasa “pikiran saya kosong” (Sprinthall & Sprinthall, 1990).

Selain emosi, mood atau suasana hati juga dapat mempengaruhi proses kognitif individu (Matlin, 2005).

Ada 3 cara baik emosi dan mood dapat mempengaruhi memori individu, yakni:

a. Individu lebih menyenangi stimulus yang menyenangkan.

b. Individu merecall material jika sesuai dengan emosi yang dirasakannya pada saat itu.


(38)

Dibawah ini dapat menjelaskan bagaimana memori dipengaruhi oleh mood, yaitu:

1. Mood congruent

Mood congruent memory artinya materi yang sama akan lebih diingat

jika disesuaikan dengan mood kita sekarang (Ellis, dkk dalam Matlin, 2005). Jadi, seseorang dengan mood menyenangkan akan lebih mudah mengingat suatu materi dibandingkan dengan ketika mood kita dalam keadaan tidak menyenangkan (Matlin, 2005).

2. Mood dependent memory

Mood dependent memory artinya kita lebih bisa mengingat materi pada

masa lalu jika sesuai dengan keadaan mood kita sekarang (Matlin, 2005).

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa manipulasi lingkungan seperti paparan

musik yang menyenangkan atau tidak menyenangkan (Eich dan Metcalf, 1989, dalam Rouby, dkk, 2002) atau variasi di dalam ruangan pencahayaan (Baron, Rea, dan Daniels, 1993, dalam Rouby, dkk, 2002) dapat memiliki pengaruh pada kondisi emosional. Sama halnya dengan paparan aroma yang menyenangkan dan tidak menyenangkan telah terbukti dapat berdampak pada suasana hati. Sebagai contoh, dalam sebuah studi, wewangian menyenangkan digunakan dalam "pengaturan kehidupan nyata" yang ditampilkan untuk meningkatkan mood (Rouby, dkk, 2002).

2. Inteligensi (IQ)

Studi sejak tahun 1920 menyatakan bahwa IQ dan proses belajar materi baru sangat berhubungan. Seorang anak dengan IQ di atas 130 akan


(39)

memperlajari dan mempertahankan lebih banyak informasi daripada anak dengan IQ hanya 100 (Sprinthall & Sprinthall, 1990).

3. Faktor kebudayaan

Kebudayaan membuat anggotanya sensisitif terhadap objek, kejadian, dan strategi tertentu yang dapat mempengaruhi kemampuan memori terhadap hal tersebut (Mystry & Rogoff dalam Santrock, 2004). Studi terhadap kebudayaan khususnya menemukan perbedaan kebudayaan dalam penggunaan strategi organisasional (Schneider & Bjorklund dalam Santrock, 2004). Kesalahan dalam penggunaan strategi organisasi yang sesuai untuk mengingat informasi sering berhubungan dengan kurangnya pendidikan di sekolah yang tepat (Cole & Scribner dalam Santrock, 2004). 4. Jenis kelamin

Aspek jenis kelamin adalah aspek perbedaan sosiokultural yang kurang diperhatikan dalam penelitian memori. Penelitian telah menemukan perbedaan jenis kelamin dalam memori, yakni wanita lebih baik daripada pria dalam hal episodic memory, yaitu memori tentang kejadian yang dialami sendiri yang meliputi waktu dan tempat kejadian tersebut berlangsung (Anderson; Halpern dalam Santrock, 2004). Wanita juga lebih baik daripada pria dalam hal memori yang berhubungan dengan emosi (Cahill dalam Santrock, 2004), sedangkan pria lebih baik daripada wanita dalam hal tugas yang membutuhkan transformasi dari memori spasial (Halpern dalam Santrock, 2004). Tugas-tugas ini meliputi rotasi mental, yang meliputi pergerakan objek dalam bayangan (misalnya bentuk apa yang akan tampak jika objek ini diputar dalam ruang ini).


(40)

C. AROMA

Dalam kehidupan sehari-hari, bau diterima dengan konteks yang kaya dan berarti, dan apa yang kita cium adalah apa yang kita harapkan berdasarkan informasi visual atau kontekstual. Biasanya, bau disajikan untuk mendukung atau mengkonfirmasi identifikasi objek (Cain dkk, dalam Frank, 1995).

Bau atau aroma mempunyai peran yang sangat kuat. Bau mempengaruhi kita pada tingkat fisik, psikologis, dan sosial. Untuk sebagian besar, aroma yang mengelilingi kita tanpa sadar menyadari pentingnya aroma untuk kita. Bau dapat membangkitkan tanggapan emosional yang kuat. Sebuah aroma yang terkait dengan pengalaman yang baik dapat membawa kegembiraan dengan cepat. Aroma yang tidak menyenangkan juga dapat membuat memori kita menjadi buruk. Responden pada sebuah survey mencatat bahwa kebanyakan aroma yang dihirup, baik suka maupun tidak suka didasarkan pada asosiasi emosional. Asosiasi tersebut dapat cukup kuat untuk membuat aroma yang umumnya akan diberi label menyenangkan tidak menyenangkan, dan yang umumnya akan dianggap wangi yang tidak menyenangkan bagi individu tertentu. Aroma ataupun bau-bauan biasanya tersedia dalam berbagai bentuk seperti minyak, serbuk kering, dan sebagai dupa (Classen dkk, 1994).

Kekuatan bau untuk membuka memori manusia dinyatakan kurangnya literatur dan anekdoti yang kurang didokumentasikan oleh ilmu pengetahuan. Bau, mungkin lebih dari rangsangan lainnya, secara luas


(41)

diyakini untuk membangkitkan pengalaman hidup masa lalu dan kompleks dengan mudah (Frank et al, 1995).

Sama halnya seperti rasa, individu bisa mencium sejumlah bau yang terbatas dari berbagai macam bau-bauan utama, dan jenis bau-bauan utama tersebut antara lain:

1. Resinous (camphor) 2. Floral (roses) 3. Minty (peppermint) 4. Ethereal (pears) 5. Musky (musk oil) 6. Acid (vinegar) 7. Putrid (eggs)

Profesional yang biasa menciptakan wewangian bisa membedakan aroma menjadi 146 wewangian yang berbeda (Dravnieks, dalam Lahey 2003). Menariknya, hampir semua bahan kimia yang dapat dideteksi manusia adalah senyawa organik, yang berarti bahan kimia tersebut berasal dari makhluk hidup. Sebaliknya, kita bisa mencium bau senyawa anorganik sangat sedikit seperti batu dan pasir. Jadi, hidung kita adalah alat yang berguna untuk pemantauan kualitas tanaman dan hewan yang kita perlukan perlukan, antara lain, untuk membedakan antara hal-hal yang beracun dan dimakan (Cain dalam Lahey, 2003).

Meskipun individu hanya bisa mencium bau senyawa yang berasal dari makhluk hidup, kimiawan telah lama dikenal dengan cara membuat senyawa-senyawa organik dalam tabung reaksis. Ini berarti bahwa aroma


(42)

apapun dapat diciptakan dan tidak lagi harus susah payah diambil dari kelopak bunga dan rempah-rempah. Salah satu parfum pertama dibuat sepenuhnya di laboratorium juga salah satu aroma yang paling sukses yang pernah dibuat. Menurut teori stereochemical, molekul-molekul kompleks yang bertanggung jawab untuk masing-masing bau primer memiliki bentuk khusus yang akan "cocok" menjadi satu jenis sel reseptor ketika bentuk molekul tertentu akan menyajikan reseptor penciuman yang sesuai yang mengirim pesan unik ke otak (Cain, dalam Lahey, 2003).

Stimulus bertanggung jawab untuk menguji dan mencium yang berada di ambang yang menjadi berasimilasi ke dalam tubuh, itulah sebabnya indra ini sering dipandang sebagai "gatekeeper", yang berfungsi (1) untuk mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dan karenanya harus dikonsumsi dan (2) untuk mendeteksi hal-hal yang karenanya harus ditolak. Peran sebagai detektor dari solusi berbahaya adalah ditunjukkan oleh fakta bahwa tikus cenderung menghindari bahan kimia yang sangat beracun (Scott & Giza, dalam Goldstein, 2002).

Fungsi gatekeeper dari rasa dan bau dibantu oleh komponen afektif yang besar, atau emosional,, karena hal-hal yang buruk bagi kita sering terasa atau berbau yang tidak enak, dan hal-hal yang baik bagi kita umumnya terasa atau berbau yang enak. Selain menetapkan pengaruh "baik" dan "buruk", mencium bau yang terkait dengan tempat masa lalu atau peristiwa dapat memicu ingatan, yang pada gilirannya dapat menciptakan reaksi emosional (Goldstein, 2002).


(43)

1. Sensasi

Sensasi (sensation) pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari bahasa latin, sensatus, yang artinya dianugrahi dengan indera, atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indera kita. Sebuah sensasi dipandang sebagai kandungan atau objek kesadaran puncak yang privat dan spontan.

Kita menyadari akan dunia luar dan dunia internal dari tubuh kita sendiri hanya karena kita memiliki sejumlah organ perasa yang mamou menerima pesan. Organ-organ ini memampukan kita untuk melihat, mendengar, merasa, emncium, menyentuh, menyeimbangkan, dan mengalami perasaan-perasaan seperti kekakuan tubuh, kesakita, kekenyangan, rasa nyeri, dan pergerakan. Organ-organ perasa beroperasi melalui sel-sel penerima sensori yang menerima bentuk-bentuk energi luar (cahaya, getaran, panas) dan mengubahnya menjadi impuls-impuls neural yang dapat dikirimkan ke otak untuk interpretasi. Proses penerimaan informasi dari dunia luar, menterjemahkannya, dan mengirimkannya ke otak di sebut sensasi. Proses penginterprestasian informasi tersebut dan yang mnembentuk kesan tentang dunia disebut persepsi (Lahey, 2003).

Benyamin B. Wolman dalam Sobur (2003) menyebutkan sensasi sebagai “pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan alat indera, atau bisa disebut juga penerimaan stimulus


(44)

lewat alat indera”. Apapun defenisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya (Lefrancois, dalam Sobur, 2003).

Alat indera terdiri dari mata, telinga, kulit, jaringan-jaringan tubuh dan juga hidung (indera penciuman). Indera penciuman sangat penting, seperti membawa pesan yang menyenangkan seperti dari parfum yang wangi yang membawa pesan ke otak dan di waktu yang lain memperingatkan kita akan bahaya dan bau busuk (Ackerman dalam Lahey, 2003). Indera penciuman memiliki dua fungsi yang saling terkait: mendeteksi dan mengidentifikasi bau-bauan. Hidung manusia digunakan secara konstan, karena bau yang di lingkungan harus dipantau terus-menerus. Untuk setiap bau yang terdeteksi, pencarian memori dibuat untuk menentukan identifikasi. Bau yang familiar, seperti di mobil seseorang, hampir tidak terlihat, hanya bau yang tidak biasa atau tidak terduga bagaimana mendapatkan perhatian secara sadar karena indera penciuman akan digunakan secara otomatis dan tidak sadar (Engen, 1991).

Hellen Keller menyebutkan bahwa aroma sebagi “malaikat yang jatuh diantara indera-indera yang ada.” Namun demikian indera penciuman kita yang juga disebut olfactory, meski terlihat memiliki kemampuan jauh di bawah anjing pelacak jenis bloodhound, sebenarnya cukup baik; dan hidung manusia sesungguhnya dapat mengenali aroma yang tidak dapat dikenali


(45)

oleh mesin yang paling canggih sekalipun. Indera ini jauh lebih berguna dibandingkan dengan yang disadari oleh kebanyakan orang (Carole & Carol, 2007).

2. Persepsi

Persepsi merupakan penafsiran dari sensasi. Persepsi adalah proses aktif di mana persepsi diciptakan yang sering melampaui informasi minimal yang diberikan panca-indera. Banyak cara dimana kita menata dan menafsirkan sensasi-sensasi yang dibawa lahir dan umum pada semua manusia. Prinsip-prinsip Gestalt tentang penataan perseptual, kemenetapan perseptual, persepsi kedalaman dan ilusi visual memberikan contoh sifat aktif dan kreatip dari persepsi. Sensasi yang sampai ke otak sebenarnya tidak banyak artinya. Sensasi tersebut sampai dalam bentuk energi saraf mentah yang harus ditata dan ditafsirkan dalam proses yang kita sebut

persepsi. Proses ini bisa dikatakan sama pada kita semua. Jika tidak

demikian – jika kita masing-masing menafsirkan input sensorik dengan cara unik – tidak akan ada “realitas” bersama dalam artian persepsi dunia yang kita miliki bersama. Akan tetapi, sebagian aspek persepsi unik pada anggota budaya yang berbeda-beda. Pengalaman pembelajaran unik, ingatan, motif dan emosi seseorang juga bisa mempengaruhi persepsi. Sebagai contoh misalnya, kita semua mempersepsikan stimulus visual pisau dengan cara yang sama karena cara bawaan lahir kita menata informasi visual. Tetapi pisau juga mempunyai arti perseptual unik bagi setiap orang, tergantung pada apakah orang tersebut pernah tersayat pisau serupa (Lahey, 2003).


(46)

Fakta bahwa keadaan motivasi dan emosi kita mempengaruhi persepsi kita memberikan bukti yang lebih besar bahwa tidak ada hubungan satu-satu antara stimulus fisik dan apa yang kita persepsikan. sejumlah studi menyatakan kepada kita bahwa motivasi mempengaruhi persepsi: Orang lapar lebih sensitif terhadap rasa manis dan asin daripada saat mereka kenyang (Lahey, 2003).

Ada dua jenis proses dalam persepsi, yaitu bottom-up processing dan

top-down processing. Bottom-up processing dikenal sebagai pengolahan

data-driven, karena persepsi dimulai dengan stimulus itu sendiri. Pengolahan dilakukan dalam satu arah dari retina ke korteks visual, dengan setiap tahap berturut-turut di jalur visual melakukan analisis yang lebih kompleks dari input. Top-down processing mengacu pada penggunaan informasi kontekstual dalam pengenalan pola. Sebagai contoh, pemahaman tulisan tangan sulit adalah lebih mudah ketika membaca kalimat lengkap dari saat membaca kata-kata tunggal dan terisolasi. Hal ini karena makna dari kata-kata yasekitarnya memberikan konteks untuk membantu pemahaman (Santrock, 2002).

3. Cara Kerja Indera Penciuman

Reseptor untuk indera penciuman merupakan saraf khusus yang terdapat dalam bagian kecil di membran mukosa di bagian atas dari tulang hidung kita, tepat dibawah mata. Jutaan reseptor di setiap rongga hidung bertemu dengan molekul kimia yang terdapat pada udara. Ketika individu menghirup udara, individu menarik molekul-molekul ini ke dalam rongga hidung, namun udara ini dapat masuk melalui mulut, berjalan mealui


(47)

kerongkongan seperti asap pada sebuah cerobong asap. Molekul-molekul ini mendorong munculnya respon-respon di reseptor yang terkombinasi menjadi bau yang khas. Sinyal dari reseptor ini kemudian dibawa ke bulbus olfaktori di otak oleh sarf-saraf olfaktori, yang terbuat dari akson-akson reseptor. Dari bulbus olfaktori, sinyal-sinyal tersebut kemudian dikirimkan ke bagian yang lebih tinggi dari otak (Carole & Carol, 2007). Aroma tentu saja memiliki pengaruh psikologis pada diri kita. Itulah alasannya mengapa kita membeli parfum dan mencium aroma bunga. Mungkin karena pusat olfaktori di otak terhubung dengan area yang mengelola ingatan dan emosi, aroma yang khas sering kali menghasilkan ingatan yang jelas dan dipenuhi dengan warna emosi (Herz & Cupchik, 1995; Vroon, 1997, dalam Carole & Carol, 2007).

D. MAHASISWA

Winkel (1997) menyatakan bahwa masa mahasiswa meliputi rentang usia dari 18/19 tahun dampai 24/25 tahun. Rentang usia mahasiswa dapat dibagi-bagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I s/d semester IV; dalam periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V s/d semester VIII. Sedangkan menurut Depdiknas (2005), Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar secara sah pada salah satu program akademik, profesi, dan vokasi Universitas.

Mahasiswa dalam hal ini pada rentang usia dewasa awal termasuk dalam tahap pencapaian (achieving stage), yaitu tahap di mana individu


(48)

menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan keluarga (Papalia, 2003). Mahasiswa banyak menghabiskan waktu di kampus dimana mahasiswa banyak melakukan penggalian secara intelektual dan perkembangan individu, dimana kampus merupakan tempat di mana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu secara intelektual, meningkatkan kemampuan dalam bekerja, dan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Memilih untuk kuliah merupakan suatu gambaran untuk memperoleh karir di masa depan dan hal ini akan cenderung mempengaruhi pola pikir individu.

Pada mahasiswa, terjadi peningkatan dalam hal penalaran dan cara berpikir. Perry (dalam Papalia, 2003) menyatakan bahwa terjadi perubahan pola berpikir pada masa transisi dari sekolah menengah menuju kampus, yaitu pola berpikir yang awalnya kaku berubah menjadi fleksibel dan dapat memilih sesuatu dengan bebas namun penuh dengan komitmen. Individu dewasa awal juga telah dapat mengenali bahwa pada masyarakat dan individu yang berbeda, masing-masing memiliki sistem nilai tersendiri. Selain itu, individu dewasa awal juga mampu untuk mencapai komitmen yang bersifat relatif, yaitu individu dapat membuat pertimbangan sendiri dan memilih nilai serta kepercayaan yang benar menurutnya. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2003) individu dewasa awal termasuk dalam tahap berpikir postformal, yaitu pola pikir yang matang dan didasarkan pada pengalaman dan intuisi subjektif namun tetap berlandaskan pada logika dan


(49)

dapat digunakan untuk mengatasi ketidakpastian, ketidakkonsistenan, pertentangan, dll.

Individu dewasa awal berada pada tahap perkembangan emosi di mana individu mencari suatu hubungan yang dekat baik secara emosional maupun secara fisik. Individu mampu menyampaikan keadaan emosi yang ada pada dirinya dan telah memiliki empati. Emosi individu pada usia dewasa awal cenderung bersifat konsisten dan tidak mengalami banyak perubahan. Pada masa dewasa, individu akan semakin tidak emosional dan cemas, individu pada usia dua puluhan (dewasa awal) akan lebih emosional dibandingkan dengan individu pada usia-usia yang lebih tua.

Gambar 2

Siklus Indera Penciuman

Ketika kita menghirup aroma yang ada di sekitar kita, aroma tersebut akan melekat ke reseptor sel di dalam hidung yaitu suatu tempat yang bisa


(50)

memicu sinyal syaraf. Sinyal-sinyal ini diproses di dalam suatu tempat yang dikenal sebagai olfactory bulb (bola penciuman) yaitu salah satu bagian dari otak. Setelah itu, sinyal yang masuk akan dikonversikan menjadi suatu pola listrik yang dikirim ke korteks otak besar dan daerah lainnya di otak yang dikenalinya. Setelah itu loop inhibitor local akan mampu mengenali bau yang tercium dengan tepat. Proses antara masuknya bau ke hidung sampai dikenalinya bau tersebut oleh otak memakan waktu jauh kurang dari satu detik (Rouby et al, 2002).

Indera penciuman mendeteksi zat yang melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada bagian ini ada bagian pendeteksi bau (smell receptors). Reseptor ini jumlahnya sangat banyak ada sekitar 10 juta. Ketika partikel bau tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke the olfactory bulb melalui saraf olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian diproses oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung kita, apakah itu harumnya aroma parfum atau menyengat nya bau selokan (Rouby et al, 2002).

Dari pembahasan diatas, salah satu yang dapat mempengaruhi kemampuan mengingat adalah emosi. Keadaan emosi individu akan mempengaruhi proses belajarnya karena perhatian individu terhadap lingkungan akan berkurang intensitasnya pada saat berada pada emosi negatif (suasana hati yang negatif). Menurut Hunt & Ellis (2004) suasana hati yang negatif akan mengarahkan pemrosesan informasi tidak berjalan


(51)

dengan efektif dan akan berdampak pada kemampuan mengingat individu. Oleh karena itu, perlu diberikan stimulus yang menyenangkan berupa aroma. Pitman (2004) menyatakan bahwa penggunaan aroma yang menyenangkan dapat digunakan pada saat individu mengalami suasana hati yang negatif, dan penggunaan aroma dapat menimbulkan efek santai dan tenang, berpengaruh terhadap suasana hati, menenangkan saraf dan juga dapat meningkatkan retensi ingatan individu pada informasi yang dipelajari.

Mekanisme kerja aroma dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan penciuman. Beberapa penelitian ilmiah juga menunjukkan manfaat dari aroma dalam mempengaruhi jiwa dan tingkat emosional individu. Secara spesifik, aroma dapat mempengaruhi proses dasar biologis individu. Resepstor pembauan di hidung berkaitan langsung ke area limbic di otak individu melalui olfactory

bulbs yang terletak di dekat otak bagian depan dan tiap reseptor sel aroma

mengirim satu axon ke olfactory bulbs, dimana itu membentuk sinapsis dengan dendrit dari mitra cells. Olfactory tract axons bekerja langsung pada amigdala dan dua wilayah dari limbic cortex yaitu pyrifrom cortex dan

enthorinal cortex. Amygdala mengirim informasi pembauan ke

hipotalamus, enthorinal cortex mengirimnya ke hippocampus dan pyrifrom

cortex mengirimnya ke hipotalamus dan ke orbitofrontal cortex dimana hal

tersebut sangat terkait dengan wilayah tempat penyimpanan memori di otak yaitu otak bagian depan (Carlson, 2005). Area limbik memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses yang utama terjadi pada tubuh kita seperti mengatur detak jantung, tekanan


(52)

darah, ketegangan otot dan temperatur kulit. Satu hal yang penting, area limbik merupakan pusat dari hippocampus dimana memori disimpan dalam otak yang memiliki kaitan di otak bagian depan (frontal lobes). Sejak sinyal pembauan berproses di area limbik, bukan hal yang mengejutkan bahwa bau juga dapat mempengaruhi memori seseorang (Bensafi M, Rouby C, Farget V, et al, 2002).

E. PENGARUH AROMA TERHADAP KEMAMPUAN

MENGINGAT

Memori memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kata yang diucapkan serta segala sesuatu ada di dunia ini dan semua aktivitas yang terjadi sepanjang kehidupan individu merupakan fungsi dari memori. Tanpa adanya memori, proses kehidupan individu tidak akan berlangsung dengan baik. Proses kehidupan individu tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan proses belajar. Dalam proses belajar ini, memori berperan sangat aktif karena tanpa adanya keterlibatan memori dalam proses belajar, proses belajar yang dilakukan oleh individu tidak akan pernah berhasil. Dengan adanya memori, individu dapat mengolah informasi yang diterima sebagai bahan yang terdapat di dalam proses belajar.

Salah satu metode yang digunakan untuk membangkitkan memori adalah dengan menggunakan stimulus yang menyenangkan. Stimulus yang menyenangkan yang dimaksud adalah aroma ataupun bebauan yang


(53)

menyenangkan. Bau ataupun aroma, baik menyenangkan ataupun tidak menyenangkan dapat dapat berdampak pada mood (Rouby et al, 2002).

Bau atau aroma mempunyai peran yang sangat kuat. Bau mempengaruhi kita pada tingkat fisik, psikologis, dan sosial. Secara umum, aroma mengelilingi manusia dan tanpa disadari betapa pentingnya aroma atau bau dalam kehidupan manusia. Bau dapat membangkitkan tanggapan emosional yang kuat. Sebuah aroma yang terkait dengan pengalaman yang baik dapat membawa kegembiraan dengan cepat. Aroma yang tidak menyenangkan juga dapat membuat memori kita menjadi buruk (Classen, 1994).

Aroma memiliki kemampuan luar biasa untuk memicu memori karena aroma secara langsung menghubungkan ke bagian otak yang menyimpan ingatan secara emosional, dan penelitian baru menunjukkan bahwa aroma juga dapat mengkonsolidasikan pengetahuan baru dan memfasilitasi belajar (Jensen, 2007).

Para peneliti telah menguji pengaruh aroma selama bertahun-tahun. Bebauan akan mengaktifkan wilayah primitif di dalam otak seperti amigdala dan talamus, yang merespon bahaya, kesenangan dan makanan. Oleh karena itu, bebauan asing akan mendapat prioritas besar dalam otak. Salah satu bagian yang secara khusus peka terdahap aroma adalah sistem limbik, yang bertanggung jawab atas perhatian seseorang. Sensasi bebauan diolah dengan cara yang berbeda dibandingkan sensasi indrawi lainnya dan langsung menuju otak tanpa halangan apapun. Aroma akan membangkitkan pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi positif


(54)

akan menstimulasi hipotalamus untuk mengontrol sistem endokrin yang bertugas untuk mengeluarkan hormone (Jensen, 2007).

Bagi manusia, bau memiliki kekuatan yang cepat yang dapat memanggil ingatan, emosi, dan suasana hati yang diasosiasikan dengan bau-bau yang individu hirup (Floyd dkk, 1988). Mekanisme kerja aroma dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan penciuman. Beberapa penelitian ilmiah juga menunjukkan manfaat dari aroma dalam mempengaruhi jiwa dan tingkat emosional individu. Secara spesifik, aroma dapat mempengaruhi proses dasar biologis individu. Resepstor pembauan di hidung berkaitan langsung ke area limbic di otak individu melalui olfactory bulbs yang terletak di dekat otak bagian depan dan tiap reseptor sel aroma mengirim satu axon ke

olfactory bulbs, dimana itu membentuk sinapsis dengan dendrit dari mitra

cells. Olfactory tract axons bekerja langsung pada amigdala dan dua wilayah dari limbic cortex yaitu pyrifrom cortex dan enthorinal cortex.

Amygdala mengirim informasi pembauan ke hipotalamus, enthorinal cortex

mengirimnya ke hippocampus dan pyrifrom cortex mengirimnya ke

hipotalamus dan ke orbitofrontal cortex dimana hal tersebut sangat terkait

dengan wilayah tempat penyimpanan memori di otak yaitu otak bagian depan (Carlson, 2005). Area limbik memiliki kaitan khusus pada wilayah otak yang langsung mempengaruhi lebih dari proses yang utama terjadi pada tubuh kita seperti mengatur detak jantung, tekanan darah, ketegangan otot dan temperatur kulit. Satu hal yang penting, area limbik merupakan pusat dari hippocampus dimana memori disimpan dalam otak yang memiliki


(55)

kaitan di otak bagian depan (frontal lobes). Sejak sinyal pembauan berproses di area limbik, bukan hal yang mengejutkan bahwa bau juga dapat mempengaruhi memori seseorang (Bensafi M, Rouby C, Farget V, et al, 2002).

Telah banyak penelitian yang meneliti tentang efek aroma, baik efek aroma terhadap kesehatan maupun efek aroma terhadap kemampuan mengingat. Ada beberapa penelitian yang menghubungkan aroma dengan ingatan. Penelitian yang dilakukan di Yale University yang melibatkan 72 mahasiswa (36 laki-laki, 36 perempuan) yang berhubungan dengan aroma. Aroma yang digunakan pada eksperimen ini adalah aroma coklat. Aroma tersebut disebarluaskan ke dalam ruangan laboratorium dengan ukuran 35’ x 11’. Eksperimen ini terdiri dari 40 kata sifat dalam bahasa inggris. Subjek berpartisipasi dalam dua sesi eksperimen selama 24 jam. Pada sesi pertama, subjek diminta untuk menulis kebalikan dari setiap kata. Keesokan harinya, mereka diberi waktu 10 menit untuk meyelesaikan tugas yang sama, dengan menjawab paling tidak setengah dari jawaban aslinya. Penelitian yang menggunakan aroma juga dilakukan oleh Jennifer Ret. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa aroma lavender diyakini dapat meningkatkan daya ingat dalam belajar, mendapatkan efek yang menyenangkan selama belajar, dapat menimbulkan efek santai dan tenang, berpengaruh pada mood, meningkatkan retensi ingatan pada informasi yang dipelajari. Hal ini ditunjukkan dari kelompok eksperimen yang terpapar aroma lavender lebih tepat dalam mengingat kata-kata yang diujikan daripada kelompok control yang tidak terpapar aroma apapun. Selain itu, aroma juga dapat


(56)

meningkatkan produktivitas kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Kornelius dan Anggadewi menghasilkan bahwa aroma lemon dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Pitman (2004) dalam bukunya yang berjudul Aromatherapy: A

Practical Approach dengan menghirup aroma lavender maka akan

meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Selain itu, lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian lemon digunakan menenangkan suasana. Aroma yang menyenangkan dapat membantu individu semakin percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan saraf, tetapi tetap membuat individu sadar.

F. HIPOTESA PENELITIAN

Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kemampuan mengingat jangka pendek pada subjek yang diberikan aroma greentea dan aroma lavender.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Variable-variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel tergantung : Ingatan Jangka Pendek

2) Variabel bebas : Aroma (aroma green tea dan aroma lavender)

B. DEFINISI OPERASIONAL

Myers dan Hansen (2006) menyatakan terdapat 2 jenis definisi operasional dalam penelitian eksperimental, yaitu definisi operasional experimental (experimental operational definition) dan definisi operasional terukur (measured operational definition). Definisi operasional experimental menjelaskan secara lengkap bagaimana variabel bebas dalam penelitian diukur, berapa banyak kondisi variabel bebas, dan definisi variabel bebas itu sendiri. Definisi operasional terukur mendeskripsikan prosedur-prosedur yang ditempuh peneliti untuk mengukur dampak dari berbagai kondisi yang diciptakan, termasuk di dalamnya respon-respon spesifik yang ditampilkan oleh subjek penelitian, bagaimana mengukur respon tersebut dan menjelaskan mengenai pengukuran respon tersebut. 1. Definisi operasional eksperimental

Aroma adalah suatu stimulus yang sangat kuat dan secara spontan memberikan tanda emosi dan data autobiografis. Baik menyenangkan


(58)

ataupun tidak menyenangkan, aroma dapat berdampak pada suasana hati. Pada penelitian ini, aroma yang digunakan adalah aroma yang menyenangkan yang dapat membangkitkan emosi positif individu. Aroma yang digunakan dalam penelitian ini merupakan aroma green tea dan aroma lavender. Aroma green tea merupakan perlakuan yang akan diberikan kepada kelompok eksperimen. Aroma green tea akan disebarkan dengan menggunakan tungku aroma yang dipanaskan dengan menggunakan lilin. Di atas tungku tersebut, akan diberi cairan berupa minyak yang berfungsi untuk membantu mengeluarkan aroma agar aroma green tea mudah menyebar ke seluruh ruangan. Penyusunan tempat duduk akan disusun dalam lima baris enam kolom dan tetap menjaga agar semua subjek penelitian dapat menghirup aroma lemon di dalam ruangan. Kondisi ruangan dan lingkungan sekitar penelitian akan dikondisikan dalam keadaan tenang dan nyaman agar subjek penelitian tidak terganggu. Ruangan yang digunakan pada penelitian ini memiliki air conditioner (AC) dan pencahayaan yang cukup.

Ruangan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua buah ruangan yang berbeda yang akan digunakan untuk menempatkan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan dimasukkan ke dalam ruangan yang berbeda pada saat yang bersamaan. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberi perlakuan berupa pemberian aroma green tea dan kelompok kontrol merupakan kelompok yang diberikan perlakuan berupa aroma lavender. Kedua aroma tersebut akan disebar sebelum kedua kelompok tersebut memasuki ruangan. Setelah semua subjek penelitian memasuki ruangan,


(59)

subjek penelitian akan diminta untuk dapat menikmati aroma yang ada di dalam ruangan. Setelah lima menit, co-experimenter mulai memberikan administrasi alat tes. Setelah administrasi selesai dilakukan, maka penelitian segera dimulai. Penelitian dimulai dengan meminta subjek penelitian memperhatian slide yang ada di depan mereka. Slide tersebut berisi sejumlah kata yang harus dihafal subjek penelitian. Waktu penyajian slide selama 30 detik. Setelah slide selesai ditampilkan, subjek penelitian langsung diminta untuk menulis kata-kata yang telah mereka lihat dan mereka hafal ke dalam kertas yang telah dipersiapkan pengawas terlebih dahulu. Waktu pengerjaan tes selama dua menit. Kondisi ruangan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada saat mengikuti tes kemampuan mengingat jangka pendek dibuat dalam kondisi yang sama.

2. Definisi operasional terukur

Memori tau ingatan merupakan suatu proses yang meliputi perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman dari masa lalu yang dapat digunakan kembali pada masa sekarang. Pada penelitian ini, ingatan yang akan diukur adalah ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek diukur dari sejumlah informasi yang terdapat pada satu set kata-kata dalam tes kemampuan mengingat. Tes ingatan ini bertujuan untuk mengukur daya ingat jangka pendek dan kemampuan mengingat kata-kata yang telah dipelajari. Semakin tinggi skor yang diperoleh individu dalam tes ingatan tersebut maka semakin tinggi tingkat kemampuan mengingat individu tersebut. Subjek penelitian diminta untuk mengingat semua kata-kata yang ada pada slide yang akan ditampilkan di depan selama 30 detik.


(60)

Setelah 30 detik berlalu, subjek penelitian diminta untuk menjawab aitem-aitem pada tes mengingat tersebut dalam waktu 2 menit. Tes mengingat terdiri dari 16 aitem. Setiap jawaban yang benar akan mendapatkan skor 1 sedangkan jawaban yang salah atau tidak diisi akan mendapat nilai nol.

C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Populasi adalah semua individu yang membentuk suatu kelompok (Bordens & Abbott, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Oleh karena adanya keterbatasan peneliti dalam menjangkau populasi target secara keseluruhan, maka digunakan sampel. Sampel adalah serangkaian elemen yang diambil dari suatu populasi yang besar yang didasarkan pada aturan atau syarat tertentu, dimana elemen merupakan unit dasar yang dipilih dari suatu populasi berupa individu, kelompok atau objek. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara purposive (purposive sampling). Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:

a) Mahasiswa Fakultas Psikologi USU stambuk 2008, 2009, dan 2010 yang aktif melakukan perkuliahan dan tidak dalam masa PKA.


(61)

b) Tidak dalam keadaan alergi terhadap bau-bauan dan juga tidak mengalami penyakit sinusitis.

c) Tidak dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang secara konsisten.

Tidak dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang secara konsisten hal ini dimaksudkan karena penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi memori.

Subjek penelitian terdiri dari dua kelompok, terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana semua kelompok dipilih dengan cara randomisasi (Mitchell & Jolley, 2004). Subjek penelitian terdiri dari 60 orang dimana masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang. Peraturan umum menyatakan bahwa lima belas orang subjek penelitian pada masing-masing kelompok telah memenuhi kriteria penelitian eksperimen yang sesungguhnya (Myers & Hansen, 2006).

Pembagian subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan randomisasi, yaitu setiap subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh atau tidak memperoleh perlakuan. Randomisasi dilakukan agar pada suatu kelompok tidak terdiri dari subjek-subjek yang memiliki variabel pengganggu yang sama. Dengan dilakukannya randomisasi, diharapkan variabel pengganggu yang tidak terkontrol tidak mempengaruhi atau hanya sedikit pengaruhnya pada variabel tergantung (Myers & Hansen, 2006).


(62)

D. TEKNIK KONTROL

Peneliti harus menciptakan kondisi ruangan yang sesuai sehingga efek dari variable bebas dapat terlihat dengan jelas. Variabel-variabel pengganggu dapat mengacaukan validitas internal maka harus dilakukan teknik kontrol (Myers & Hansen, 2006). Variabel penggganggu adalah variabe-variabel lain selain variable bebas yang dapat mempengaruhi variabel tergantung dan variable tersebut bukan merupakan fokus dari penelitian (Myers & Hansen, 2006).

Peneliti juga mempunyai kuasa untuk memanipulasi kondisi lingkungan fisik, misalnya mengontrol kebisingan, penerangan, suhu ruangan, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi ruang eksperimen yang kondusif sehingga pengaruh variable bebas terhadap variable tergantung tidak dipengaruhi oleh variable pengganggu yang berupa kebisingan, suhu udara yang panas, dan sebagainya (Seniati, 2005).

Kontrol yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Variabel Lingkungan. Variabel lingkungan dikontrol dengan menyamaratakan variabel yang dapat mempengaruhi kelompok ekperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK) seperti materi, instruksi, penyajian, kondisi ruangan, dan waktu yang relatif sama. Peneliti memilih ruangan yang cukup ventilasi dan pencahayaan, waktu dan tempat yang tidak banyak dilalui orang lain ketika ekperimen berlangsung, serta menempatkan pengawas di luar ruangan untuk tidak membiarkan orang lain membuat kebisingan yang mengganggu kelancaran ekperimen.


(1)

VAR00010 7.7714 13.193 -.026 . .680

VAR00011 7.9429 12.431 .399 . .649

VAR00012 7.9286 12.270 .445 . .645

VAR00013 7.9143 13.384 -.078 . .678

VAR00014 7.9286 13.169 .020 . .671

VAR00015 7.9143 13.790 -.247 . .688

VAR00016 7.8714 13.012 .059 . .670

VAR00017 7.8714 12.577 .228 . .658

VAR00018 7.8857 12.566 .245 . .656

VAR00019 7.8714 12.346 .320 . .651

VAR00020 7.9286 12.009 .574 . .636

VAR00021 7.8857 11.755 .589 . .630

VAR00022 7.8429 13.091 .021 . .674

VAR00023 7.9571 12.331 .497 . .644

VAR00024 7.8714 12.317 .331 . .650

VAR00025 7.8286 13.941 -.266 . .697

VAR00026 7.8714 13.650 -.177 . .687

VAR00027 7.4429 11.902 .337 . .646

VAR00028 7.4857 11.790 .366 . .643

VAR00029 7.6000 11.461 .472 . .631

VAR00030 7.4429 11.873 .346 . .645

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

UJI NORMALITAS

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

MEMORI 60 9.62 2.026 6 14

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

MEMORI

N 60

Normal Parametersa,,b Mean 9.62

Std. Deviation 2.026

Most Extreme Differences Absolute .153

Positive .153

Negative -.086

Kolmogorov-Smirnov Z 1.184

Asymp. Sig. (2-tailed) .121

a. Test distribution is Normal.


(3)

UJI HOMOGENITAS

Test of Homogeneity of Variances

MEMORI

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(4)

UJI-T

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 KE 9.50 30 1.996 .364

KK 9.73 30 2.083 .380

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 KE & KK 30 .158 .406

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 KE - KK


(5)

DAFTAR AITEM (TRY OUT)

1.Mobil

16.Sapi

2.Kaca

17.Gas

3.Susu

18.Roti

4.Tas

19.Sepatu

5.Sayur

20.Piring

6.Bku

21.Siru

7.Kayu

22.Bola

8.Pulpen

23.Kipas

9.Minyak

24.Bunga

10.Televisi

25.Lemari

11.Sapu

26.laptop

12.Ikan

27.Pohon

13.Lampu

28.kamar

14.Rambut

29.Air


(6)

DAFTAR AITEM (PENELITIAN)

1.

KACA

2.

SUSU

3.

TAS

4.

BUKU

5.

KAYU

6.

PULPEN

7.

SAPU

8.

IKAN

9.

PIRING

10.

SIRUP

11.

KIPAS

12.

BUNGA

13.

POHON

14.

KAMAR

15.

AIR


Dokumen yang terkait

Efektifitas Pelatihan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Mengingat Materi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

0 78 163

Pengaruh Kepribadian Big Five Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

10 92 76

Gambaran E-Readiness Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

0 44 156

Pengaruh Tayangan Humor Terhadap Peningkatan Memori Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

15 176 92

Pola Pemanfaatan Internet Oleh Mahasiswa Program Magister llmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

0 23 77

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MNEMONIC DAN KREATIVITAS TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

1 5 47

Pengaruh Pemberian Gambar Ilustratif Berwarna Pada Slide Persentasi Terhadap Kemampuan Mengingat Materi Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Angkatan 2012.

0 0 6

Efektifitas Pelatihan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Mengingat Materi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

0 1 89

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Mengingat 1. Defenisi Ingatan - Efektifitas Pelatihan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Mengingat Materi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Efektifitas Pelatihan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Mengingat Materi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

0 0 11