mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan umum responden sehingga tidak akan menimbulkan kerancuan ketika analisis data penelitian dilakukan.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen tekanan panas dan variabel dependen denyut nadi dengan menggunakan uji statistik Chi
Square dengan taraf kepercayaan 95. Jika P value 0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen tekanan panas dengan variabel dependen denyut nadi.
Jika P value 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen tekanan panas dengan variabel dependen denyut nadi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah
Butong Perkebunan Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel
Maskapai NV.NHM. Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai
beroperasi sejak tahun 1931. Secara kelembagaan, tahun 1957 Pemerintah Indonesia melakukan pengambil
alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan NHM, melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229UM57, Tanggal 10 Agustus 1957
yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi Nomor. 861958. Tahun 1961, PPN Baru dan Pusat Perkebunan Negara dilebur menjadi Badan
Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui U.U. Nomor. 141 Tahun 1961 Sumut III dan Jo PP Nomor 141 Tahun 1961.
Tahun 1963 Perkebunan Teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan Aneka Tanaman IV ANTAN-IV melalaui PP Nomor. 27 Tahun 1963.
Tahun 1968 terjadi perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VIII PNP VIII melalui PP Nomor 141 Tahun 1968 Tanggal 13 April 1968.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan berikutnya
mulai tahun
1974 menjadi
Persero yaitu
PT Perkebunan VIII PTP VIII melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing
SH Nomor. 65 Tanggal ; 31 April 1974 yang diperkuat SK Menteri Pertanian Nomor. YA5523, Tanggal : 07 Januari 1975.
Setelah mengalami beberapa kali pergantian nama perusahaan maka pada tahun 1974 nama perusahaan menjadi perusahaan negara PT. Perkebunan VIII PTP
VIII mengusahakan 6 Enam Unit Usaha Teh yaitu Unit Balimbingan, Marjandi, Bah Birung Ulu, Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari dan Sibosur.
Pada tanggal 11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali, dimana Perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP Nusantara IV melalui Akte
Pendirian PTPN IV Nomor. 37 Tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur peleburan
PTP VI, VII dan VIII menjadi PT Perkebunan Nusantara IV PERSERO.
Sejak tahun 1998 sd 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern, diresmikan pada tanggal 20 Januari 2001.
4.1.2 Keadaan Umum Perusahaan
Lokasi Kebun Bah Butong berada di Kecamatan Sidamanik, 26 Km dari Kota Pematang Siantar dan 155 Km dari Kantor Pusat yang berada di Kota
Medan. Luar Areal HGU = 2.602.95 Ha dengan luas TM = 1.049.95 Ha dengan
ketinggian 890 mdpl. Jenis klon tanaman the terdiri dari tanaman klonal Gambung Grup.
Universitas Sumatera Utara
Unit Usaha Sidamanik, Bah Butong dan Toba Sari manajemen PTPN IV mempertahankan komoditas teh tetap diusahakan dan mulai januari 2012 produksi
dari Unit Tobasari dan Sidamanik diolah di pabrik unit usaha Bah Butong Kec. Sidamanik Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong
Uraian 2010
2011 2012
2013 2014
2015
Karyawan Pimpinan
8 8
11 10
10 10
Karyawan Pelaksana
1.032 978
926 889
808 804
Jumlah 1.040
986 937
899 818
814
4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi Perusahaan
Menjadi pusat keunggulan perusahaan agro industri pada segmen teh dengan tata kelola perusahaan yang baik, mampu bersaing baik disektor hulu dan hilir
ditingkat nasional maupun internasional serta berwawasan lingkungan.
2. Misi Perusahaan
1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompettitif. 2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara
dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produksitivitas dan efisien.
3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan Tata Kelola Perusahaan yang baik GCG.
5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat
daerah.
4.1.4 Proses Pengolahan Teh Hitam
Proses produksi di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Butong dimulai dengan mengolah bahan baku sampai menjadi produk, dimana bahan baku
disini adalah pucuk teh dan produk yang dihasilkan adalah teh hitam, tujuan pokok yang hendak dicapai adalah Outer quality bentuk luar : bentuk teh yang sesuai
dengan standart. Inner quality rasa dan aroma. Sistem pengolahan teh hitam ada dua macam yaitu : sistem ORTODOX dan
sistem CTC. Perkebunan Bah Butong mengolah teh hitam dengan sistem kombinasi ORTODOX
– Rector Vane dengan kapasiats olah : 1.530 Kg teh kering per jam dan kapasitas tamping daun teh basah ± 100 ton.
Dalam proses pengolahan teh hitam dilakukan beberapa tahapan –tahapan
pengolahan. Proses tersebut di mulai dari : -
Stasiun Penerimaan Daun Teh basah -
Stasiun Pelayuan -
Stasiun Penggulungan
Universitas Sumatera Utara
- Stasiun Fermentasi reaksi oksidasi enzimatis
- Stasiun Pengeringan
- Stasiun Sortasi
- Stasiun Pengepakan.
Universitas Sumatera Utara
Flow Chart Pengolahan Teh Hitam Orthodox
OPEN TOP ROLLER DAUN TEH BASAH DARI AFDELING
DAUN TEH BASAH DI PABRIK
PELAYUAN
PENGGULUNGAN
BUBUK I
BUBUK II
BUBUK III
BUBUK IV
BADAG PRESS
CUP ROLLER
AYAKAN DIBN
ROTOR VANE 15’
AYAKAN DIBN
ROTOR VANE 15’ AYAKAN DIBN
FERMENTASI OKSIDASI ENZIMATIS AYAKAN DIBN
PENGERINGAN
PENGEPAKAN SORTASI
GUDANG PRODUKSI
GPU
Lama Pelayuan 16 – 18 Jam
45 Menit 10 Menit
35 Menit 10 Menit
10 Menit 5 Menit
10 Menit 5 Menit
PROSES DI PENGGULUNGAN
Universitas Sumatera Utara
1. Stasiun Penerimaan Daun Teh Basah DTB
Penerimaan DTB dari Afdeling dilakukan tiga kali sehari. DTB diangkut ke ruang pelayuan dan dimasukkan ke WT Withering Trough dengan alat angkut
MONORAIL, selanjutnya DTB dibeberdikirap untuk dilayukan. Cara analisa mutu pucuk halus kasar sebagai berikut :
1. Ambil pucuk teh segar yang telah dibeber diatas WT, setiap mandoran, setiap
waktu timbang sebanyak 6 enam tempat secara diagonal, pertama dari bagian atas, kedua dari bagian tengah, ketiga dari bagian bawah masing-masing sebanyak
250 gr. 2.
Kumpulkan pucuk teh segar dalam keranjang, aduk sampai rata dibagi 4 empat bagian. Sampel diambil 2 dua bagian secara diagonal.
3. Ambil sampel sebanyak 250 gr. Kemudian pisahkan pucuk teh segar dari bagian
yang getas, yang kasar, gulma dan pucuk lanasmemar. 4.
Timbang bagian pucuk yang getas = a gram
5. Timbang bagian pucuk yang kasar
= b gram 6.
Timbang bagian gulma = c gram
7. Timbang bagian pucuk lanas memar
= d gram 8.
Cara perhitungan analisis pucuk halus kasar
9. Cara perhitungan analisis gulma
Universitas Sumatera Utara
10. Cara perhitungan analisis pucuk lanas
2. Stasiun Pelayuan
Tujuan pelayuan adalah mengurangi kandungan air daun agar konsentrasi polifenol dari enzim meningkat sehingga cocok untuk oksidasi. Secara fisik daun
menjadi lemas dan mudah dibentuk menggulung. Selain itu pelayuan juga perlu mengakomodasikan terjadinya perubahan kimiafisiologis lepas panen mendukung
terbentuknya calon aroma yang berjalan lambat. Selama pelayuan terjadi perubahan biokimia yang juga merupakan proses
penting, karena berpengaruh pada komposisi kimia dari senyawa yang akan terbentuk kemudian dan menentukan karakteristik liquor dan flavor teh jadi. Selam proses
pelayuan, sebagian air pucuk diuapkan secara bartahap, dengan mengalirkan udara melalui permukaannya, yang dinamakan pelayuan fisik atau pelayuan saja, sedangkan
proses perubahan biokimia dan enzimatik dinamakan pelayuan kimia.
3. Stasiun Penggulungan
Penggulungan akan memecah sel sehingga terjadi pertemuan polifenol dan enzim oksidase, karena itu saat mulai digulung selalu dianggap sebagai awal oksidasi
polifenol. Pada fase ini kondisi lingkungan suhu, kelembaban, oksigen dan rentang waktu harus dikendalikan dengan baik. Kerataan tingkat oksidasi pada bubuk hasil
Universitas Sumatera Utara
penggulungan diusahakan melalui sortasi basah yang biasanya dilaksanakan dengan pengayakan.
Tujuan penggulungan adalah untuk mendapatkan partikel teh yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pengolahan selanjutnya, yaitu
fermentasi, pengeringan dan sortasi. Proses penggulungan harus dapat menghasilkan partikel teh dengan tekstur dan ukuran yang homogen serta bentuk dan penampakan
appearance tertentu sesuai permintaan pasar. Tekstur tidak boleh flaky tetapi mendekati sferik gelintingan berbentuk bulat dan padat serta memiliki kekuatan
mekanik yang tinggi, hingga akan mempunyai struktur yang kokoh dan tidak mudah pecah atau rusak pada perlakuan sortasi pengepakan dan transportasi.
4. Stasiun Fermentasi Oksidasi Enzimatis
Penggunaan istilah fermentasi sebenarnya tidaklah tepat, karena dapat memberikan pengertian yang salah. Sebenarnya yang terjadi di tahap pengolahan teh
ini bukanlah aktivitas mikroorganisme, melainkan reaksi kimia murni, tepatnya reaksi oksidasi enzimatik. Tetapi karena sudah menjadi istilah buku di dunia industri teh,
baik di kalangan produsen maupun yang bergerak di bidang tata niaga, maka istilah fermentasi tetap digunakan. Reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi sangat
kompleks dan belum seluruhnya diketahui. Penelitian terhadap reaksi kimia ini masih terus berlanjut, terutama dengan tersedianya peralatan analitik yang canggih.
Perubahan kimia yang terjadi selama proses fermentasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, jauh lebih berarti dibandingkan dengan perubahan kimia pada
Universitas Sumatera Utara
proses pelayuan. Reaksi oksidasi enzimatik polifenol teh yang terjadi selama proses fermentasi inilah yang membentuk karakter appearance penampakan, liquor air
seduhan dan infused leaf ampas seduhan. Sebagian besar karakter appearance seperti flaky, leafy, grainy dan bold terjadi selama proses maserasi, sedangkan
choppy, irregular, mixed dan stalky terjadi selama proses sortasi dan hanya blackish dan brownish yang terbentuk selama proses fermentasi.
Flavor merupakan salah satu faktor terpenting dalam penentuan mutu teh jadi. Senyawa utama yang menghasilkan flavor antara lain adalah polifenol, kafein, dan
asam amino, dan untuk aroma adalah terpenoid, alkhol dan senyawa karbonil, sedangkan klorofil selain berpengaruh terhadap flavor, juga pada appearance.
Ketebalan sebaran bubuk yang difermentasi bervariasi antara 4 –10 cm.
Ketebalan sebaran bubuk mempengaruhi kecepatan naiknya suhu bubuk. Semakin tebal sebaran bubuk, kenaikan suhunya semakin cepat. Oleh karena itu, sebaran
bubuk yang lebih tebal harus diikuti oleh waktu fermentasi yang lebih pendek. Reaksi Oksidasi Enzymatis yang terjadi dalam proses fermentasi adalah
merupakan reaksi kimia antara oksigen dengan polifenol teh dengan bantuan enzym yang membentuk karakter Appearance penampakan, liquor air seduhan, dan
Infused leaf ampas seduhan.
Tabel 4.2 Waktu Fermentasi Bubuk I
menit Bubuk II
menit Bubuk III
menit Bubuk IV
menit Badag
menit
120 130
130 130
130
Universitas Sumatera Utara
5. Stasiun Pengeringan
Pengeringan merupakan proses dehidrasi, yaitu penguapan air teh fermen yang dilakukan dengan bantuan udara. Udara merupakan media yang paling baik dan
murah bagi transfer kalor dari sumber kalor kepartikel teh, karena secara kuantitatif penggunaan udara dapat dikendalikan secara efektif dan efisien.
Pengeringan akan menghentikan proses oksidasi polifenol teh pada saat dimana senyawa polifenol, hasil antara oksidasi maupun produk akhir oksidasi berada
dalam timbangan tertentu yang memberikan mutu teh terbaik. Pada proses pengeringan terjadi difusi air dari dalam sel pucuk ke permukaan
partikel teh untuk kemudian menguap. Tetapi bila temperatur udara-keluar terlalu tinggi, kecepatan penguapan pada tahap awal proses pengeringan akan menjadi
sangat besar, hingga permukaan teh akan mengering yang akan menghambat difusi dan penguapan air selanjutnya.
Pada kejadian ini dikenal sebagai case-herdening dan liquor akan menjadi thin dan harsh. Untuk menghindarkan terjadinya case-herdening, temperature udara-
keluar sebaiknya tidak lebih tinggi dari 52
o
C, yang dapat menyebabkan terlalu cepatnya penghentian oksidasi enzimatik.
Tabel 4.3 Temperatur dan Lama Pengeringan Mesin
Pengeringan Temperatur Inlet
Temperatur Ourlet
Waktu menit
Two Stage Drier TSD
92-94 °C 50-54 °C
21-22 Fluid Bed Drier
FBD 92-94 °C
80-82 °C 18-20
Universitas Sumatera Utara
6. Stasiun Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan jenis teh jadi berdasarkan ukuran partikel, berat jenis partikel, sehingga sesuai dengan standar yang berlaku.
Sortasi pada dasarnya bertujuan adalah menyeragamkan ukuran, density dan bentuk partikel teh kering. Menyesuaikan ukuran partikel teh dengan ukuran jenis
yang dibuat. Menghilangkan kotoranbenda asing bukan partikel pucuk teh yang mengganggu mutunya.
Tujuan tersebut dicapai melalui pengayakan berputar, maju mundur, getaran, penghembusan, pemotongan, pengerusan, penghilangan tangkai, serat dan benda
asing lainnya. Sortasi merupakan satu-satunya proses pengolahan teh yang tidak memiliki
ketentuan yang pasti, hingga tidak ada pola kerja yang tetap yang dapat diikuti. Karena itu dibutuhkan penilaian yang sesame untuk memutuskan apakah ukuran dan
bentuk hasil sortasi sudah cukup rata even, cukup bersih clean dari serat dan tulang daun, hingga dapat diketahui apakah suatu pekerjaan sortasi perlu diulang atau
tidak. Untuk mengambil keputusan seperti ini diperlukan kemampuan dan integritas yang tinggi.
Meskipun telah diadakan sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering, masih heterogen, oleh sebab itu perlu
dilakukan sortasi.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari sortasi adalah untuk mendapatkan ukuran dan warna partikel yang seragam sesuai dengan standart yang diinginkan oleh konsumen meliputi :
- Memisah-misahkan teh kering menjadi beberapa grade yang sesuai dengan
standart perdagangan teh -
Menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna pada masing-masing grade. -
Membersihkan teh dari serat, tangkai dan bahan-bahan lain debu, sampah dan lain-lain.
Metode sortasi yang berlaku disuatu pabrik belum tentu sesuai untuk pabrik lain. Acuan pelaksanaan sortasi walaupun pengerjaannya tidak harus berurutan,
yaitu: -
Pemisahan berdasarkan ukuran -
Pemisahan serat dan tulang dari fraksi daun -
Pemisahan berdasarkan berat -
Reduksi ukuran partikel teh
7. Stasiun Pengepakan
Pengepakan dilaksanakan dalam peti kayu ataupun kantong kertas lapis, untuk melindungi mutu teh sesudah pengolahan selama disimpan maupun selama
didistribusikan kepada konsumen. Pengepakan adalah proses pengemasan bubuk jadi yang telah disortasi kedalam kemasan.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan pengepakan adalah: -
Melindungi produk dari kerusakan -
Memudahkan transportasi -
Efisien dalam penyimpanan di gudang -
Sebagai alat promosi Pengepakan dilakukan bila stok teh jadi didalam bin mencapai minimal satu
chop yang ditentukan oleh KDPasisten. Bin adalah tempat penampungan sementara bubuk yang telah disortasi sebelum bubuk dikemasdi pack. Bin terdiri dari ruang-
ruangan yang bertujuan untuk menyimpan teh jadi sesuai dengan jenisnya masing- masing. Kapasitas bin sekitar 2 tonruangan.
Proses pengepakan dilakukan dengan carat eh jadi yang akan di pack dikeluarkan dari bin untuk dimasukkan kedalam ruangan blender secara bergiliran.
Setelah ruang blender penuh, maka klep pengeruaran dibuka untyuk mengisi hopper pengisian ke paper sack. Pengangkutan bubuk dari bin menuju blender menggunakan
conveyor.
4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Karakteristik Pekerja