Shift 2 14.30 WIB – 230 WIB Denyut Nadi pada Pekerja di Stasiun Pengeringan 1. Shift 1 06.30 WIB - 14.30 WIB

2. Shift 2 14.30 WIB – 22.30 WIB Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Denyut Nadi pada Pekerja Shift 2 No Denyut Nadi Sebelum Bekerja Sesudah Bekerja 1 84 114 2 84 102 3 90 102 4 90 90 5 84 102 6 84 96 7 78 96 8 84 84 9 90 108 10 84 102 11 84 96 12 84 102 13 84 102 14 90 90 Rata-rata 85 99 Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata denyut nadi pada pekerja di stasiun pengeringan pada shift 2 sebelum bekerja adalah 85 denyutmenit dengan denyut nadi terendah adalah 78 denyutmenit dan denyut nadi tertinggi adalah 90 denyutmenit. Rata-rata denyut nadi pada pekerja di stasiun pengeringan sesudah bekerja adalah 99 denyutmenit dengan denyut nadi terendah adalah 84 denyutmenit dan denyut nadi tertinggi adalah 114 denyutmenit. Berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah bekerja di stasiun pengeringan terdapat perubahan denyut nadi di lingkungan kerja panas sehingga dapat dikategorikan menjadi 2 dua kategori yaitu denyut nadi normal dan denyut nadi meningkat. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perubahan Denyut Nadi pada Pekerja No Denyut Nadi Frekuensi Persentase 1 Normal 6 21,4 2 Meningkat 22 78,6 Jumlah 14 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum dan sesudah terpapar panas di lingkungan kerja pekerja dengan denyut nadi normal sebanyak 6 orang atau 21,4 dan yang paling banyak denyut nadi meningkat sebanyak 22 orang atau 78,6. Hal ini jelas menunjukkan adanya peningkatan denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja di lingkungan kerja yang panas.

4.3 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakan analisis statistik bivariat. Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi Square, masing- masing variabel independen dan variabel dependen yang sudah dikategorikan diuji apakah ada hubungan antara variabel independen yaitu tekanan panas dengan variabel dependen yaitu denyut nadi. Jika nilai p 0,05 maka ada hubungan antara variabel independen tekanan panas dengan variabel dependen denyut nadi. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11 Hubungan Tekanan Panas dengan Denyut Nadi Pekerja No Tekanan Panas ISBB Denyut Nadi Total P Normal Meningkat f f F 1 Tempat Kerja Memenuhi Syarat 5 100,0 5 100,0 0,001 2 Tempat Kerja Tidak Memenuhi Syarat 1 4,4 22 95,6 23 100,0 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tekanan panas dengan denyut nadi pekerja di stasiun pengeringan diperoleh data bahwa dari 5 pekerja dengan tempat kerja memenuhi syarat sebanyak 5 atau 100 dengan denyut nadi normal dan pekerja dengan denyut nadi yang meningkat tidak ada. Sedangkan dari 23 pekerja dengan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 atau 8,3 dengan denyut nadi normal dan 22 orang atau 91,7 dengan denyut nadi meningkat. Hasil uji statistik chi square, didapat nilai p = 0,001, artinya ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan denyut nadi. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Tekanan Panas ISBB Suma’mur 2009 tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas dalam penelitian ini adalah suhu di stasiun pengeringan. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan panas di stasiun pengeringan diketahui bahwa bahwa rata-rata ISBB di stasiun pengeringan pada shift 1 adalah 31,5 °C dengan ISBB minimal adalah 28,0 °C dan ISBB Maksimal adalah 33,0 °C. Sedangkan rata-rata ISBB di stasiun pengeringan pada shift 2 adalah 30,9 °C dengan ISBB minimal adalah 28,0 °C dan ISBB Maksimal adalah 32,3 °C. Hasil pengukuran tekanan panas tersebut kemudian dikategorikan menjadi dua kategori yaitu tempat kerja yang memenuhi syarat dan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat yang disesuaikan berdasarkan beban kerja pekerja di stasiun pengeringan. Dan didapatkan tekanan panas di stasiun pengeringan yang memenuhi syarat sebanyak 5 atau 17,9 dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 23 atau 82,1. Dari hasil pengukuran tekanan panas di stasiun pengeringan diperoleh ISBB terendah 28.0 °C dan ISBB tertinggi 33.0 °C. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Universitas Sumatera Utara Faktor Fisika dan Faktor Kima di Tempat Kerja termasuk dalam kategori jam kerja 75-100 dengan beban kerja sedang, maka ISBB yang diperkenankan sebesar 28 °C. Hasil pengukuran yang dilakukan di stasiun pengeringan didapatkan mayoritas tempat kerja yang melebihi ISBB yang diperkenankan. Hal tersebut dikarenakan tungku yang digunakan dalam proses pengeringan membutuhkan suhu yang tinggi, dan suhu sekitar tempat kerja yang panas sehingga menambah tekanan panas didalam ruangan karena tempat kerja tersebut merupakan ruangan tertutup. Proses pengeringan membutuhkan suhu yang tinggi dan ini menghasilkan panas yang berlebih pada tungkunya. Proses pengeringan teh ini harus benar-benar sempurna agar kadar air didalam teh berkurang sehingga dapat tahan lama disimpan, oleh karena itu dibutuhkan suhu yang tinggi agar proses pengeringannya sempurna. Beberapa titik yang tempat kerja tidak melebihi ISBB yang diperkenankan, dikarenakan pada saat proses pengeringan mesin tersebut berada didekat pintu, sehingga udara dari luar turut masuk mengurangi tekanan panas pada tungku tersebut. Untuk mengatasi lingkungan kerja yang panas pihak perusahaan juga telah melakukan hal sebagai berikut: pemberian kipas angin, dan beberapa ventilasi. Walaupun hal tersebut sudah dilakukan tetapi terlihat dan dapat dirasakan bahwa kondisi lingkungan di stasiun pengeringan tersebut masih terasa panas.

5.1.2 Denyut Nadi