yang telah dikeluarkan dan dana ini akan masuk sebagai hak pendapatan bank syariah
55
.
3. Upaya Penyelesaian Proses Ganti Rugi
Bahwa dalam melaksanakan setiap transaksi dalam lembaga keuangan syariah terkadang mengalami risiko kerugian akibat wanprestasi atau kelalaian dengan
menunda-nunda pembayaran oleh pihak lain yang melanggar perjanjian. Dalam syariah Islam melindungi semua pihak yang bertransaksi, baik nasabah maupun LKS,
sehingga tidak boleh satu pun pihak yang dirugikan hak-haknya. Kewajiban agar tidak saling merugikan satu sama lain ditekankan dalam Al Quran surat al Baqarah:
279-280 :
... ☺
☺ ⌧
☺
Artinya :
55
Wawancara pribadi dengan Bapak Noor Cholis, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Cabang, di kantor PT. Bank Syariah Bukopin, lt. 6, tanggal 20 April 2010
“ … Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak pula
dianiaya. dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan sebagian atau semua
utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui .”
Berdasarkan ayat di atas, bahwa salah satu pihak tidak boleh menganiaya
lainnya dalam bertransaksi, apabila ini terjadi terhadap bank, maka harus mengambil tindakan-tindakan terntentu dalam menyelesaikan permasalahan dan harus tetap
berpegang kepada prinsip syariah. Dalam proses penyelesaian pembiayaan
bermasalah BSB melakukan berbagai cara :
a. Resktrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajiban. Proses ini
dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengambil langkah-langkah agar kualitas pembiayaan setelah diresktruturisasi dalam
keadaan lancar. Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan atas dasar permohonan secara tertulis dari nasabah yang memenuhi criteria : nasabah
mengalami penurunan kemampuan pembayaran danatau memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.
Proses ini hanya dapat dilakukan untuk pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet yang didukung dengan analisis dan bukti-bukti
yang memadai serta terdokumentasi dengan baik. Restrukturisasi pembiayaan dapat dilakukan paling banyak 3 tiga kali dalam jangka waktu akad
pembiayaan awal dan untuk yang kedua dan ketiga dapat dilakukan paling
cepat 6 enam bulan setelah restrukturisasi sebelumnya. Restrukturisasi bisa melalui:
1. Pejadwalan kembali rescheduling, yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;
2. persyaratan kembali reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal
pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu danatau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang
harus dibayarkan kepada bank; 3. Penataan kembali restructuring, yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi :
a Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank; b Konversi akad pembiayaan;
c Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah;
d Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah. Ini merupakan
penyertaan modal BUS atau UUS, antara lain berupa pembelian saham danatau konversi pembiayaan menjadi
saham dalam perusahaan nasabah untuk mengatasi kegagalan penyaluran dana danatau piutang dalam
jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
5 6
. b. Penjualan angunan dilakukan apabila usaha dalam penyehatan pembiayaan
belum juga dapat memenuhi hutang yang harus dibayarkan, antara lain dengan cara:
o Debitur : debitur menjual angunannya sendiri kepada pihak lain agar
menutupi pembiayaan yang belum dibayar, sesuai jumlah dan jangka waktu yang disepakati;
o Account Officer : pihak AO bank akan menjual barang angunan tersebut
dengan nilai tertentu, apabila terjadi kelebihan dari harga jual tersebut dengan nilai hutangnya, maka dana tersebut dikembalikan kepada debitur;
o Bank : Pihak bank akan membeli angunan atau mengambil alih angunan
tersebut, prosesnya hampir sama dengan AO, dimana jika terdapat kelebihan harus dikembalikan kepada debitur.
c. Cara lain dengan proses penagihan pembiayaan melalui pihak ketiga collection agent atau dengan eksekusi pembiayaan melalui perwasitan atau
pengadilan Badan Arbitrase Syari’ah Nasional BASYARNAS dan Pengadilan Agama sesuai dengan kesepakatan awal akad perjanjian. Eksekusi
ini merupakan proses pengembalian atau pelunasan atau penjualan jaminan pembiayaan dengan melalui musyarwarah di depan arbitrase atau pengadilan
56
Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 1018PBI2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, bab 1, ketentuan Umum Pasal 1-3
untuk mendapatkan keputusan yang akan didaftarkan ke pengadilan negeri untuk dieksekusi.
4. Pengalokasian Dana Ta’widh