Jenis-jenis Murabahah Manfaat dan Resiko Murabahah

“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’” HR. Ibnu Majah dari Shuhaib 27 . g. Kaidah fiqh: ْﺻﻷا ﻰﻓ ت ﺎ ْا ﺔ ﺎ ﻹْا إ ْنأ لﺪ ْ د ﻰ ﺎﻬ ْﺮْ 28 . “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

4. Jenis-jenis Murabahah

a Murabahah Naqdan tunai Yakni jual beli secara kontan atau tunai. Sebagai contoh, penjual A dan B sepakat jual beli kambing yang diserahkan saat itu juga dengan harga Rp. 500 ribu dibayar dibayar tunai 29 . Dengan penjual mendapatkan keutungan Rp 100 ribu dari harga sebenarnya sebesar 400ribu. b Murabahah muajjal cicilan Yakni pembiyaan berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu barang dengan kewajiban mengembalikan talangan dana tersebut seluruhnya ditambah margin keuntungan bank pada waktu jatuh 27 Abdu al Baqi, Sunan Ibn Majah, hadist ke-2289, h. 768 28 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, Jakarta: kencana,2007, cet.ke-2, h. 10 29 Karim, Bank Islam Analisis fiqh dan Keuangan, h. 118 tempo. Bank memperoleh margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga jual bank kepada nasabah. 30

5. Manfaat dan Resiko Murabahah

Bai’ al-murabahah memberi banyak menfaat kepada bank syariah salah satunya adalah keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah 31 . Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh nasabah adalah adanya kemudahan dalam mendapatkan barang yang diinginkan dengan sistem yang sederhana. Diantara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut : a. Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidak membayar angsuran b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena pelbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena 30 Wirdyaningsih, karnaen Perwataatmadja, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana, 2005, h. 106 31 Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h. 106 nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain. d. Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap asset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, resiko akan default akan besar. 32

6. Penerapan Murabahah dalam Perbankan Syariah