Proses Perhitungan ta’widh pada Bank Syariah Bukopin

tentang Akad Perhimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Dengan peraturan dan fatwa di atas menunjukkan bahwa bank khususnya Bank Syariah Bukopin diperbolehkan untuk menerapkan ta’widh terhadap nasabah yang lalai sehingga terjadi kerugian. Kerugian yang dimaksud adalah kerugian secara real akibat logis dari perpanjangan pembayaran yang telah jatuh tempo, seperti biaya administrasi, biaya perpanjangan, overhead, dan biaya monitoring penagihan, survey, pengawasan. Adapun besaranya tidak bisa ditetapkan oleh nominal tertentu, karena berdasarkan kepada besaran dana yang dikeluarkan dalam proses ini. Dana ta’widh ini diberikan diakhir masa perpanjangan ditambah dengan sisa pembayaran yang belum dilunasi.

2. Proses Perhitungan ta’widh pada Bank Syariah Bukopin

Besaran nominal dalam ta’widh tidak bisa ditentukan sejak awal akad perjanjian dilakukan, perhitungan berdasarkan nominal real yang telah dikeluarkan oleh bank syariah selama proses perpanjangan ini. Berbeda dengan denda yang dikeluarkan, sudah didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh setiap bank. Dalam murabahah ketentuannya ada harga beli, margin, harga jual, jangka waktu. Bank Syariah Bukopin BSB memberikan pembiayaan murabahah berupa modal investasi sebesar 100 juta kepada nasabah dengan marginnya 10 juta sehingga yang harus dibayar oleh nasabah sebesar 110 juta dengan masa angsurannya 2 tahun. Dalam perjalanan masa pelunasan hingga tahun ke dua ternyata tidak mencapai target sesuai kesepakatan, dengan selisih kekurangan sebesar 30 juta. Setelah diproses oleh pihak bank syariah ternyata debitur memiliki prospek atau ada upaya bisa melunasinya dan terjadi kesepakatan antara pihak BSB dengan nasabah debitur agar dapat rekstrukturisasi pembiayaan, lalu diperpanjang 6 bulan dengan sisa pembiayaan 30 juta dari total pembiayaan 110 juta. BSB menentukan perpanjangan 6 bulan ini tidak ditambah margin. Oleh karena itu dikenakanlah ta’widh atas biaya riil yang dikeluarkan oleh pihak bank syariah selama proses perpanjangan 6 bulan yang telah jatuh tempo dan bank syariah tidak boleh mengambil keuntungan atau menambahkan dari biaya riil yang telah dikeluarkan. Di dalam memperpanjang masa angsurannya ternyata BSB mengeluarkan dana berupa biaya over head, khususnya biaya perpanjangan , biaya monitoring, biaya penagihan, seluruh biaya ini dibebankan kepada nasabah. Dengan perincian: - Biaya administrasi Atk, listrik, pulsa, dll : Rp. 1.000.000, - - Biaya Monitoring pengawasan, survey,Penagihan : Rp. 3.000.000, - - Biaya perpanjangan administrasi : Rp. 500.000, - TOTAL : Rp. 4.500.000,- Jadi debitur mengembalikan sisa masa pembayaran ditambah dengan biaya- biaya diatas sebesar Rp. 34.500.000, - dimasa akhir perpanjangan. Dalam proses pengembalian ini, perhitungan ta’widh atau ganti rugi yang diterapkan BSB sudah sesuai dengan prosedur peraturan bank yang berlaku, biasanya harus dengan kesepakatan antara kedua belah pihak agar tidak terjadi manipulasi atau gharar. Proses ini dilakukan agar pihak bank tidak mengalami kerugian financial atas biaya yang telah dikeluarkan dan dana ini akan masuk sebagai hak pendapatan bank syariah 55 .

3. Upaya Penyelesaian Proses Ganti Rugi