Kepemimpinan dalam Pandangan PKS

Tidak mengherankan jika partai ini tidak pernah dilanda konflik sebagaimana yang telah terjadi pada beberapa partai yang lain. Selain itu, basis utama PKS berasal dari kalangan muda Islam terdidik. Barisan mereka amat kokoh seperti diperlihatkan di banyak kampus. Anak-anak muda dengan tekun berdiskusi sepanjang hari sebagai bagian dari upaya mereka membangun kader secara terus-menerus. Pada tataran empiris PKS menampakkan kesan sebagai partai yang berpihak terhadap rakyat, khususnya dalam membela golongan ekonomi lemah. Untuk sekadar menjadi contoh, ketika masyarakat dikejutkan dengan kenaikan tunjangan gaji DPR, PKS adalah salah satu pihak yang menolak kenaikan gaji tersebut dan program studi banding anggota DPR ke luar negeri. PKS harus mampu mempertahankan citra di mata masyarakat sehingga prestasi yang telah diraih dapat meningkat pada masa-masa mendatang. Untuk itu, PKS harus dapat menampilkan kader-kader yang mampu merepresentasikan para pemilihnya di lembaga legislatif. Keseragaman dalam tindakan berpolitik harus tetap dianut agar tidak menghilangkan citra dan nama baik partai. Untuk mempertahankan citra di mata masyarakat, para kader PKS harus tetap berada dalam lingkaran keberpihakan kepada kaum tertindas sebagai bentuk konsistensi terhadap masa depan rakyat Indonesia. Selain itu, komitmen dan loyalitas partai harus tetap terbina untuk membumikan demokrasi substantif yang bercorak liberatif dan transformatif demi tercapainya kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya mewujudkan partai yang merakyat, maka posisi PKS harus tetap netral sehingga dapat diterima oleh semua golongan. Patut diacungi jempol karena partai ini telah beranggota secara beragam mulai dari lingkungan santri pedesaan sampai keluarga profesional, birokrat, dan militer di kalangan perkotaan. PKS adalah fenomena baru yang membuat kita terkesima karena mesin politiknya efisien, efektif, meski cenderung eksklusif. Sebagai partai yang tentu memiliki salah satu misi untuk menunjang pembangunan demokrasi, maka PKS harus mengarahkan agenda partai terhadap upaya pembangunan negara yang demokratis. Sebuah negara akan disebut demokratis jika negara itu dapat membebaskan rakyatnya dari belenggu kemiskinan, keterbelahan, ketidakadilan, dan keterbelakangan. Di tengah masyarakat kita yang sarat dengan krisis multidimensi dan suasana konfliktual, pemahaman dan paradigma demokrasi yang substantif, liberatif, dan transformatif itu hendaknya menjadi inspirasi dan guidance bagi PKS agar tetap komit pada masyarakat yang lemah dan menderita. Dengan terselenggaranya negara yang bersifat demokratis maka seiring juga dengan kepemimpinan dalam sebuah negara. Karena kepemimpinan dan kekuasaan merupakan hasil dari demokrasi itu sendiri. 2 Pada perkembangan kontemporer, kepemimpinan dalam masyarakat kita menjadi begitu beragam baik dari segi tingkataan maupun bidangnya. Dalam sebuah negara pun terdapat kepemimpinan-kepemimpinan cabang dengan karakteristik dan tugasnya masing-masing. Di Indonesia misalnya, kita mengenal adanya Presiden, Menteri, Gubernur dan Bupati. Semua jenis kepemimpinan tersebut tentu mempunyai karakteristik tersendiri, dan dengan sendirinya membutuhkan pengkajian lebih khusus tentang posisi kepemimpinan tersebut 2 Artikel diakses pada tanggal 24 April 2011 dari http:www.suarakarya- online.comnews.html?id=117228 dalam aturan syariat kita, khususnya berkaitan dengan siapa saja yang berhak dan boleh menjabatnya. Diantara yang paling banyak disorot dalam masyarakat kita, khususnya terkait dengan pemilihan pemimpin baik Pilpres, Pileg maupun Pilkada, adalah keberadaan calon-calon non muslim di dalamnya. Tentu saja ini adalah sebuah bentuk realitas dalam masyarakat kita, dimana tidak semua tempat dan kondisi umat Islam di sebuah daerah bisa menghadirkan pemimpin ideal dari golongan muslim yang komitmen. Inilah kemudian yang menjadi ganjalan sekaligus pertanyaan dari umat, tentang sejauh mana syarat dan kriteria dalam menentukan pemimpin, khususnya dalam konteks kedaerahan. Atas dasar itulah, Partai Keadilan Sejahtera sebagai Partai Dakwah sekaligus bagian dari umat Islam merasa perlu untuk ikut mengkaji lebih jauh tentang bahasan pemilihan pemimpin dalam Islam. Dari berbagai konsep mengenai kepemimpinan dalam sebuah negara, PKS membatasi dalam hal sebagai berikut: 1 Kewajiban Mengangkat Pemimpin Kepemimpinan dalam Islam mempunyai urgensi dan fungsi yang begitu mulia. Bahkan dalam jumlah yang sedikit pun, sekelompok orang haruslah memilih seorang di antara mereka untuk menjadi pemimpinnya. Rasulullah SAW bersabda: ِإ َ◌َذ ُﻛ ا ْﻨ ُﺘ ْ ﻢ َﺛ َﻼ َﺛ ُﺔ َﻓ َﺄ ْﻣ ُ ﺮ ْ و َأ ا َ ﺣ ُﺪ َك Artinya: Jika engkau bertiga, maka hendaklah seorang menjadi pemimpinnya HR Thobroni dari Ibnu Masud dengan Sanad Hasan. Dalam hal ini, kepemimpinan dalam Islam bukan hanya menegaskan tentang urgensinya, Syariah Islam pun mempunyai sejumlah aturan dan syarat- syarat tertentu dalam menentukan seorang pemimpin. Dalam bahasan fiqh, hal tersebut biasa dimasukkan dalam bab al-imamah dan al-wilayah. Dalam perkembangan selanjutnya, beberapa ulama secara khusus menuliskan tentang kepemimpinan dan pemerintahan dalam Islam. Seperti Ibnu Taimiyah dalam Siyasah Syar’iyyah dan Al-Mawardi dalam Ahkam Sulthoniyah. Banyak permasalahan ijtihad fikih dalam masalah politik dan pemerintahan yang dibahas dalam buku tersebut. Tentu saja ini menunjukkan keluasan dan keluwesan syanat Islam dalam menghadapi perkembangan zaman. 2 Pelarangan Pengangkatan Non Muslim dalam Kepemimpinan Menurut pandangan PKS, haram hukumnya mengangkat pemimpin dari golongan non muslim. Terdapat firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 51: ﴿ َ ءﺎ َ ﻴ ِﻟ ْ وَأ ٰىَ رﺎ َﺼﱠﻨﻟا َ و َدﻮ ُﻬ َ ـﻴْﻟا اوُﺬ ِﺨﱠﺘَـﺗ َﻻ اﻮُﻨ َ ﻣآ َ ﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﺎ َ ﻬﱡـﻳَأ ﺎ َ ﻳ ۘ ◌ ٍﺾْﻌ َ ـﺑ ُ ءﺎ َ ﻴ ِﻟ ْ وَأ ْ ﻢ ُﻬُﻀْﻌ َ ـﺑ ۚ ◌ ْ ﻢ ُﻬْـﻨ ِﻣ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ْ ﻢُﻜﻨﱢﻣ ﻢُ ﱠﳍ َ ﻮَـﺘ َ ـﻳ ﻦ َ ﻣ َ و ۗ ◌ َﲔِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا َم ْ ﻮَﻘْﻟا يِﺪ ْﻬ َ ـﻳ َﻻ َﻪﱠﻠﻟا ﱠنِإ ﴾ Artinya: Wahai orang-orang beriman, janganlah engkau menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai wali-wali, sesungguhnya sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain QS Al Maidah 51. Secara singkat PKS lebih melihat kepemimpinan sebagai sebuah fungsi dari pada sebuah posisi. Dari sudut posisi pun kepemimpinan itu adalah posisi sebagai penerima amanah dan kepercayaan. 3 Secara Lahiriyahnya kepercayaan dari komunitas sosial yang mengamanahkan, dan pada hakekatnya sebagai amanah dari Allah swt sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah saw “Innaha laamanah” kepemimpinan itu adalah amanah. Karena amanah kepemimpinan sesungguhnya merupakan kursi panas dan sungguh membawa hina dan sesal di hari kiamat, namun bisa menjadi kursi yang empuk dan nyaman bagi orang yang meraih kepemimpinanan tersebut secara hak dan menunaikan kewajibannya. Jadi poin terpenting dalam kepemimpinan adalah kinerja atau performance, karenanya posisi kepemimpinan itu berat. Kepemimpinan itu lebih sebagai “taklif” atau tugas dari pada sebuah “tasyrif” atau penghormatan, terlebih bagi pemimpin politik yang punya relasi kuat dengan urusan masyarakat umum, dan hanya dengan menjalankan fungsi-fungsinya maka kepemimpinan akan membawa kebaikan serta berkah. 4 Seperti dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Anbiyaa’ dan Hadits : ﴿ ٰـﻨْﻠ َﻌ َ ﺟَ و ْ ﻢ ُﻬ َن ْ وُﺪ ْﻬ َ ـﻳ ًﺔﱠﻤِﺋَأ ِﺮ ْ ﻣَﺄِﺑ ﺎَﻧ ٰﺮ ْ ـﻴَْﳋا َ ﻞْﻌِﻓ ْ ﻢِﻬْﻴَﻟِإ ﺂَﻨ ْ ـﻴ َ ﺣْ وَأ َ و ٰﻮَﻠﱠﺼﻟا َمﺎَﻗِإ َ و ِت َ ءﺂَﺘ ْـﻳِإ َ و ٍة ٰﻮَﻛﱠﺰﻟا ٍة ٰﻋ ﺎَﻨَﻟ أ ْ ﻮُـﻧﺎَﻛَ و َ ﻦْﻳ ِﺪِﺒ ﴾ Artinya : “Dan Kami jadikan mereka para Nabi itu sebagai pemimpin- pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan sholat 3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si Jakarta, 6 juni 2011 4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si Jakarta, 6 juni 2011 dan menunaikan zakat dan hanya kepada Kami mereka menyembah.” QS 21 : 73 ٍعا َ ر ْ ﻢُﻜﱡﻠُﻛ , ِﻪِﺘﱠﻴ ِﻋَ ر ْ ﻦَﻋ ٌل ْ وُﺆ ْ ﺴَﻣ ْ ﻢُﻜﱡﻠُﻛ َ و . “Setiap kalian adalah pemimpin penggembala dan setiap pemimpin akan di tanyai tentang kepemimpinannya gembalaannya. Seorang pemimpin masyarakat adalah penggembala dan akan di tanya tentang gembalaannya”. Hadist. Dengan demikian, sebuah kepemimpinan lebih dititik beratkan kepada hasil kinerja kepemimpinan tersebut dibandingkan dengan pengertian konsep itu sendiri. Karena sebuah konsep yang baik, belum tentu berjalan dengan efektif apabila hasil kinerja tersebut tidak sesuai dengan yang ada. Dengan kata lain, hasil akhir sebuah kepemimpinan ditentukan oleh fungsi dari kepemimpinan itu sendiri.

B. Suksesi Kepemimpinan dalam Pandangan PKS

Pada sub bab di atas, menerangkan mengenai arti atau pemahaman sebuah konsep kepemimpinan dalam sebuah negara dalam pandangan PKS. Dalam sebuah kepemimpinan, terdapat suatu keadaan yang dinamakan periode yaitu masa atau waktu kepemimpinan tersebut menjalankan kekuasaannya. Setelah berakhirnya periode dalam suatu kekuasaan, maka akan dimulainya sebuah suksesi kepemimpinan yang diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam kepemimpinan yang berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi didalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk negara beserta kepemimpinan baru yang berbeda dengan negara semula. Melalui hasil wawancara peneliti dengan narasumber dari PKS, dapat di ambil penjelasan bahwa yang dimaksud dengan suksesi kepemimpinan adalah sesuatu yang sudah menjadi bagian dari perjalanan roda kehidupan umat manusiabangsa, seperti yang telah Allah jelaskan dalam Kitab Sucinya: ﴿ ِسﺎﱠﻨﻟا َْ ﲔَـﺑ ﺎَُﳍِوا َﺪُﻧ ُمﺎﱠﻳَْﻷا َﻚْﻠِﺗ َ و ..... ﴾ Artinya “Dan masa kejayaankekuasaankepemimpinan dan kejatuhankehancuran itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar dapat menjadi pelajaran …” QS Ali Imran : 140 . Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa sesungguhnya suksesi kepemimpinan itu adalah hal alamiah yang akan terjadi kepada siapapun dan penguasa di negara manapun, termasuk di negara kita ini. Hal terpenting adalah bagaimana cara dan mekanisme yang dilalui oleh proses suksesi itu dapat berjalan dengan baik. 5 Hal yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita berupaya mempersiapkan diri untuk menghadapi dan menjalani suksesi itu sendiri dan dalam konteks PKS sebagai sebuah partai politik, maka pertanyaan yang sama pun akan tetap muncul yaitu apakah PKS telah mempersiapkan diri jika proses suksesi di negara ini jatuh ke tangan PKS. Kalau sekiranya kita membuat perumpamaan dan pengandaian pergiliran sejarah suksesi di negri ini maka kita akan melihat peta pergiliran adalah sebagai berikut, era orde baru dikuasai oleh parpol Golkar, kemudian era orde reformasi berturut-turut ditangan parpol PKB, 5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si Jakarta, 6 juni 2011 diteruskan oleh PDIP dan sekarang Demokrat selama 2 periode. Saat ini PKS telah masuk ke jajaran parpol 4 besar di tanah air, maka bukanlah hal yang mustahil pergiliran suksesi tersebut akan berada di tangan PKS. Jadi dalam konteks ini PKS memandang bahwa suksesi adalah sebuah perjalanan alamiah bagi setiap bangsanegara. PKS lebih melihat bagaimana agar proses suksesi itu dapat berjalan secara alamiah dan normal tanpa harus melalui jalan yang mengandung kekerasan fisik seperti kudeta maupun people power. Karena bila sebuah proses suksesi dilakukan dengan jalan kudeta misalnya maka yang dikhawatirkan dan perlu diwaspadai adalah akan lahirnya dendam politik dari pihak yang digulingkan, dan bila hal tersebut yang terjadi maka stabilitas negara pasti akan sangat terganggu. Pakistan adalah salah satu contoh negara yang stabilitas negerinya tidak aman karena buah dari tindakan kudeta yang mengawalinya. Begitu pula dengan people power, karena dilihatnya memiliki tingkat resiko bahaya dan atau merugikan bagi rakyat lebih besar. Sejarah negeri kita telah mencatatnya bagaimana people power itu telah memakan korban dari rakyat dan anak bangsa sendiri ketika terjadi gejolak tahun 66, 74, dan 98, contoh aktual yang saat ini dapat kita saksikan bersama gejolak yang terjadi di negara-negara timur tengah, diawali dari Mesir, Yordania, Yaman, Suriah dan mungkin menyusul negara-negara lainnya. Memang tindakan kudeta ataupun gerakan people power dapat menjadi jalan bagi terjadinya proses suksesi sebuah kekuasaan, namun bila di lihat dari tingkat resiko yang akan terjadi maka akan jauh lebih baik dan elok bila proses suksesi itu dijalankan secara alamiah dan dengan cara-cara yang demokratis.