Pengaruh Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan Sejahtera PKS

Selanjtunya, bentuk-bentuk keorganisasian IM juga mengilhami bentuk- bentuk organisasi yang dipakai PKS. Pemikiran IM juga sangat mempengaruhi keputusan-keputusan resmi partai ini, di samping juga sangat mewarnai materi, model, serta pola-pola pendidikan dan pengkaderan di PKS. Hasilnya, pemikiran- pemikiran IM menjadi acuan utama, baik secara resmi oleh partai maupun para kadernya. 48 Pengaruh IM terhadap PKS sangatlah besar, semua itu dikarenakan IM merupakan acuan utama bagi PKS terutama dalam hal gerakan politik. Partai Keadilan Sejahtera banyak mengadopsi pemikiran IM, baik dalam ideologi, manhaj dakwah, maupun pemahaman ke-Islamannya. Oleh karena itu, banyak kader PKS yang menyebut partainya sebagai cabang dari IM itu sendiri. 1 Konsep Pembinaan dan Pengkaderan Sebagaimana diuraikan di atas, pengaruh IM dalam pembentukan ideologi PKS sangatlah besar. Mendalamnya pengaruh IM dalam bangunan pemikiran politik PKS ini dapat dimengerti karena pemikiran-pemikiran IM telah semai semenjak awal masa-masa embrional partai ini. Untuk melihat proses bagaimana persemaian pemikiran-pemikiran IM dalam tubuh PKS ini terjadi, kita perlu melihat kembali perjalanan LDK Lembaga Dakwah Kampus dan gerakan tarbiyah sebagai embrio dari PKS, serta bagaimana pengaruh IM dalam fase LDK maupun fase tarbiyah. 48 Fathi Yakan, Revolusi Hasan al-Banna: Gerakan Ikhwanul Muslimin dari Sayyid Quthb Sampai Rasyid Al-Ghannusyi, Bandung: Penerbit Harakah, 2002, h.12-13 Menurut penelitian Mahfudz Siddiq anggota DPR RI dari PKS, munculnya LDK bukanlah semata hasil dari dinamika internal dakwah di Indonesia, melainkan ada pengaruh dari dinamika eksternal dakwah di tingkat dunia, khususnya dari unsur-unsur gerakan Islam. Mahfudz menyimpulkan bahwa pola aktivitas dakwah dan konsep pemikiran Islam yang dikembangkan oleh Masjid Salman ITB yang merupakan cikal bakal LDK bersinggungan dengan pola dakwah dan pemikiran IM. Persinggungan tersebut antara lain terkait dengan sistem usrah dan konsep Islam kaffah. Garakan usrah yang dikembangkan dari Masjid Salma ITB ini memiliki persamaan dengan konsep tarbiyah yang dimiliki gerakan IM di Mesir. Masjid Salman mengadopsi konsep usrah setelah sebelumnya terjadi interaksi pemikiran dengan pemikiran gerakan IM melalui buku-buku yang tulis para pemimpinnya. 49 Beberapa prinsip pemikiran IM yang disosialisasikan dalam LDK. Antara lain: Islam merupakan ajaran yang bersifat sempurna, yang tidak memisahkan satu aspek dengan aspek yang lainnya. Islam tidak dilihat dari perspektif yang memisahkan antara yang sakral dan yang profan, yang transenden dan yang temporal. 50 Secara umum, ideologi IM dibangun berdasarkan premis awal bahwa Islam merupakan agama yang syumul lengkap, yang meliputi segala segi 49 Mahfudz Siddiq, KAMMI dan Pergulatan Reformasi, Solo: Era Intermedia, 2003, h. 78 50 Abdul Azis, ed., Gerakan Kontemporer Islam Indonesia, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989, h. 217 kehidupan. Ajaran-ajaran Islam tidak hanya mengatur ibadat ritual dan urusan- urusan privat semata, tetapi ia juga mengatur kehidupan publik umat Islam, utamanya urusan politik. Umat Islam berkewajiban menegakkan Islam secara menyeluruh, tidak setengah-setengah. Oleh karena itu, seluruh ajaran Islam menyangkut segenap bidang kehidupan harus dilaksanakan. Dengan demikian, Al-Qur’an dan as-Sunnah harus dijadikan landasan bagi setiap aktivitas hidup, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Dengan demikian, Islam mesti mewarnai seluruh bangunan sistem hidup umat Islam sehingga, bagi IM, dakwah Islam harus menjangkau seluruh aspek kehidupan dan tidak boleh meninggalkan satu aspek pun. 51 Pengaruh Ikhwanul Muslimin dalam konsep pengkaderan dan pembinaan PKS, dikarenakan PKS terlahir dari gerakan dakwah kampus yang merupakan cikal bakal kemunculan kader-kader Partai Keadilan Sejahtera. Anggota dalam partai PKS ini mayoritas beranggotakan anak muda yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari dan mengamalkan Islam, sebagai respon dari tekanan politik yang dilakukan pemerintah Orde baru ketika itu terhadap umat Islam, dan dengan adanya ruang publik yang relatif lapang yang kita kenal masjid atau mushollah kampus, dimana idealisme kaum muda Islam mengalami persemaian ideal secara tepat. 51 M. Rahmat Imadadun . Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta: Lkis, 2008, h. 104 2 Ideologi Ikhwanul Muslimin Dalam konteks Partai Keadilan, pengaruh IM sangat kental dalam filosofi sebagai verstehen partai yang digunakan untuk memahami kenyataan Indonesia pada era kekuasaan otoriter. Dari sini lalu lahir dua nomenklatur yang menandai filosofi PK, yaitu “Jati Diri” Partai dan “Manifesto” Partai. Berdasarkan nomenklatur tersebut, kian jelas bahwa filosofi PK dibentuk berdasarkan konsepsi Tarbiyah, pemaknaan terhadap syari’at Islam, konsepsi negara Islam, serta konsepsi tentang khilafah. Dalam landasan filosofis terdapat pencegahan bahwa Islam merupakan kaca mata pandang untuk memahami realitas politik maupun untuk membangun strategi-strategi perjuangan politik. Partai ini hendak membuktikan kebenaran sebuah aksioma dalam dunia politik bahwa Islam merupakan agama universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan dengan berbagai dimensinya yang kompleks. 52 Islam dalam konsepsi para aktivis PK tergambar dalam statemen berikut: “Islam adalah sistem hidup yang universal, mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, rahmat dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan peradilan, materi dan sumber daya alam, usaha dan kekayaan, jihad dan dakwah, tentara dan fikrah, aqidah yang lurus dan ibadah yang benar”. Keuniversalan itu sebagai inti dan pokok-pokok ajaran Islam yang bernilai perintah kepada kaum muslimin 52 Ibid h. 113 untuk diterapkan secara utuh. Islam adalah suatu tata hidup yang meliputi agama, politik, negara, dan masyarakat. 53 Pemahaman PK terhadap Islam sama persis dengan apa yang disampaikan Hasan al-Banna tentang Islam. Menurut Aay Muhammad Furqan, secara eksplisit apa yang dipahami PK dan tertulis dalam filosofinya begitu artikulatif mengutip statemen Hasan al-Banna: “Islam adalah akidah dan ibadah, negara dan kewarganegaraan, toleransi dan kekuatan, moral dan materiil, peradaban dan perundang-perundangan”. Menurut Aay Muhammad Furqan, statemen ini kian menguatkan citra PK sebagai “kembar siam” Ikhwanul Muslimin”. 54 Sejak awal berdirinya, partai jaringan dakwah kampus ini telah mendeklarasikan dirinya sebagai partai Islam. Lebih dari itu, partai ini mencanangkan sebagai partai dakwah, yakni partai yang mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada semua orang dan merealisasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan. Dengan kata lain, PK lahir untuk memperjuangkan kepentingan dan kejayaan Islam. Hal yang sama terjadi ketika PK berubah menjadi PKS pada 2002. PKS merupakan kontinuitas ideologi, pemikiran, serta manhaj perjuangan PK. Bahkan, ketika telah menjadi PKS, tampak terjadi penguatan ideologi dan agenda Islamis yang lebih nyata dan artikulatif. Dalam konteks pergeseran ini, PKS menjadi semakin dekat dengan IM, baik dari sisi ideologi, pemikiran, maupun langkah- 53 Ibid h. 113 54 Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslimin Indonesia Kontemporer, h.184-185 langkah politik yang ditempuhnya. Kentalnya persinggungan PKS dengan IM ini terlihat pada keterusterangan PKS dalam menerapkan ideologi Islam dan memperjuangkan berlakunya sistem sosial Islam, sistem politik Islam, dan penerapan syari’at Islam sebagai hukum formal negara. Dalam Anggaran Dasar disebutkan bahwa PKS adalah partai berasaskan Islam. Partai ini bertujuan untuk mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 dan mewujudkan masyarakat madani yang adil dan sejahtera yang diridhai Allah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan sasaran perjuangan PKS adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri, bermartabat, bertanggung jawab, peduli, sejahtera, dan bahagia, serta mewujudkan pemerintahan yang jujur, bersih, transparan, berwibawa, dan bertanggung jawab. Dalam rumusan visi umumnya, partai ini menyebutkan: “PKS sebagai partai dakwah penegak keadlian dan kesejahteraan dalam bingkai persatuan umat dan bangsa”. Visi umum ini dijabarkan lagi dalam visi khusus, yakni: “Menjadi partai berpengaruh, baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani”. Visi umum dan khusus PKS ini diorientasikan pada terwujudnya PKS sebagai: 1. Partai dakwah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang. 3. Kekuatan yang memelopori dan menggalang kerja sama dengan berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang rahmatan lil ‘alamin. 4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia. 55 Selain sebagai partai dakwah, PKS juga menjadikan Islam sebagai ideologinya. Bangunan ideologi PKS berpijak pada prinsip utama bahwa Islam merupakan konsep yang utuh dan sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam diwahyukan sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengelola hidup dan kehidupan. Adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mewujudkan tata hidup sesuai dengan ajaran Islam. Di sini, Islam dipahami sebagai agama ad- din, yakni sebuah tuntunan hidup dalam penghambaan dan penyerahan diri kepada Allah SWT., dan sekaligus negara ad-daulah, yakni tata aturan mengelola kehidupan dalam konteks kekuasaan. Oleh karena itu, ideologi sekular yang memisahkan antara agama dengan pengaturan kehidupan bersama tidak bisa diterima. Agama tidak bisa hanya menjadi aturan dalam domain privat, tetapi juga harus merambah ke domain publik. Dalam dasar pemikiran Kebijakan Dasar PKS termaktub bahwa “Islam adalah sistem integral yang mampu membimbing umat manusia menuju kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi. Kesejahteraan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui dua kemenangan, yaitu kemenangan pribadi futuh khashah dan kemenangan politik futuh amah. Kemenangan pribadi diraih 55 M. Rahmat Imadadun. Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, h. 114-115 dengan ketaqwaan yang bersifat individu, sedangkan kemenangan politik diraih dengan ketaqwaan kolektif. Dakwah yang sistemik dan terus-menerus adalah satu- satunya jalan menuju dua kemenangan tersebut. Oleh karena itu, PKS memahami Islam sebagai aturan yang mengikat dalam hal ubudiyyah peribadatan, mu’amalah interaksi antarmanusia dan siyasah politik kenegaraan. Dengan demikian, sistem ritual, kemasyarakatan, dan negara harus diatur dengan ketentuan Islam. Adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim untuk berjuang menegakkan kehidupan yang Islami dan menerapkan syari’at Islam sebagai hukum publik, termasuk mendirikan negara Islam. 56 Hal ini bisa kita pahami dengan dua cara pandang; pertama, kelahiran PK berbarengan dengan masa bergolaknya reformasi sehingga semangat berpatisipasi dalam proses perubahan bangsa ini sangat kuat. Hal ini dimungkinkan karena peran-peran para aktivis muda dalam pembentukan serta perumusan jati diri partai masih cukup dominan. Sementara itu, perubahan menjadi PKS merupakan buah dari “kekalahan” dalam kancah persaingan politik dalam pemilu 1999. Ini menyebabkan PKS terstimulasi untuk mengurangi komitmennya terhadap agenda kebangsaan dan bergeser ke arah menguatnya agenda Islam. Bersamaan dengan itu, terlihat ada konsolidasi kekuatan para aktivis PKS yang berlatar belakang Timur Tengah dan kader-kader LDK generasi awal. Kedua, pergeseran ini 56 Dalam pernyataan resmi PKPKS tidak pernah disebut secara verbal tujuan mendirikan “Negara Islam”. Akan tetapi dalam berbagai tulisan kader-kader dan tokoh-tokoh PKPKS, tujuan terwujudnya negara Islam sangat mudah dijumpai. Demikian juga dalam forum-forum pengkaderan. merupakan implementasi strategi tadarruj pentahapan perjuangan dan penerapan taktik sirriyah gerakan bawah tanah dan jahriyyah gerakan terbuka yang dipakai oleh kalangan PKS. Strategi dan taktik di atas menuntut para kader PKS untuk bertindak hati-hati dan penuh perhitungan terkait dengan kalkulasi besar- kecilnya hambatan dan dukungan. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa cita-cita politik PKS berbenturan dengan mainstream kekuatan politik yang menghendaki dipertahanankannya Indonesia sebagai negara kebangsaan, para kader PKS menerapkan strategi dan taktik di atas dengan sungguh-sungguh. Kegagalan dan sejarah kelam keuatan politik Islamis di masa lalu menjadi pelajaran berharga bagi para kader PKS. Oleh karena itu, partai ini tidak hendak buru-buru menyuarakan secara terang-terangan agenda ideologisnya, seperti formalisasi syari’at Islam, agenda negara Islam, dan khilafah. Melihat hal di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa PKS tidak mencoba mengadaptasi atau mengubah ideologi IM dengan menyesuaikannya dengan konteks realitas kebangsaan Indonesia yang menganut pancasila. Ideologi Islam ala IM tetap dijadikan acuan sepenuhnya. Penyesuaian dan adaptasi hanya dilakukan pada aplikasi atau penerapannya, bukan kandungan ideologinya. Konstitensi pada ideologi Islam ini terlihat pula dari tidak disebutnya kata “Pancasila” dalam dokumen PKS. 57 Namun kenyataannya saat ini, PKS dalam jargon politik terkininya mengusung ide sebagai partai Islam yang terbuka, ini juga dibuktikan dengan masuknya orang – orang non – Muslim dalam struktur dibeberapa daerah yang 57 M. Rahmat Imadadun., h. 123-124 Muslimnya minoritas, sehingga kenyataannya bahwa sat ini PKS tidak lagi menjadi partai yang men – thagutkan pancasila, tetapi PKS ikut mengadopsi nilai pancasila sebagai buah dari reformasi berbangsa dan bernegara PKS.

C. Konstituen Partai Keadilan Sejahtera PKS di Indonesia

Partai Keadilan Sejahtera PKS sering disebut sebagai keajaiban politik di Indonesia. Betapa tidak, hanya sekitar satu tahun setelah ia dideklarasikan Agustus 1998, partai yang semula bernama Partai Keadilan itu telah berhasil mengikuti pemilu 1999 dan menjaring sebanyak 1.436.565 suara atau sekitar 1,36 dari keseluruhan jumlah suara dan menempatkan 7 wakilnya di DPR. Partai yang dideklarasikan oleh 52 tokoh gerakan Tarbiyah ini disebut orang sebagai orang sebagai “The Rising Star” Dalam pemilu 2004, PKS mampu meningkatkan jumlah suara sangat signifikan. Partai yang karena alasan electoral threshold berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera ini meraih 8.325.020 suara atau sekitar 7,34 dari total suara dan berhasil menduduki 45 orang wakilnya di DPR. Bahkan, mantan Presiden partai ini, Hidayat Nur Wahid, terpilih sebagai ketua MPR. Meskipun kalah dibandingkan partai-partai besar, partai ini mampu mengungguli partai- partai baru lain, yang memiliki sejarah lebih tua. 58 Sebagai tindak lanjut dari deklarasikan ini, PK melakukan upaya membangun struktur dari Dewan Pengurus Pusat DPP di tingkat nasional, 58 M. Imadadun Rahmat. Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen, Yogyakarta: Lkis, 2008, h. 1 Dewan Pengurus Wilayah DPW di tingkat propinsi, Dewan Pengurus Daerah DPD di tingkat kabupatenkota, Dewan Pengurus Cabang DPC di tingkat kecamatan, dan Dewan Pengurus Ranting DPRa di tingkat desakelurahan. Adapun modal awal dan sekaligus tulang punggung terbangunnya struktur dari pusat hingga daerah adalah para kader Tarbiyah. Pada masa-masa awal didirikannya PK, kader Tarbiyah mencapai 42.202 orang. Jumlah ini terdiri dari kader inti sebanyak 2.371 orang, dan kader pendukung sebanyak 39.831. kader inti terdiri dari 120 anggota Ahli dan 2.251 Anggota Dewasa, dengan komposisi jenis kelamin 2.049 laki-laki dan 322 perempuan. Pada perkembangan berikutnya, PK terus berbenah dan memperkuat dirinya. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa capaian pada pemilu 1999 tidak memungkinkan bagi sustainibilitas partai ini. Ketentuan electoral threshold mengharuskan sebuah partai melewati perolehan 2 jika ingin mengikuti pemilu berikutnya. Berdasarkan UU Pemilu 1999, bab VII, pasal 39 mengenai syarat keikutsertaan dalam pemilu, Partai Keadilan tidak diperbolehkan ikuti pemilihan umum 2004, kecuali jika PK mau bergabung dengan partai lainnya, atau mendirikan partai politik baru. Atas ketentuan tersebut, dan setelah gagal melakukan lobi di parlemen untuk menurunkan batas electoral threshold, PK akhirnya menempuh jalan menolak ketentuan tersebut dengan menempuh jalan judicial review ke Mahkamah Konstitusi bersama partai-partai lain yang tidak lolos. Akan tetapi, di tengah proses tersebut PK menarik diri dan membatalkan pengajuan judicial review tersebut. Langkah antisipasi yang dilakukan PK untuk mengikuti Pemilu 2004 tidak hanya mengajukan peninjauan ulang mengenai electoral threshold, tetapi juga mempersiapkan berdirinya partai baru, jika gagal dalam memperjuangkan pengurangan batas ketentuan tersebut. Oleh karena itu, dalam sebuah rapat pleno tahun 2001 dicari cara lain untuk meneruskan dakwah melalui jalur politik. Dalam rapat tersebut, muncul dua pemikiran: pertama, pendapat agar PK menjadi organisasi massa, kedua, pendapat yang menginginkan membuat partai baru yang simbolnya tak jauh berbeda dengan Partai Keadlian. Pendapat kedua inilah yang akhirnya dipilih. Belajar dari “kegagalan” pada pemilu 1999, PKS menempuh upaya perekrutan kader dan simpatisan dengan ekstra keras. Selain itu, PKS juga mengubah strategi dengan menampilkan citra yang lebih inklusif dengan mengangkat isu-isu yang relavan bagi seluruh elemen masyarakat. Ini ditempuh dengan harapan PKS mampu menjaring pemilih seluas-luasnya, tidak terbatas hanya pada kalangan kader Tarbiyah. Berbagai upaya keras ini berbuah manis. Perekrutan dan pengkaderan PKS yang tetap mengandalkan gerakan Tarbiyah ini menunjukkan perkembangan yang sangat cepat. Jika pada awal berdirinya 1998 partai ini baru memiliki kader 42.202 orang maka pada 2004 pertumbuhan kader inti maupun pendukung berjumlah 394.190 orang. Artinya, pertumbuhan kader yang dibangun selama lima tahun mencapai 834 persen.