53 variasi variabel dependen. Langkah yang digunakan untuk menguji
hipotesis ini adalah dengan menentukan level of significance-nya. Level of significance
yang digunakan adalah sebesar 5 atau α = 0,05. Jika sign. t 0,05 maka Ha ditolak namun jika sign. t 0,05 maka Ha
diterima dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen Ghozali, 2011:98.
E. Operasional Variabel dan pengukurannya
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas variabel independen dan variabel dependen yaitu:
1. Variabel Independen Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa perlu diadakan
pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi hukum maupun administrasi.
Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Euphrasia Susy Suhendra 2010. Variabel ini diukur berdasarkan
jumlah penyampaian SPT yang dilaporkan wajib pajak badan dengan menggunakan skala rasio.
54 2. Variabel Moderating
Penagihan pajak adalah suatu tindakan penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus atau juru sita pajak kepada penanggung pajak agar dapat
melunasi utang pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun
pajak. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan
oleh Syahab dan Gisijanto 2008. Variabel ini diukur berdasarkan jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh KPP Pratama Serpong dengan
menggunakan skala rasio.
3. Variabel Dependen Peningkatan penerimaan pajak merupakan kenaikan jumlah
penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang diukur dari selisih PPh Terutang.
Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang digunakan oleh Euphrasia Susy Suhendra 2010. Variabel ini diukur berdasarkan
pajak penghasilan yang terealisasi dalam tahun pajak berjalan dengan menggunakan skala rasio.
55
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Variabel Jenis
Varibel Indikator
Skala Pengukuran
Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Badan
Suhendra, 2010
Independen Diukur berdasarkan
Jumlah penyampaian Surat Pemberitahuan
SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan
KPP Pratama Serpong dari tahun 2008-2011
Rasio
Penagihan Pajak
Syahab, 2008
Moderating Diukur berdasarkan
Jumlah Surat Paksa yang diterbitkan oleh
KPP Pratama Serpong dari tahun 2008-2011
Rasio
Peningkatan Penerimaan
Pajak Suhendra,
2010 Dependen
Diukur berdasarkan Jumlah Realisasi
Penerimaan PPh yang diterima setiap
bulannya pada KPP Pratama Serpong dari
tahun 2008-2011
Rasio
56 Variabel
Dimensi Indikator
Skala Pengukuran
Program Ekstensifikasi
Pajak
Sumber: Hidayat, Abu Gandjar
Aritosa, 2008 Jumlah Wajib
Pajak Jumlah Wajib Pajak Badan
terdaftar setiap bulannya pada KPP Pratama Serpong dari
tahun 2008-2011
Skala Rasio
Pemeriksaan Pajak
Sumber: Pratami, Devi Endah, 2010
Jumlah Surat Ketetapan Pajak
SKP yang diterbitkan
a. Jumlah Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar
SKPKB b. Jumlah Surat Ketetapan
Pajak Kurang
Bayar Tambahan SKPKBT
c. Jumlah Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar
SKPLB d. Jumlah Surat Ketetapan
Pajak Nihil SKPN SKP yang diterbitkan oleh
KPP Pratama Serpong dari tahun 2008-2011
Skala Rasio
Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Sumber: Pratami, Devi
Endah, 2010 Jumlah SPT
yang dilaporkan Jumlah SPT Masa PPh yang
dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan secara tepat waktu setiap
bulannya pada KPP Pratama Serpong dari tahun 2008-2011
Skala Rasio
Penerimaan pajak Sumber:
Suhendra, 2010 Jumlah
Penerimaan Pajak
Jumlah Realisasi Penerimaan PPh yang diterima dari Wajib
Pajak Badan setiap bulannya pada KPP Pratama Serpong
dari tahun 2008-2011 Skala Rasio
56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat dan Perkembangan KPP Pratama Serpong
KPP Pratama Serpong adalah salah satu dari beberapa kantor pelayanan pajak yang ada di wilayah DJP Banten. KPP Pratama Serpong
yang dulu bernama KPP Serpong yang berdiri tahun 1994, KPP ini beralamat di Jalan Raya Serpong Sektor VIII Blok 405 No.4 BSD
Tangerang dan bersebelahan dengan kantor Samsat Serpong. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor: 55PMK.012007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 132PMK.012006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang bertujuan untuk menerapkan struktur organisasi baru guna mendukung dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem administrasi perpajakan. Implementasi dari proses ini dilakukan dengan memodernisasi Kantor
Wilayah DJP Banten dan mendirikan kantor pelayanan pajak modern dengan nama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong.
Berdasarkan Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 55PMK.012007 tanggal 31 Mei 2007 KPP Pratama
Serpong memiliki wilayah kerja meliputi 4 empat kecamatan yaitu: a. Kecamatan Pondok Aren