Perilaku junshi anak buah Hosokawa Tadatoshi Perilaku junshi Hatsuda Masamori dan Abeshige Tsugu Akouroshi bushi tak bertuan di Akou atau kisah 47 ronin

3. Perilaku junshi Gensatsu anak buah Ikeda Terumasa

Ikeda Terumasa merupakan seorang daimyo dari wilayah Hino, dia meninggal pada tahun 1613. Gensatsu yang merupakan seorang rozu pejabat tertinggi di kedaimyoan sebagai wakil daimyo yang sangat dipercaya oleh Ikeda Terumasa. Ia ingin melakukan perbuatan junshi sebagai bentuk pengabdian kepada atasannya. Kemudian Toshikata yang di tunjuk sebagai calon penerima ahli waris kekuasaan dengan sangat susah melarang Gensatsu untuk tidak melakukan junshi, Toshikata telah memerintahkan pengawalnya untuk mengawasi gerak-gerik Gensatsu. Namun pada saat orang-orang dan pengawal memperhatikan pemasukan jenazah Ikeda Terumasa ke dalam peti mati, dalam waktu yang sangat cepat Gensatsu berhasil melakukan junshi dengan menusukkan pedang pendek ke perutnya sendiri.

4. Perilaku junshi anak buah Date Masamune

Pada tahun 1636, Date Masamune yang merupakan seorang daimyo dari wilayah Sendai meninggal dunia. Dari 15 orang anak buah yang dimilikinya, hanya 5 orang anak buahnya yang setia yang melakukan junshi terhadap tuannya.

5. Perilaku junshi anak buah Hosokawa Tadatoshi

Pada tahun 1641, ketika meninggalnya Hosokawa Tadatoshi yang juga seorang daimyo, sebanyak 18 orang anak buahnya melakukan junshi sebagai bentuk pengabdian diri mereka terhadap tuannya. Universitas Sumatera Utara

6. Perilaku junshi Hatsuda Masamori dan Abeshige Tsugu

Pada tahun 1651, pada waktu Shogun Tokugawa Iemitsu meninggal, para pengikut setianya dari tairo pejabat tertinggi pembantu shogun yang bernama Hatsuda Masamori sampai rozu yang bernama Abeshige Tsugu, mereka semuanya melakukan junshi sebagai bentuk loyalitasnya kepada atasannya shogun.

7. Akouroshi bushi tak bertuan di Akou atau kisah 47 ronin

Pada tanggal 13 Maret 1701, di istana keshogunan di Edo diadakan upacara persembahan terhadap kaisar. Pada upacara penghormatan terhadap kaisar tersebut, kaisar mengirimkan dua orang utusan untuk menerimanya. Untuk menyerahkan penghormatan tersebut, seperti biasanya setiap tahun shogun memanggil daimyo untuk melakukan sembah sujud. Pada waktu itu Shogun Tokugawa menunjuk Asano Takuminaganori daimyo dari daerah Akou dan juga menunjuk Date Ryonosuke Muneharu daimyo dari wilayah Yoshida. Untuk kelancaran acara tersebut, seperti biasanya para daimyo tersebut harus berlatih dahulu mendapat pelajaran dari koke pejabat tinggi penasehat shogun di keshogunan dan juga sebagai daimyo shinpan daimyo yang membantu Tokugawa dalam perang sekigahara yang masih keluarga istri Tokugawa. Untuk itu Asano dan Ryonosuke belajar pada Kira Kazukeyoshinaka Tetapi ternyata dalam upacara persembahan terhadap kaisar tersebut Asano mendapat malu yang besar, karena berkali-kali melakukan kesalahan dalam upacara sembah sujud pada utusan kaisar tersebut. Sedangkan Ryonosuke tidak mendapat kesalahan seperti itu. Oleh karena itu Asano merasa bahwa pangeran Kira sudah mengajarkan hal yang salah kepadanya. Universitas Sumatera Utara Sehingga pada keesokan harinya tanggal 14 Maret 1701 terjadi keributan, pada waktu pangeran Kira berjalan di matsunotairoka suatu koridor di dalam istana Edo, Asano Takuminaganori melukai pengeran Kira dari belakang dengan pedang pendek sambil berkata kono aida no ikkon ga oboetaruka apakah ingat sakit hati saya waktu itu?. Asano dua kali menancapkan pedangnya kepunggung pangeran Kira, namun pangeran Kira tidak melawan. Ketika pangeran Kira akan jatuh, seorang petugas keamanan istana bernama Yasobee yang melihat kejadian tersebut menangkap dan menggendong pangeran Kira. Tentang motif kejadian tersebut, orang-orang menjadi ragu bila menganalisa perkataan ”kono aida no ikkon ga oboetaruka”, yang berarti seolah- olah Kira mempunyai masalah sebelumnya dengan Asano, sehingga Asano menyimpan dendam. Tetapi banyak orang menduga awal dari kejadian ini adalah karena anak buah Asano tidak menbayar bayaran yang cukup ketika Asano belajar pada pangeran Kira. Sehingga pangeran Kira mengajarkan hal yang salah, dan hal inilah yang menyebabkan Asano melakukan kesalahan pada acara sembah sujud terhadap utusan kaisar. Sehingga rasa malu Asano tidak tertahankan lagi dan ingin membunuh pangeran Kira. Setelah peristiwa tersebut Asano dibawa kepengadilan keShogunan Tokugawa. Tokugawa sendiri memerintahkan keputusan hukuman seppuku kepada Asano. Dengan alasan, bahwa Asano telah melanggar peraturan membuat keonaran di dalam istana Edo. Selain itu, sebagai bushi melukai dari belakang adalah ciri bushi pengecut, perbedaan usia antara Asano dan pengeran Kira juga di anggap tidak pantas lagi untuk melakukan perkelahian, karena Asano masih muda yaitu berusia 30 tahun, dan pangeran Kira sudah berusia 75 tahun. Universitas Sumatera Utara Di pihak lain, pangeran Kira diputuskan tidak bersalah, pangeran Kira dinilai sebagai orang yang mengetahui peraturan istana keshogunan karena tidak melakukan perlawanan. Sehingga Tokugawa bakufu merasa berkewajiban mengobati dan melindungi pangeran Kira. Kejadian melukai pangeran Kira di istana Edo terjadi pada jam 12.00 siang, kemudian keputusan hukuman seppuku dari Tokugawa bakufu disampaikan kepada Asano pada jam 16.00, dan perintah tersebut dilaksanakan jam 18.00 sore. Setelah Asano melakukan seppuku, daerah Akou yang berpenghasilan 53.000.000 koku padi dikuasai oleh Tokugawa pada tanggal 15 Maret 1701, karena ada peraturan dari Tokugawa, apabila ada daerah yang tidak bertuan maka Tokugawa berhak menguasainya. Setelah mengetahui peristiwa yang terjadi pada tuannya, anak buah Asano yang setia melanjutkan hasrat balas dendam tuannya sebelum kemudian mereka bunuh diri bersamaan di makam tuannya, ada sebanyak 47 orang bushi yang setia yang dipimpin oleh Oishi Kuranosuke. Oishi adalah seorang anak buah yang ketika kejadian yang menimpa tuannya, segera kembali ke Akou sepuluh hari lebih cepat dari pada utusan bakufu. Balas dendam anak buah Asano ternyata bukan ditujukan kepada Tokugawa yang dirasa memihak dalam pengadilan. Tetapi ternyata balas dendamnya ditujukan kepada pangeran Kira, untuk melanjutkan keinginan Asano untuk membunuh pangeran Kira. Usaha untuk membunuh pangeran Kira bukan suatu hal yang mudah, karena pangeran Kira tinggal di tempat yang jauh dari Akou. Selain itu pangeran Kira mempunyai anak buah pengawal yang tangguh. Pada zaman tersebut, Universitas Sumatera Utara bukanlah hal mudah untuk memasuki wilayah lain. Dari sekian banyak anak buah Asano tinggal 47 orang bushi ini yang setia, yang lainnya sudah menjadi pekerja di wilayah keshogunan, dan ada yang melarikan diri kewilayah daimyo lain. Anak buah yang 47 orang tersebut sudah tidak bertuan lagi sehingga disebut dengan roshi, wilayah merekapun tidak ada lagi, karena sudah dikuasai oleh bakufu. Dalam usahanya untuk membunuh pangeran Kira, mereka menghabiskan waktu satu tahun. Mereka melakukan penyamaran supaya niat mereka tidak diketahui siapapun, mereka menyuruh putri-putri mereka bekerja diwilayah pangeran Kira dengan tujuan untuk mendapat rahasia benteng Kira. Hubungan antara sesama anak buah Asano yang satu dengan yang lainnya tidak diketahui orang lain, sehingga dengan segala upaya mereka akhirnya pada tanggal 14 Desember 1702 berhasil membunuh pangeran Kira, dengan pedang yang dipergunakan Asano melukai pangeran Kira di Istana Edo, anak buah memenggal kepala pangeran Kira dan membawa kepalanya ke makam Asano. Kemudian dengan pedang itu pula ke 47 anak buah Asano yang dipimpin Oishi melakukan junshi. Dengan demikian peristiwa tersebut dinamakan 47 nin no roushi di Akou, atau Akouroshi Jiken.

8. Kisah junshi Yamamoto Tsunemoto

Dokumen yang terkait

Nihon Go No “TE” Ni Kansuru Kanyouku No Imi No Hikaku NO Bunseki

8 69 94

5 CM No Shousetsu Ni Tsuite No Bunseki

0 18 24

Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Kibou) O Arawasu Toshite No –Tai To –Tagaru Toiu Jodoushi No Bunseki

5 98 64

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 1 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 1

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 7 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 15

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki Chapter III IV

0 0 19

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 2

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 5