seperti melakukan junshi dan adauchi, sehingga daimyo tidak menjadi kuat dan tidak mampu melakukan perlawanan terhadap shogun.
2.2 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Bushidou
2.2.1 Kejujuran
Kejujuran merupakan keyakinan dalam kode etik samurai. Di dalam diri samurai tidak ada yang lebih buruk dari pada curang dalam pergaulan dan
perbuatan yang tidak jujur. Jika seseorang memiliki sifat jujur dan berjalan di atas jalan lurus, dapat
dipastikan bahwa ia seorang yang pemberani. Di kalangan samurai yang merupakan golongan prajurit, sifat-sifat tersebut merupakan menjadi suatu
kewajiban untuk dimiliki. Konsep kejujuran dalam bushidou adalah pembuatan keputusan yang
benar dengan alasan yang tepat. Alasan yang tepat ini adalah giri, giri lah yang merupakan alasan seseorang untuk memutuskan berbuat sesuatu dan bersikap
dengan orang tua, kepada superior, dan kepada masyarakat luas. Kejujuran adalah sifat yang wajib dimiliki oleh samurai www.gutenberg.net.
Kejujuran di kalangan samurai merupakan etika yang tidak bisa diragukan lagi. Ia harus tegas ketika menghadapi kapan harus mati dan kapan harus
membunuh, asalkan demi kebenaran yang dianutnya. Keberanian seorang samurai harus didasari oleh kejujuran serta akal sehat, tanpa kecerobohan maupun
kecurangan, dalam ajaran konfutsu keberanian itu adalah melakukan hal yang dianggap benar. Tetapi keberanian itu juga dibedakan antara berani karena
Universitas Sumatera Utara
membela atau mempertahankan prinsip kebenaran dengan keberanian yang ada pada tingkah laku kejahatan.
2.2.2. Kesopanan
Menurut Nitobe dalam Tarigan 2005:25 mengatakan bahwa di Jepang penghayatan musik merdu dan sajak-sajak indah merupakan kurikulum
pendidikan untuk menbangun perasaan dan jiwa lembut, yang kemudian akan menggugah penghayatan terhadap penderitaan orang lain. Kerendahan hati untuk
memahami orang lain adalah akar dari sikap sopan-santun. Kemudian menurut Nitobe dalam Sipahutar 2007:34-35 mengatakan
bahwa sikap sopan-santun merupakan unsur kemanusiaan tertinggi dan hasil terbaik dari hubungan masyarakat. Kesopanan yang tercermin pada masyarakat
Jepang bermula dari tata cara yang bersifat rutinitas. Bagaimana seseorang harus tunduk pada teguran orang lain, bagaimana seseorang harus berjalan, duduk,
mengajar, dan di ajar dengan penuh kepedulian Tata krama menjadi suatu ilmu; umpamanya pada upacara minum teh cha-
noyu. Upacara ini pada hakekatnya mengajarkan orang untuk bersikap sopan, terkendali, sesuai dengan tata-krama sehingga tercipta suatu ketenangan dan rasa
kebersamaan Tarigan, 2005:26.
2.2.3 Kesetiaan