Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

sampai 37 , mereka beranggapan bahwa kemampuan mereka terungkap dalam pekerjaan mereka, tanpa memandang besarnya perusahaan tempat mereka bekerja dan apakah mereka itu adalah buruh kasar atau pegawai Fukutake, 1988:120. Pada umumnya para pekerja di Jepang mulai bekerja sejak pukul 08:00 pagi dan pulang pada pukul 17:00 sore, namun sebagian pegawai di Jepang lebih senang melanjutkan sisa pekerjaannya zangyo di kantor, kadang-kadang mereka bekerja hingga larut malam dan bahkan tidur di tempat mereka bekerja. Hal tersebut menyebabkan terjadinya 過労死 karoushi kematian pekerja yang disebabkan oleh stress dan kelelahan akibat kerja yang berlebihan dan karōshi ini membuktikan bahwa frekuensi jam kerja di Jepang masih sangat tinggi dan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kematian yang dikategorikan dengan karōshi selalu berhubungan dengan jam kerja yang tinggi, shift kerja dan jadwal kerja yang tidak teratur yang kebanyakan mereka telah bekerja lebih dari 3000 jam per tahunnya sampai akhirnya kelelahan dan meninggal dunia. Tetapi karoushi pun terjadi karena keinginan dari diri sendiri sebagai bentuk loyalitas atau kesetiaan yang sudah mendasar dalam diri orang Jepang sejak dulu, seperti kesetiaan yang dimiliki oleh bushi. Atas dasar hal itulah penulis tertarik untuk membahas nilai kesetiaan yang terdapat dalam karōshi secara khusus melalui skripsi yang berjudul “ANALISIS NILAI KESETIAAN BUSHIDOU DIHUBUNGKAN DENGAN KAROUSHI”.

1.2 Perumusan Masalah

Kesetiaan yang diterapkan dalam ajaran bushidou adalah kesetiaan seorang bushi dalam menjalankan tugas yang diberikan oleh tuannya. Dalam Universitas Sumatera Utara menjalankan tugasnya ini mereka dituntut untuk tunduk terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh tuannya. Dan pada saat ini kesetiaan yang dimiliki bushidou ini dapat dilihat pada kehidupan masyarakat Jepang, salah satunya adalah kesetiaan yang dimiliki seorang pekerja karyawan terhadap perusahaannya. Sebagai seorang karyawan yang bekerja pada sebuah perusahaan, ia sangat setia, bekerja keras dan rela mengorbankan kepentingan pribadinya hingga menyebabkan karoushi, yaitu kematian akibat kelelahan bekerja. Ini dilakukan sebagai suatu bentuk tanggung jawab dan loyalitasnya terhadap perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah nilai kesetiaan yang terdapat dalam bushidou? 2. Bagaimanakah fenomena karoushi yang terjadi di Jepang? 3. Bagaimanakah nilai kesetiaan bushidou dihubungkan dengan karoushi?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus. Dalam skripsi ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada nilai-nilai kesetiaan bushidou dalam karoushi berdasarkan ajaran bushidou. Untuk mendukung pembahasan akan diterangkan juga tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan bushidou dan karoushi. Universitas Sumatera Utara 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Macluer dan Page dalam Soekanto 2003:24, mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata krama, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat pada zaman feodal Jepang mulai berkembang dan penguasaan lahan tanah yang terpecah belah sebagai faktor produksi melalui kekuatan militer, dimana kaum feodal menyediakan keamanan bagi petani sehingga para petani dapat mengerjakan lahannya. Sedangkan pembagian hasil ditentukan oleh tuan feodal sehingga petani tidak bisa hidup menjadi kuat, tetapi selalu tergantung pada tuannya. Menurut Martin dalam Situmorang 1995:1 mengatakan bahwa masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang hidup “di atas” tanah yang terpecah belah. Hal ini terjadi karena lahirnya banyak penguasa feodal yang memberikan perlindungan atas faktor produksi, terutama tanah kepada petani. Penguasa militer dengan perantara prajurit menekan pajak setinggi-tingginya dari petani sehingga petani tersebut hidupnya tergantung pada penguasa militer tersebut. Dalam pemerintahan yang berdasarkan feodalisme atau kebudayaan feodal ini, Jepang mempunyai golongan militer yang sangat kuat bahkan dalam stratifikasi masyarakat pada saat itu menduduki tingkat pertama. Golongan militer ini disebut dengan bushi. Universitas Sumatera Utara Situmorang 1995:11 menjelaskan bahwa pada awalnya bushi adalah kelompok petani yang dipersenjatai untuk mengabdi kepada tuannya kizoku keluarga bangsawan, tetapi kemudian setelah mereka berhasil menjalankan perannya yang besar dalam menjaga eksistensi dozoku tuannya tersebut, lama kelamaan mereka tidak bergantung lagi pada kizoku. Malah sebaliknya, kizoku akhirnya tergantung pada bushi sehingga kelompok bushi tersebut menjadi kelompok yang disegani, sama dengan kizoku. Dalam zaman feodalisme di Jepang baik sebelum maupun pada saat zaman Edo sudah ada dirumuskan suatu konsep etos pengabdian diri bushi terhadap tuannya yang dikenal dengan bushidō atau jalan hidup bushi. Benedict 1982:333 mengatakan bushidou adalah perpaduan antara keadilan, keberanian, kebaikan hati, kehormatan, kesopanan, kesetiaan, dan pengendalian diri. Situmorang 1995:21 mengatakan bushidō yang ada di Jepang sebelum dipengaruhi oleh ajaran shido dari Tokugawa, telah ada semenjak adanya bushi di Jepang yang disebut dengan bushidou lama. Bushidou lama dapat ditandai dengan pengabdian diri yang mutlak dari anak buah terhadap tuannya. Mereka mampu untuk melakukan 殉死 junshi bunuh diri mengikuti tuannya, ataupun juga mampu mewujudkan 仇討ち adauchi balas dendam tuannya. Dalam hal ini terkandung adanya kesetiaan bushi terhadap tuannya, yaitu kesetiaan pengabdian yang di dasarkan pada ajaran bushidou. Bushidou jalan prajurit sangatlah penting bagi setiap upaya mempelajari nilai-nilai dan etika masa Tokugawa dan masa Jepang modern. Hal ini disebabkan karena bushi atau samurai memadukan nilai-nilai budaya Jepang, dan juga baik Universitas Sumatera Utara pada masa Tokugawa maupun zaman modern, etika bushidou ini telah menjadi etika nasional bangsa Jepang. Menurut Situmorang dalam Wulandari 2005:13 mengatakan Kesetiaan adalah kesediaan melaksanakan perintah atau keinginan orang lain dengan mengorbankan kepentingan pribadi. Selanjutnya diterangkan juga menurut Situmorang dalam Wulandari 2005:13, kesetiaan secara umum dapat dibagi menjadi tiga unsur yaitu, setia karena situasi yang terdesak atau terpaksa, setia karena ajaran moral, dan setia karena untuk mendapat keuntungan ekonomi. Kesetiaan masyarakat Jepang merupakan wujud balas budi terhadap budi baik atasan, negara, dan juga orang tua. Budi baik orang lain disebut dengan on dan balasannya disebut dengan onegashi, balas budi baik atasan disebut dengan chu dan balas budi baik terhadap orang tua disebut dengan ko, seluruh kewajiban membalaskan budi baik tersebut disebut dengan giri. Balas budi kelihatan juga dalam pandangan koshikannen 公私観念 publik dan privat. Ko = publik atau juga atasan, sedangkan shi = pribadi atau bawahan. Kepentingan pribadi harus tunduk kepada kepentingan umum, atau juga harus tunduk kepada kepentingan perusahaan, atau kepentingan bawahan harus tunduk kepada kepentingan atasan. Ketika kepentingan privat tunduk kepada kepentingan umum, disinilah adanya chu 忠. Pada masyarakat Jepang lebih mengutamakan chu daripada ko, artinya lebih mengutamakan balas budi terhadap atasan, atau perusahaan daripada balas budi terhadap orang tua. Ketidakmampuan membalaskan budi inilah rasa malu yang paling besar bagi masyarakat Jepang. Oleh karena itu rasa malu mengakibatkan pengabdian yang paling tinggi. Dalam Universitas Sumatera Utara bushidou pengabdian tersebut diungkapkan dalam kata ‘shinukotowomitsuketari’ menemukan jalan kematian yaitu dalam perilaku junshi bunuh diri mengikut i kematian tuan, dan dalam perusahaan Jepang sekarang ada istilah karoushi mati karena kebanyakan kerja Situmorang, 2008:9. Watsuji dalam Situmorang 1995:21 mengatakan, penyebab yang mendorong pengikut yang dekat dengan tuan melakukan junshi, adalah karena di dalam ie terjadi jalinan hubungan yang sangat erat antara tuan dan pengikut yang telah berlangsung dari generasi ke generasi antara tuan dan anak buah. Karena itu anak buah berpikiran bahwa segala sesuatu yang diterimanya selama hidup merupakan on budi dari tuan, yang harus dibayar dengan chu penghormatan terhadap tuan, yang diwujudkan dengan giri balas budi. Pada saat sekarang ini kesetiaan pengabdian yang didasarkan pada ajaran bushidou inilah yang masih diterapkan dalam dunia industri Jepang, yaitu kesetiaan seorang karyawan terhadap perusahaan tempat mereka bekerja. Sebagai wujud balas budi karyawan perusahaan di Jepang mau bekerja keras untuk kemajuan perusahaannya. Kesetiaan ini jugalah yang menyebabkan orang Jepang meninggal karena kelelahan bekerja yang disebut dengan istilah karoushi. Karoushi adalah suatu fenomena sosio-medis dimana terjadi kematian secara mendadak yang disebabkan oleh stress yang menumpuk, terlalu banyak bekerja baik fisik maupun mental atau dapat diartikan kematian yang disebabkan karena terlalu banyak bekerja. Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu teori pendekatan yang menjadi suatu acuan bagi penulis dalam menganalisis perilaku atau fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat Jepang. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan sosiologis dan pendekatan historis di dalam menganalisis hal tersebut di atas. Penulis akan menganalisis suatu peristiwa untuk dapat menyampaikan berbagai macam tujuan, termasuk di dalamnya pesan atau nilai kebudayaan dalam bushidou yang tercermin dalam karoushi. Menurut Soekanto 2003:27 suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian. Menurut Weber dalam Situmorang 1995:3 mengatakan bahwa kebudayaan culture bagi telaah sosiologis diartikan sebagai seluruh cara hidup manusia, dari hasil kerajinan tangan dan pola sikap sampai ke ide-ide serta cita- citanya. Dia menamakan gejala ini ‘ethos’. Ethos berarti sekalian sifat yang menjadi ke khasan seseorang, golongan atau suatu lembaga. Tujuan menggunakan istilah ini adalah untuk menunjukkan apa yang dipentingkan oleh seseorang untuk menunjukkan komitmen pribadi setiap individu dalam masyarakat terhadap sekalian masyarakat atau grup berstatus tertentu, mulai dari pola sikap sampai kepada cita-cita material ideal. Universitas Sumatera Utara Menurut Soekanto 1985:2 mengatakan bahwa sosiologi bertujuan mempelajari semua aspek sosial kehidupan manusia, secara ilmiah. Sebagai cerminan kehidupan masyarakat, sosiologis terfokus pada segi-segi sosial kemasyarakatan dan juga mempersoalkan segi-segi yang menunjang pembinaan dan peningkatan pengembangan dalam tata cara kehidupan. Pendekatan sosiologis merupakan proses pengungkapan kebenaran yang didasarkan pada penggunaan konsep-konsep dasar yang dikenal dalam sosiologi sebagai ilmu. Konsep-konsep dasar tersebut merupakan sarana ilmiah yang dipergunakan untuk mengungkapkan kebenaran yang ada dalam masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat Soekanto, 2003:411. Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dalam hal ini penulis menganalisis dengan menggunakan pendekatan sosiologis karena pendekatan sosiologis digunakan untuk membantu memahami kesetiaan bushi terhadap tuannya, karyawan terhadap perusahaannya, serta memahami kehidupan manusia dalam masyarakat. Untuk memahami peristiwa-peristiwa pada zaman dahulu di Jepang, pada zaman Edo yang mengungkapkan kesetiaan bushi maka penulis juga menggunakan pendekatan historis untuk melihat latar belakang sejarah ajaran bushidou dalam kehidupan orang Jepang serta memahami unsur-unsur sejarahnya dan juga agar penelitian ini dapat dilihat dari perspektif serta waktu terjadinya fenomena-fenomena yang diselidiki. Kevin dalam Kaelan 2005:61 berpendapat bahwa sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi Universitas Sumatera Utara yang terpadu dari keadaan-keadaan, kejadian-kejadian atau fakta-fakta yang terjadi di masa lampau yang di tulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Kartodirjo dalam Kaelan 2005:61 juga mengatakan bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang membahas peristiwa di masa lampau, yang mengungkapkan fakta mengenai apa, kapan dan di mana, serta juga menerangkan bagaimana sesuatu itu terjadi beserta sebab akibatnya. Ratna 2004:65 berpendapat bahwa pendekatan historis memusatkan perhatian pada masalah bagaimana hubungannya terhadap karya yang lain, sehingga dapat diketahui kualitas unsur-unsur kesejarahannya. Pada umumnya pendekatan historis dikaitkan dengan kompetensi sejarah umum yang dianggap relevan. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui nilai-nilai kesetiaan yang tercermin dalam ajaran bushidou. 2.. Untuk mengetahui fenomena karoushi yang banyak terjadi di Jepang. 3. Untuk mengetahui nilai kesetiaan bushidou yang di hubungkan dengan karoushi.

1.5.2 Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang ajaran bushidou dan fenomena karoushi yang terjadi di Jepang. Universitas Sumatera Utara 2. Dapat menambah wawasan dan mengetahui perwujudan nilai-nilai kesetiaan bushidou dalam karoushi.

1.6 Metode Penelitian

Di dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Metode adalah cara melaksanakan penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat 1976:30, penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis menggunakan teknik studi kepustakaan library research, dengan mengambil sumber acuan dari berbagai buku dan artikel yang berhubungan dengan bushidou, karoushi, sejarah Jepang serta buku-buku panduan sosiologis, historis dan buku-buku lainnya sebagai literatur tambahan. Semua data tersebut penulis peroleh dari fasilitas yang tersedia di Perpustakaan umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Program Studi Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang Medan, juga diperoleh dari berbagai jurnal, artikel, dan berbagai situs internet. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM BUSHIDOU DAN KAROUSHI

2.1. Sejarah Lahirnya Bushi

Dokumen yang terkait

Nihon Go No “TE” Ni Kansuru Kanyouku No Imi No Hikaku NO Bunseki

8 69 94

5 CM No Shousetsu Ni Tsuite No Bunseki

0 18 24

Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Kibou) O Arawasu Toshite No –Tai To –Tagaru Toiu Jodoushi No Bunseki

5 98 64

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 1 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 1

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 7 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 15

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki Chapter III IV

0 0 19

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 2

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 5