Asal Mula Bushi Sejarah Lahirnya Bushi

BAB II TINJAUAN UMUM BUSHIDOU DAN KAROUSHI

2.1. Sejarah Lahirnya Bushi

2.1.1. Asal Mula Bushi

Era feodalisme di Jepang telah mengalami perubahan sejak zaman Kamakura sampai pada zaman Edo sehingga ada perbedaan feodalisme awal dan feodalisme akhir. Masa feodalisme di Jepang sangat erat kaitannya dengan bushi dimana feodalisme awal pada zaman Kamakura berpusat pada kesetiaan pengabdian diri bushi kepada tuannya yang diubah menjadi pengabdian diri terhadap shogun shido pada zaman Edo. Sebelum zaman feodal, sistem pemerintahan dikenal dengan sistem ritsuryo yang berlaku sampai zaman Heian abad 7 sampai abad 12. Dalam sistem ritsuryo, Tenno kaisar adalah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi, dan para kizoku keluarga bangsawan, yang merupakan kerabat Tenno, bertugas sebagai pelaksana administrasi pemerintahan di pusat dan di daerah Situmorang, 1995:9-10. Pada masa itu belum dikenal adanya sistem kepemilikan dan penguasaan tanah secara pribadi, dan sistem kepemilikan tanah pada masa itu disebut dengan sistem kochi komin atau wilayah umum dan masyarakat umum. Dalam perkembangan selanjutnya lahir kelompok kerjasama petani sonraku kyodo tai di bawah pimpinan kizoku. Pada waktu itu kaum kizoku bertugas sebagai pekerja administrasi ritsuryo, dan ada juga yang bertugas sebagai pemimpin kuil. Universitas Sumatera Utara Kelompok sonraku kyodo tai terpisah dari pemerintahan ritsuryo. Sehingga para petani banyak meninggalkan kewajiban kochi komin dan masuk ke dalam kelompok pertanian kizoku, karena di dalam pertanian kizoku mereka mendapat keamanan dan perlindungan kizoku. Selain itu mereka juga diberi kebebasan menguasai sendiri bagian lahan pertanian yang disebut dengan kubunden sei sistem pembagian lahan pertanian, dan di dalamnya mereka diakui juga sebagai anggota ie keluarga kizoku tersebut. Tanah pertanian kizoku yang terpisah dari sistem ritsuryo dinamakan dengan shoen. Penggarapan shoen ini melahirkan ie yang keanggotaannya bukan terbatas hanya pada hubungan darah saja. Kemudian di dalam ie tersebut lahir hubungan atasan dan bawahan yang disebut dengan mibunsei yaitu sistem jenjang kedudukan antara tuan dengan pengikut di dalam ie. Kelompok tersebut diikat dengan pemujaan satu dewa yang sama, kelompok-kelompok ini dinamakan dozoku. Persaingan antara kelompok-kelompok dozoku untuk menguasai shoen lain mengakibatkan mereka saling berperang. Untuk itulah mereka membentuk pasukan bersenjata yang disebut dengan bushi, yang sebelumnya hanyalah petani biasa yang dipersenjatai. Sebelumnya dalam sistem ritsuryo, pasukan diambil dari masyarakat umum dengan persenjataan yang hanya boleh dimiliki oleh pemerintah ritsuryo. Tetapi kemudian karena para kizoku pemilik shoen dan kizoku penguasa kuil membentuk serdadu, maka terbentuklah sistem pertahanan dengan sistem bushi dimana-mana. Pada awalnya, bushi adalah kelompok bersenjata yang mengabdi pada tuan kizoku, tetapi kemudian setelah mereka berhasil menjalankan perannya yang Universitas Sumatera Utara besar dalam menjaga eksistensi dozoku, lama kelamaan mereka tidak bergantung pada kizoku justru sebaliknya kizoku akhirnya bergantung pada bushi sehingga kelompok bushi menjadi kelompok yang disegani, sama dengan kizoku. Pada zaman Heian abad 8-12, keluarga bangsawan Fujiwara yang berstatus sebagai kizoku berhasil mengadakan pendekatan secara kekeluargaan dengan keluarga tenno dengan cara mengawinkan putra-putri mereka. Dari hasil hubungan kekeluargaan tersebut, pada tahun 1017, Fujiwara no Michinaga diangkat sebagai kanpaku wali kaisar dalam menjalankan pemerintahan karena kaisar pada waktu itu sedang melaksanakan insei tinggal di kuil mengisolasi diri dari masyarakat Situmorang, 1995:11. Pada waktu kaisar melakukan insei, banyak terjadi keributan di daerah, di antara sesama kizoku terjadi perang, kizoku yang lemah harus bersatu dengan kizoku yang kuat sehingga melahirkan banyak ie kizoku yang kuat. Kemudian dengan meluasnya hubungan antara tuan dan anak buah mengakibatkan lahirnya peringkat-peringkat pada kalangan kizoku. Hal inilah yang merupakan awal dari lahirnya sistem feodal di Jepang, yang kemudian memunculkan pemimpin- pemimpin bushi yang menyatukan kekuatan bushi menjadi bushi yang besar yang disebut bushi no toryo penanggung jawab bushi yang dipimpin oleh keturunan bushi bangsawan kizoku yang tinggal di daerah, di antaranya yang paling terkenal adalah keluarga Taira Heishi dan keluraga Minamoto Genji Situmorang, 1995:11-12. Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Bushidou dalam Feodalisme

Dokumen yang terkait

Nihon Go No “TE” Ni Kansuru Kanyouku No Imi No Hikaku NO Bunseki

8 69 94

5 CM No Shousetsu Ni Tsuite No Bunseki

0 18 24

Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Kibou) O Arawasu Toshite No –Tai To –Tagaru Toiu Jodoushi No Bunseki

5 98 64

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 1 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 1

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 7 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 15

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki Chapter III IV

0 0 19

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 2

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 5