Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad XVI-XVII

37

BAB IV KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS

PERDAGANGAN ABAD XVI-XVII

A. Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad XVI-XVII

Jalur sutera adalah nama puitis dari jalur perdagangan yang berkembang antara Asia dan Eropa sejak abad-abad pertama masehi. Nama Seidentrasse yang pada abad ke 19 M, diberi oleh seorang pakar geografi Jerman, Baron Ferdinand von Richthofen, kini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, dan sejak tahun 1978 M, menjadi nama sebuah proyek penelitian Unesco yang diberi judul : Integral Study of the Silk Roads: Roads of Dialogue. Dengan memilih nama demikian hendak diperingatkan bahwa melalui jalur itu tidak hanya mengalir barang dagangan seperti sutera, rempah-rempah, dan sebagainya tetapi juga gagasan dan pemikiran, nilai dan norma, dan sebagainya yang telah memperkaya, malah mengubah kebudayaan setempat. 57 Jalur sutera ini juga meliputi atau melewati perairan Indonesia. Jalur ini menyatu dengan jalur rempah-rempah yang berawal dari Maluku, penghasil pala dan cengkeh. Sampai akhir abad ke-13 M, rempah-rempah Maluku dahulu hanya diperdagangkan ke Ambon dan Banda oleh para pedagang lokal. Para pedagang Jawa dan Melayu kemudian membawanya dari Ambon atau tepatnya Hitu dan Banda ke Pelabuhan Gresik, Tuban, Pasai, dan Malaka. Tetapi para pedagang Hitu dan Banda ketika itu juga membawa rempah-rempah Maluku ke 57 Adrian B. Lapian, Ternate Sekitar Pertengahan Abad XVI Menurut Catatan Antonio Galvao, Kapitan di Ternate 1536-1539, dalam Ed, G.A. Ohorella, Ternate Sebagai Bandar di Jalur Sutera Jakarta: CV. Putra Sejati Raya, 1997, h. 59. 38 pelabuhan-pelabuhan Jawa Timur dan Malaka. 58 Pada awal abad ke-14 M, pelabuhan Ternate, Tidore, Makian, dan Bacan mulai dikunjungi para pedagang Nusantara yaitu Jawa dan Melayu lalu menyusul pedagang-pedagang Cina dan Arab. Agaknya perdagangan cengkeh mulai ramai kala itu. Dengan datangnya para pedagang dari Arab, agama Islam mulai masuk namun belum dianut oleh para bangsawan maupun oleh kalangan penduduk lainnya. Barulah pada pertengahan abad ke-15 M agama Islam mulai dianut oleh para bangsawan kemudian menyusul kalangan penduduk lainnya. Namun, rupanya bukan bangsa Arab yang mengislamisasi penduduk Ternate melainkan orang Jawa atau tepatnya berasal dari Giri Gresik yaitu Maula Husein. Pada pertengahan abad ini jugalah motivasi para pelayar ataupun para pedagang asing untuk memperoleh rempah-rempah ini secara langsung tanpa pedagang perantara seperti pada abad-abad sebelumnya telah mendorong mereka melakukan pelayaran hingga menemukan daerah asal produsennya. Mula-mula terbatas pada orang Portugis dan Spanyol saja, tetapi sejak akhir abad ke 16 M orang Inggris, Perancis, Belanda, dan kemudian juga orang Denmark, 59 mulai terlibat dalam pertarungan sengit yang terjadi ketika kapal-kapal Eropa tersebut saling memperebutkan hegemoni dan monopoli perdagangan pada masa globalisasi awal ini. Cengkeh merupakan komoditi dagang yang dibawa dari Indonesia oleh pedagang India. Cengkeh yang merupakan hasil dari wilayah Timur Indonesia 58 M.Adnan Amal, Maluku Utara. Perjalanan Sejarah 1250-1800 Universitas Khairun Ternate, 2002 h. 230. 59 Adrian B. Lapian, Ternate Sekitar Pertengahan Abad XVI Menurut Catatan Antonio Galvao, Kapitan di Ternate 1536-1539, h. 60. 39 rupa-rupanya telah dikenal lama dalam tradisi India ini dibuktikan dalam kitab Raghuvamsa yang ditulis Kalidasa disebut lavanga yang berarti cengkeh yang berasal dari Dvipantara yang artinya nama lain dari Indonesia. 60 Cengkeh oleh orang India digunakan antara lain untuk campuran bahan obat yang diperkenalkan oleh seorang tabib raja. Digunakannya jalur laut ke ”kepulauan rempah-rempah” oleh para pedagang bangsa asing untuk mencapai dan membawa ke pelabuhan-pelabuhan lain. Karena jalur darat dirasakan tidak aman dan beresiko tinggi selain berhadapan dengan para perampok, para pedagang yang melewati jalur ini harus mengeluarkan biaya yang terlalu tinggi belum lagi terjadi pungutan dalam sepanjang perjalanan oleh orang-orang yang bermukim di wilayah jalur niaga. Kerajaan atau kesultanan-kesultanan di Maluku sangat mengandalkan penghasilannya pada sektor perdagangan rempah-rempah. Hingga pada abad ke-16 M, Ternate berhasil mencapai kejayaannya. 61 Menurut catatan sejarah tentang dunia perniagaan cengkeh merupakan niaga utama yang mempengaruhi dunia perniagaan karena mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Jadi tidaklah mengherankan para pedagang terdorong untuk menemukan wilayah produsen rempah-rempah, walaupun jalan menuju tujuan ke Maluku tidaklah mudah. Pengaruh rempah-rempah telah mengangkat perekonomian Ternate, pengaruh rempah-rempah juga membuat percaturan politik antara kerajaan 60 Tim Penulis Puspindo, Sejarah Pelayaran Niaga di Indonesia Pra Sejarah hingga 17 Agustus 1945, Jakarta: Yayasan PUSPINDO, 1990, h. 11. 61 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250- 1950, h. 233. 40 maupun kesultanan daerah sekitar Maluku saling memperluas wilayahnya. Kedatangan para bangsa asing khususnya bangsa Eropa pada abad ke-16, telah membawa perubahan dalam perniagaan rempah-rempah. Kebanyakan dari mereka ingin menguasai dan memonopoli perdagangan dengan cara politik bujuk rayu dan adu domba antar-kesultanan hingga menyebabkan kerajaan atau kesultanan-kesultanan di Maluku terperangkap dengan siasat itu.

A. 1. Jenis Barang Ekspor dan Impor