40
maupun kesultanan daerah sekitar Maluku saling memperluas wilayahnya. Kedatangan para bangsa asing khususnya bangsa Eropa pada abad ke-16, telah
membawa perubahan dalam perniagaan rempah-rempah. Kebanyakan dari mereka ingin menguasai dan memonopoli perdagangan dengan cara politik
bujuk rayu dan adu domba antar-kesultanan hingga menyebabkan kerajaan atau kesultanan-kesultanan di Maluku terperangkap dengan siasat itu.
A. 1. Jenis Barang Ekspor dan Impor
Sejalan dengan penyebaran barang perdagangan yang diduga dibuat di dalam maupun di luar kesultanan, maka didapatkan sistem ekspor dan impor.
Sistem ekspor dimaksudkan adalah penjualan barang-barang ke luar wilayah dari Kesultanan Ternate. Baik berupa hasil pertanian dan non-pertanian. Sedangkan
sistem impor adalah penjualan barang-barang yang didatangkan dari luar wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate, baik berupa bahan makanan seperti beras, benda
seni seperti keramik yang didatangkan dari Jawa dan Cina, dan peralatan sehari- hari.
Mengacu pada sumber-sumber yang ada saat ini. Sulit sekali untuk mendapatkan rincian tertulis mengenai komoditi ekspor dan impor di Ternate.
telah diketahui bahwa pada umumnya barang yang diekspor oleh Kesultanan Ternate antara lain, cengkeh, pala, dan kayu manis. Kesulitan data ini
mengakibatkan pengambaran komoditi ekspor dan impor ini hanya di pilih beberapa saja. Dari sumber yang ada, barang ekspor antara lain cengkeh dan pala.
Barang Impor yaitu Beras.
41
Cengkeh, bentuk komoditi cengkeh yang diperdagangkan berupa putik
bunga cengkeh yang dikeringkan. Awalnya tanaman ini tumbuh subur di pulau- pulau kecil di Ternate, Tidore, Makian, dan Motir di lepas pantai Barat
Halmahera. Kegunaan cengkeh sebelum Masehi sampai sekarang masih dimanfaatkan untuk pengobatan, parfum, dan bumbu masak.
62
Selama abad ke-16 penanaman jenis tanaman tropis ini mulai meluas ke Selatan yakni ke Ambon dan
Seram. Pada abad ke-17 kepulauan di sebelah Selatan ini merupakan pusat produksi utama. Kombinasi antara tanah subur walaupun berbatu, kabut
pegunungan, angin laut, dan matahari serta hujan tropis adalah kondisi alam yang sangat baik bagi pertumbuhan cengkeh. Tidak memerlukan tenaga ekstra untuk
memproduksi cengkeh. Ketika pohon cengkeh mendekati masa berbunga pada Agustus atau
September, maka orang-orang siap memanen yang berlangsung selama beberapa pecan.
63
Pada awalnya cengkeh hanya dijual ke Ambon dan sekitarnya kemudian para pedagang dari Ambon membawanya ke Jawa. Setelah kedatangan bangsa
Eropa, perdagangan rempah-rempah Maluku dimonopoli oleh mereka. Hal ini menjadikan harga cengkeh di Maluku sangat rendah sedangkan di pasaran Eropa
sangat mahal. Dengan kisaran harga 1 bahar 456 lb, atau setara dengan 309 kg di Maluku hanya 2 ducat 1 ducat=f5,25. Sementara di Malaka harganya
mencapai 10 ducat 525 Gulden. Di Calcutta, harga cengkeh naik tajam menjadi 500-600 fanom 1fanom=1 real sedang cengkeh dengan kualitas terbaik seharga
mencapai 700 fanom. Pada tahun 1600 harga 1 pon cengkeh 1 pon=0,54 kg di
62
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, Nala Cipta Litera, 2007, h. 230.
63
Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h. 305.
42
Maluku hanya ½ penny penny, mata uang Inggris. 100 penny=1 poundsterling, tetapi di Eropa harganya bisa mencapai 16 poundsterling atau naik menjadi
32.000
64
.
Pala, berbentuk agak bulat biasa dipakai sebagai bumbu masakan. Sama
halnya dengan cengkeh. Komoditas yang termasuk dengan rempah-rempah ini hanya ada di Maluku. di Banda pohon pala berbuah sepanjang tahun dan para
pemetiknya menggunakan bambu panjang yang ujungnya terdapat keranjang agar kualitas buah pala dapat terjaga.
65
Dalam memanennya jauh lebih ringan daripada memanen cengkeh.
Oleh para pedagang rempah-rempah cengkeh dan pala dibawa menuju Eropa. Pada tahun 1390-an. ± sekitar 6 metrik ton cengkeh dan 1 ½ metrik pala
mencapai daerah Eropa. Pada abad sesudahnya terjadi peningkatan dalam pengiriman rempah-rempah yaitu menjadi 52 ton untuk cengkeh dan 26 ton untuk
pala.
66
Jalur perdagangan ini melalui Timur Tengah hingga sampai di Italia tepatnya kota Venesia. Kebutuhan pasarlah yang mnyebabkan meningkatnya
pengiriman rempah-rempah. Sulit untuk menjelaskan berapa nominal harga pala pada saat itu, kesulitan
dalam pencarian sumber-sumber yang menjelaskan harganya. Membuat penulis tidak dapat menerangkan dan menjelaskannya. Yang bisa dijelaskan, menurut
sumber-sumber yang diperoleh keuntungan yang didapat dari perdagangan lada
64
Datu Jamal Ashley Abbas, Mindanao and the Spice Islands, The Philippine Post, 11 Maret 2.000, dalam M. Adnan Amal, Portugis Spanyol di Maluku, Depok: Komunitas Bambu,
2009, h. 357.
65
Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h. 309.
66
Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara,Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004, h. 10.
43
telah menjadikan raja dan para bangsawan cepat kaya, rempah-rempah sangat laku dan banyak membawa keuntungan.
Beras, barang impor terpenting yang didatangkan dari luar contohnya
adalah Beras. Beras merupakan salah satu hasil pertanian terpenting. Untuk masyarakat Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi
sehari-hari. Tetapi makanan pokok ini tidak terlalu berpengaruh bagi penduduk di wilayah Maluku, karena pada umumnya rakyat Maluku lebih banyak yang
mengkonsumsi sagu. Dengan perkembangan perdagangan cengkeh yang menyebabkan
perluasan lahan perkebuanan cengkeh dan menurunnya produksi bahan pangan, maka bahan makanan harus didatangkan dari luar, terutama dibawa oleh orang
Jawa dan Melayu. Selain bahan pangan, Ternate juga mendatangkangkan berbagai macam
bahan pakaian, seperti kain sutra dari Cina termasuk juga bermacam-macam porselin. Tidak didapatkannya banyak data mengenai komoditi impor di
Kesultanan Ternate namun komoditi tersebut sangat bernilai penting untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di KesultananTernate.
Semua barang ekspor dan impor tersebut sangatlah berpengaruh bagi kehidupan Kesultanan Ternate dan masyarakatnya. Karena
di samping perdagangan rempah-rempah yang telah mendatangkan kemakmuran bagi
Kesultanan Ternate, mendatangkan bahan pangan dan sandang, seperti beras yang amat penting peranannya untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat
44
Ternate. Semuanya itu merupakan barang-barang yang diperdagangkan di Ternate.
A. 2. Alat Tukar Perdagangan