44
Ternate. Semuanya itu merupakan barang-barang yang diperdagangkan di Ternate.
A. 2. Alat Tukar Perdagangan
Di Ternate juga telah dikenal penggunaan mata uang yang telah di gunakan sebagai alat transaksi pembelian suatu barang. Namun, berbeda dengan
Aceh pada zaman Iskandar Muda w. 1607-1636, yang menggunakan mata uang kesultanan yang dibuat oleh pemerintah yang berupa mata uang emas untuk
menggantikan mata uang real Spanyol.
67
Kesultanan Ternate sama seperti bandar dagang di Nusantara lainnya, bertransaksi dengan penggunaan mata uang real
Spanyol,
68
terkadang juga mengunakan mata uang gulden Belanda, karena hal ini lebih memudahkan dalam transaksi baik di dalam maupun ke luar. Hal ini wajar
karena mata uang real Spanyol telah banyak beredar dan berlaku di berbagai tempat, seperti Malaka, Banten, Sulawesi, dan tempat lain.
B. Hubungan dengan Bangsa Asing
Dalam sebuah lintas perdagangan, akan didapati keterlibatan berbagai kelompok bangsa yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi suatu kota
perdagangan. Karena mereka itu merupakan pemain yang aktif dalam perdagangan baik lokal maupun internasional. Hal ini telah menjadikan sebuah
67
Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda 1607-1636 Jakarta: Kepusatakaan Populer Gramedia, 2006, h. 152-156.
68
real Spanyol mata uang yang terbuat dari perak. Satu real = 6 ΒΌ dollar lihat, Van Leur, Indonesian Trade and Society, h. 368
45
kota perdagangan yang bersifat pluralistik menjadi titik temu antar bangsa-bangsa dari seluruh wilayah.
69
Pada abad ke-XVI, yang merupakan puncak kemakmuran Kesultanan Ternate, telah banyak didatangi oleh berbagai bangsa yang ikut meramaikan
perdagangan. Seringnya mereka melakukan perdagangan, lambat laun mereka berdomisili di Ternate. Berbagai bangsa itu datang dari kawasan sekitar Nusantara
maupun asing, antara lain bangsa: Cina, Arab, Portugis, Spanyol, Belanda, Jawa, dan Melayu. Para pedagang Cina, Arab, dan para pedagang dari bumi Nusantara,
pada umumnya datang ke Ternate hanya untuk berdagang. Namun, tak dipungkiri pedagang-pedagang dari Arab maupun pedagang Nusantara membawa misi
mengislamkan penduduk sekitar. Berbeda dengan para pedagang dari Eropa yang selain berdagang dan misi penyebaran agama Kristen mereka juga berupaya untuk
memonopoli perdagangan hingga menimbulkan pertentangan dengan penguasa- penguasa lokal.
Jika melihat dari data yang ada dalam abad ke-XVI, dari semua negara di atas, Cina, Portugis, dan Belanda-lah yang memiliki peran yang amat berarti
bagi perdagangan di Kesultanan Ternate. Peran penting ini dapat dilihat dari sejauh mana mereka dapat memainkan pengaruh dalam faktor ekonomi dan
politik.
69
Anthony Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1450-1680, Jilid II terj, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998, h. 88
46
B. 1. Bangsa Cina