mungkin. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi yang rendah kurang tertantang untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin, sehingga
cenderung memakan waktu yang lama, menunda-nunda dan tidak efisien. 6. Memiliki tujuan yang realistik
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha menyesuaikan waktu pada setiap tugas agar hasil tugas dapat diperoleh
secara maksimal. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi yang rendah kurang dapat menyesuaikan waktu pada setiap tugas yang
dikerjakannya, sehingga cenderung menghasilkan tugas yang kurang maksimal pula.
Keenam aspek yang membedakan tingkat motivasi berprestasi ini dijadikan dasar dalam membuat kuesioner motivasi berprestasi dalam penelitian ini.
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
Menurut Munandar 2001 faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi karyawan terdiri dari: hubungan kerja antara atasan dengan
bawahan menyangkut kegiatan timbal balik antar sesama karyawan dalam hal pemberian motivasi dan semangat kerja, saling membantu dalam
hubungan erat di luar pekerjaan, kebijaksanaan dan peraturan perusahaan menyangkut segala ketentuan dan norma yang berlaku di dalam lingkungan
perusahaan, kondisi kerja yang menyangkut pendapatan dan fasilitas atau
tunjangan yang diberikan oleh perusahaan. Selain itu, salah satu aktivitas pimpinan adalah memberikan motivasi yakni proses pemberian kegairahan
kerja pada setiap anggota perusahaan sehingga ada kerelaan dan semangat dalam melaksanakan tugasnya demi tercapainya tujuan suatu perusahaan.
Untuk memotivasi karyawan-karyawan tidaklah cukup dengan menawarkan mereka sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan yang penting, tetapi
mereka memiliki kemampuan untuk memperoleh reward. Setiap pekerjaan
yang berbeda membutuhkan persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, ekonomi dan tipe-tipe penilaian yang berbeda-beda pula.
Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penempatan orang secara tepat sesuai dengan
kesiapan masing-masing karyawan. Setiap perusahaan juga mempunyai peraturan kebijakan, sistem pemberian hadiah dan misi yang berbeda-beda
yang akan berpengaruh pada setiap karyawannya. Dalam rangka mendorong prestasi kerja yang tinggi, pimpinan perusahaan harus mempertimbangkan
hubungan faktor-faktor di atas dan pengaruhnya terhadap perilaku individu.
Berdasarkan uraian di atas, motivasi berprestasi individu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mencakup faktor intern dan ekstern. Faktor intern dapat
ditingkatkan dengan mengusahakan pemerkayaan pekerjaan sehingga karyawan merasa bangga dengan pekerjaannya. Sedangkan faktor ekstern
dapat ditingkatkan dengan cara menangani faktor lingkungan yang mempunyai hubungan dengan motivasi berprestasi.
Sedangkan menurut Nindyati 2003 giat atau tidaknya seorang karyawan bekerja ditentukan oleh motivasi berprestasi yang dimilikinya dan lingkungan
di mana karyawan tersebut bekerja. Penilaian karyawan terhadap faktor- faktor tersebut di atas memiliki hubungan erat sekaligus dapat mempengaruhi
motivasi berprestasi karyawan. Penilaian tersebut merupakan pandangan pemahaman seseorang terhadap suatu obyek berdasarkan pengalaman,
keadaan diri sendiri dan lingkungan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh McClelland, dkk dalam Mangkunegara, 2006 yaitu McClelland 1961, Murray 1957, Miller
dan Gordon 1970 dan Anwar Prabu Mangkunegara 1998, menyimpulkan bahwa “ada hubungan yang positif antara motivasi dengan pencapaian
prestasi.” Artinya individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi dan sebaliknya mereka yang prestasi
kerjanya rendah disebabkan karena motivasi berprestasinya rendah. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan harus berusaha keras memberikan motivasi
seluruh individu di perusahaan agar mereka memiliki motivasi berprestasi tinggi. Dengan demikian, pencapaian prestasi kerja perusahaan dapat di
capai secara maksimal.
2.2.6 Motivasi berprestasi dalam pandangan Islam