UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Panigrahi, Babu, Ramani, 2012, dan dapat melawan bakteri gram negatif dan gram positif Dhale, Birari, Dhulgande, 2010.
Pada minyak atsiri Ocimum americanum, di teliti memiliki memiliki aktivitas dapat melawan mikroorganisme oral S. Thaweboon B. Thaweboon,
Agrotis ipsilon Lepidoptera : Noctuide Shadia, El-Aziz, Omer, Sabra, 2007, dapat digunakan sebagai insektisida nabati yang dapat melawan hama padi, dan
dapat digunakan sebagai alat antifungi yang aman yang dapat berfungsi sebagai parameter indikasi percobaan fungi yang bersifat patogen Verma Kothiyal,
2012.
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1995. Menurut “Materia Medika Indonesia” simplisia dibedakan menjadi tiga,
yaitu; simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelican mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni Depkes RI, 1995 dalam Saifudin,
Rahayu, Teruna, 2011.
2.3 Karakterisasi Simplisia
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan dari tumbuhan liar wild crop memiliki kandungan kimia yang tidak terjamin selalu konstan
karena adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umur dan cara panen, serta proses pasca panen dan preparasi akhir. Variasi kandungan senyawa
dalam produk hasil panen tumbuhan obat disebabkan oleh beberapa aspek sebagai berikut Depkes RI, 2000 :
1 Genetik bibit 2 Lingkungan tempat tumbuh, iklim
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3 Rekayasa agronomi fertilizer, perlakuan selama masa tumbuh 4 Panen waktu dan pasca panen
Besarnya variasi senyawa kandungan meliputi baik jenis ataupun kadarnya, sehingga timbul jenis species lain yang disebut kultivar Depkes RI, 2000.
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat menentukan mutu simplisia dalam artian, yaitu komposisi senyawa kandungan,
kontaminasi dan stabilitas bahan Depkes RI, 2000. Karakterisasi suatu simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang
akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan Materia Media
Indonesia. Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi serbuk jamu dsb. masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan
peraturan yang berlaku Depkes RI, 2000. Karakterisasi simplisia meliputi uji makroskopik, uji mikroskopik dan identifikasi simplisia Depkes RI, 1995.
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi suatu tanaman obat adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat Depkes
RI, 2000. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua cara yaitu ; cara dingin dan cara panas. Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu;
maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas terbagi menjadi empat jenis yaitu;
refluks, soxhlet, digesti, infus, dan dekok Depkes RI, 2000.
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan kamar Depkes RI, 2000. Maserasi berasal dari bahasa latin macerase berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling
sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi difusi bahan
kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang
masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir Voigt, 1994.