UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
standar yaitu 12,5 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 500 ppm.Kemudian lima seri konsentrasi ini disuntikkan ke alat GCMS sebanyak 1,0 mikroliter dengan
spesifikasi alat sama seperti point ii, sehingga didapatkan nilai response luas area dari berbagai seri konsentrasi. Setelah itu data yang didapat diplot, sehingga
didapatkan kurva kalibrasi dan persamaan regresi liniernya.Untuk penetapan kadar senyawa marker eugenol, data response luas area yang didapat untuk
eugenol dalam sampel ekstrak yang disuntikan ke alat GCMS sebanyak 1,0 mikroliter kemudian dimasukkan kedalam persamaan regresi linier dan ditetapkan
kadar senyawa marker eugenol didalam ekstrak.
3.3.6. Pengujian Parameter Non Spesifik
3.3.6.1. Kadar Abu
i Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang seksama W1 dimasukkan dalam krus silikat yang sebelumnya telah telah dipijarkan dan ditimbang W0. Setelah itu
ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan dengan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 25
C Depkes RI, 1980 dalam Arifin, H., Anggraini, Handayani, Rasyid, 2006 hingga arang habis.Kemudian ditimbang
hingga bobot tetap W2.
Keterangan : W0 = bobot cawan kosong gram
W1 = bobot ekstrak awal gram W2 = bobot cawan + ekstrak setelah diabukan gram
ii Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam sulfat encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut asam.
Kemudian disaring dengan kertas saring bebas abu dan residunya dibilas dengan air panas. Abu yang tersaring dan kertas saringnya dimasukkan kembali dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
krus silikat yang sama. Setelah itu ekstrak dipijar dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan dengan suhu dinaikan secara bertahap hingga 600 ± 25
C Depkes RI, 1980 dalam Arifin, H., Anggraini, Handayani, Rasyid, 2006
hingga arang habis.Kemudian ditimbang hingga bobot tetap W3.
Keterangan : W0 = bobot cawan kosong gram
C = bobot kertas saring gram
W1 = bobot ekstrak awal gram W2 = bobot cawan + abu yang tidak larut asam gram
3.3.6.2. Bobot Jenis
Piknometer yang bersih, kering ditimbang.Kemudian dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25
o
C kemudian ditimbang W1. Ekstrak cair diatur suhunya kurang lebih 20
o
C lalu dimasukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu
piknometer yang telah diisi hingga suhu 25
o
C kemudian ditimbang W2 Depkes RI, 2000.
Keterangan : d
= bobot jenis W0 = bobot piknometer kosong
W1 = bobot piknometer + air W2 = bobot piknometer + ekstrak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6.3. Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan cara destilasi toluena. Toluena yang digunakan dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, setelah dikocok
didiamkan, kedua lapisan air dan toluena akan memisah, lapisan air dibuang. Sebanyak 10 g ekstrak yang ditimbang dengan seksama dimasukkan kedalam labu
alas bulat dan ditambahkan toluena yang telah dijenuhkan dengan air. Labu dipanaskan hati-hati selama 100 menit, setelah toluena mulai mendidih,
penyulingan diatur 2 tetesdetik, lalu 4 tetesdetik.Setelah semua toluena mendidih,dilanjutkan pemanasan selama 5 menit. Kemudian, dibiarkan tabung
menerima dingin sampai temperatur kamar. Setelah lapisan air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen
terhadap berat ekstrak semula. Pekerjaan diulang tiga kali.Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.
Keterangan : V = Volume air ml
W = Bobot ekstrak gr
3.3.6.4. Sisa Pelarut
Ektrak mengandung etanol 30 atau kurang. Timbang sejumlah 2,0 gram ekstrak kental dilarutkan dalam air sampai 25,0 ml kemudian dimasukkan
kedalam labu destilasi. Atur suhu destilat pada 78,5
o
C.Catat destilasi hingga diperoleh destilat lebih kurang 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji destilasi
selama 2 jam atau tidak menetes lagi. Tambahkan air sampai 25,0 ml. Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25
o
C seperti yang tetera pada Penetapan Bobot Jenis. Hitung persentase dalam volume dari etanol dalam cairan menggunakan Tabel
Bobot Jenis dan Kadar Etanol pada Farmakope Indonesia Edisi IV Depkes RI, 2000;Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6.5. Cemaran Mikroba
Pada penyiapan sampel ditimbang 1 gram ekstrak. Sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml ditambah aquadest sampai 10,0 mL sehingga diperoleh
pengenceran 10
-1
, dan dikocok hingga larut atau dengan bantuan vortex. Dilanjutkan dengan pengenceran 10
-2
dan 10
-3
Depkes RI, 2000; Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.
i Angka Lempengan Total ALT
Dipipet 1 ml dari tiap pengenceran ke dalam cawan petri yang steril duplo, dengan menggunakan pipet yang berbeda dan steril untuk tiap pengenceran.Ke
dalam tiap cawan petri dituangkan 5 ml media Nutrient Agar yang telah dicairkan bersuhu kurang lebih 45
o
C. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati putar dan goyangkan ke depan dan ke belakang serta ke kanan ke kiri hingga sampel
bercampur rata dengan pembenihan. Kemudian dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri membeku.Cawan petri dengan posisi terbalik dimasukkan kedalam
lemari inkubator suhu 35
o
C selama 24 jam.Catat pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang mengandung 30-300 koloni setelah 24 jam.Hitung
ALT dalam kolonig sampel dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang sesuai Depkes RI, 2000; Saifudin,
Rahayu, Teruna, 2011.
ii Kapang dan Khamir
Kedalam cawan petri yang steril duplo tuangkan 5 ml media Potato dextros Agar yang telah dicairkan bersuhu 45
o
C, biarkan membeku pada cawan. Pipet 0,5 ml dari tiap pengenceran kedalam cawan petri yang steril metode
semai, dengan menggunakan pipet yang berbeda dan steril untuk tiap pengenceran. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati hingga sampel tersemai
secara merata pada media. Kemudian diinkubasikan pada suhu kamar atau 25
o
C selama 7 hari. Dicatat hasil sebagai jumlah kapang dan khamirg sampel
Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.6.6. Cemaran Aflatoksin
Untuk uji kualitatif metode yang dipersyaratkan adalah dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis KLT.Ekstrak di KLT dengan
menggunakan pembanding campuran aflatoksin B1. Eluen yang digunakan adalah campuran kloroform: aseton: n heksan 83:15:20 dengan jarak rambat 8 cm.
Kemudian hasil dilihat pada sinar uv 366 nm, jika terlihat adanya bercak dan warna yang sama biru atau hijau kebiruan menandakan positif adanya aflatoksin.
Selanjutnya analisa secara kuantitatif dilakukan jika analisa kualitatif positif. Analisa
kuantitatif dengan
menggunakan High
Performance Liquid
Chromatography HPLC Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.
3.3.6.7. Cemaran Logam Berat
Penetapan kadar Arsen As, Timbal Pb dan Kadmium Cd dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spechtrophotometer. Penetapan kadar
ketiga logam berat dilakukan dengan cara digesti basah. Ditimbang 1 gram ekstrak dan ditambahkan 10 ml HNO3 pekat, kemudian dipanaskan dengan
heating mantel hingga kental atau kering. Ekstrak yang kental dan dingin ditambahkan aquadest 10 ml dan asam perkolat 5 ml, kemudian dipanaskan
hingga kental lalu disaring ke labu ukur 50 ml. Sampel diukur dengan alat Atomic Absorption Spechtrophotometer. Maksimal residu Pb tidak melebihi 10 mgkg
ekstrak, residu Cd tidak melebihi 0,3 mgkg ekstrak dan As tidak melebihi 5 μgkg Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011.