disebut houji 法事。 Sebelum hari ke-49 berlalu, keluarga dari almarhum akan
menyampaikan rasa terima kasih kepada yang hadir dengan memberikan kodengaesi 香典返し。Pada masa itu pula kotsutsubo
(骨壷)dikuburkan. Kadang-kadang
hoji dilakukan pada hari ke-100 hyakanichi. Setelah hari ke-49 akan diadakan upacara serupa pada peringatan ulang tahun
kematian yang pertama isshuki, acara 3 tahun sankaiki, acara 7 tahun nanakaiki, acara 13 tahun jusankaiki, acara 17 tahun junanakaiki, acara 23 tahun
nijusankaiki, acara 33 tahun sanjusankaiki, dan acara yang ke-50 tahun dalam konsep agama Shinto.
Kemudian setelah menjalani acara 33 tahun konsep Budha atau 50 tahun konsep Shinto, maka seseorang itu menjadi suci dan disebut Hotoke
仏. Menurut
Tsuboi Yayumi dalam Situmorang, 2001, menggambarkan bahwa jumlah rangkaian upacara yang dilakukan pada anak yang baru lahir hingga dewasa sama banyaknya
dengan jumlah upacara yang dilaksanakan pada roh orang yang meninggal hingga menjadi suatu tahap tomurai age
弔い上げ。
a. Upacara Tamurai Age 弔い上げ
Tamurai Age 弔い上げ adalah upacara peringatan ke-33 tahun konsep
Buddha atau ke-50 tahun konsep Shinto yang merupakan upacara peringatan
Universitas Sumatera Utara
kematian terakhir. Orang jepang beranggapan bahw apada saat itu orang yang meninggal akan bergabung bersama para leluhur yang lain, Ihai orang yang
meninggal dibakar, dibuang ke laut atau di simpan di kuil sambil menagatakan “Hotoke wa kami nari..” yang berarti arwah akan menjadi dewa.
Roh orang yang meninggal itu akan menjadi Shinbutsu dewa pada tahun ke- 33. Setelah menjadi Shinbutsu
神仏dimasukkan ke dalam kelompok Sosendaidai
roh leluhur. Roh leluhur itu akan tinggal di gunung, dan keturunannya mempercayai bahwa dari situ Ia akan mengawasi anak cucunya. Roh leluhur yang sudah melewati
masa pensucian, yaitu 33 tahun Shinto, dan 50 tahun Budha dan telah menjadi Shinbutsu dewa, wajib melindungi keluarganya dari mara bahaya. Dan para
keturunannya percaya berkat yang mereka peroleh juga berasal dari nenek moyang mereka yang sudah meninggal.
b. Upacara Obon お盆
Uapacara obon お盆 disebut juga upacara peringatan arwah yang berasal
dari agama Buddha. Upacara ini biasanya diselenggarakan setiap tanggal 13 sampai pada tanggal 15 Juli atau Agustus tergantung pada perhitungan kalender bulan.
Masyarakat Jepang percaya bahwa pada perayaan Obon ini, roh leluhur datang ke rumah anak cucunya. Sejak tanggal 1 Juli ada beberapa daerah yang mulai memasang
bondoro lentera di dalam rumah. Di atas bukit juga biasanya akan dipasang lentera
Universitas Sumatera Utara
tinggi sebagai ucapan selamat datang kepada arwah leluhur yang biasa disebut dengan mukaebi.
Pada waktu menjelang obon setiap keluarga berziarah ke makam keluarganya yang telah meninggal. Mereka juga membersihkan makam dari rumput-rumput yang
telah menimbun, agar jaln dari makam ke desa menuju rumah mereka terlihat bersih dan rapi. Dan pada tanggal 13 dan 14 juli selama obon dilaksanakan, tari obon atau
yang disebut dengan bon odori 盆踊りyang dilakukan secara bersama-sama di kuil,
desa ataupun di tempat- tempat terbuka. Tarian ini dilakukan untuk menyambut roh leluhur yang akan datang.
Awal puncak peringatan arwah pada masa obon お盆 adalah pada tanggal
13 Juli. Pada saat inilah dinyalakan lampu atau lentera. Roh leluhur akan diantar pulang pada tanggal 15 atau 16 dengan menyalakan api atau lampu okuribi.
Tujuannya agar perjalanan arwah leluhur tidak tersesat. Pada tanggal 16 akan disajikan hidangan atau sesajen yang dibungkus atau dihanyutkan ke sungai, yang
diletakkan dalam sampan atau perahu-perahu yang terbuat dari rami. Keluarga yang masih hidup akan membuat boneka kuda dan sapi yang terbuat dari sumpit, terong
atau ketimun. Boneka ini melambangkan kendaraan yang akan digunakan para arwah.
c. Upacara Mai-asa 毎朝 dan Mai-ban 毎晩