1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada perbedaan konsep pemikiran dua masyarakat
Jepang dan batak Toba yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dalam hal ritual penguburan tulang.
Sebelum membandingkannya, maka penulis terlebih dahulu akan menguraikan bagaimana proses upacara kematian pada kedua masyarakat ini, sampai
pada tahap pemakaman yang kedua atau proses pengburan tulang. Dengan demikian, maka penulis dapat menjawab pokok permasalahan dalam penelitiannya.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Bagi masyarakat Jepang, roh berada dalam diri seseorang sejak lahir ke dunia dan akan meninggalkan tubuh manusia itu pada saat meninggal Tsuboi Yasumi
dalam Situmorang, 2005. Pada zaman dahulu di Jepang tidak jelas batas antara mati dan masih hidup.
Dalam manusia dipercayai tinggal satu roh. Apabila roh itu pergi, maka manusia itu dalam keadaan mati suri, namun apabila roh tersebut kembali, maka manusia itu akan
kembali sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Inoguchi dqalam situmorang, 2005. Gultom, 1992 mengatakan bahwa dalam kepercayaan masyarakat Batak Toba
roh atau tondi seseorang berada di dalam dirinya sejak Ia masih ada di dalam rahim Ibunya. Apabila tondi pergi, maka seseorang dianggap telah meninggal Iawanda,
2004.
Universitas Sumatera Utara
Pemujaan leluhur merupakan suatu bentuk pengabdian seseorang terhadap leluhurnya. Pemujaan leluhur menjadi suatu wujud terimakasih dan ucapan syukur
atas semua berkat yang telah diterima. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi masyarakat Jepang terjaminnya kelanjutan kesinambungan pemujaan leluhur antara
generasi ke generasi selanjutnya Situmorang, 2006. Gultom, 1992 mengatakan bahwa proses pemakaman yang kedua
mangongkal holi yang ditujukan bagi orang yang meninggal saurmatua merupakan wujud dari rasa cinta dan sayang dari para keturunannya kepada Orangtua mereka
yang telah meninggal.
2. Kerangka Teori
Dalam menyusun sebuah penelitian, dibutuhkan kerangka teori yang memuat pokok-pokok persoalan, namun tidak menyimpang dan melebar. Hal ini untuk
memberi arah dan acuan sementara terhadp jalannya suatu penelitian Bungin, 2001. Dengan melihat judul yang diangkat penulis, maka teori yang digunakan adalah
analisis komparatif.
Dalam Ilmu sosial, penelitian komparatif adalah cara penelitian dengan membandingkan masyarakat satu dengan masyarakat yang lain, untuk mengetahui
perbedaan dan persamaan, juga untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kondisi masyarakat terebut Malo Manase, 1985. Selain menggunakan teori analisis
komparatif, penulis juga menggunakan konsep religi dalam menjawab poko permasalahan penelitian.
Menurut Koentjaraningrat dalam Bungin 2001, konsep religi adalah sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan dan bertujuan untuk mencari hubungan
Universitas Sumatera Utara
antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan dewa-dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian