Jumlah Penduduk Tahap Era Konsumsi Tinggi Secara Massa The Age Of High Mass

2.1.3. Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk bukanlah merupakan suatu masalah, melainkan sebaliknya justru merupakan unsur penting yang akan memacu pembangunan ekonomi. Populasi yang lebih besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomi economics of scale produk yang menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya – biaya produksi, dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya merangsang ingkat output atau produksi agregat yang lebih tinggi lagi Todaro, 2003 . Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang, bersama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya alam, dan kapasitas produksi yang terpasang, dalam masyarakat yang bersangkutan. Keempat faktor dinamika itu harus dilihat dalam kaitan interaksinya satu dengan yang lainnya. Namun diantaranya peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam pembangunan ekonomi negara – negara berkembang dimana kesejahteraan manusia dijadikan tujuan pokok dari ekonomi masyarakat. Penduduk berfungsi ganda dalam perekonomian, dalam konteks pasar ia berada baik di sisi permintaan maupun di sisi penawaran. Di sisi permintaan jumlah penduduk yang besar merupakan pangsa pasar yang baik dan penduduk adalah konsumen, sumber permintaan akan barang – barang dan jasa dan di sisi penawaran penduduk yang besar juga sangat menguntungkan penduduk dalam hal produsen. Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap penduduk menjadi terpecah dua, ada yang mengatakan penduduk yang besar akan menghambat pembangunan Universitas Sumatera Utara serta beban dari pembangunan dan sebagian ahli mengatakan penduduk sebagai pemicu pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil pendapatan perkapita dan akan menimbulkan masalah ketenagakerjaan dan dalam kaca mata modern penduduk justru dipandang sebagai pemicu pembangunan. Suatu kejadian produksi berlangsung adalah berkat adanya orang yang membeli dan mengkonsumsi barang – barang yang dihasilkan dan konsumsi inilah sebagai permintaan agregat yang pada gilirannya peningkatan konsumsi agregat memungkinkan usaha – usaha produktif yang berkembang dan dalam arti luas perkembangan perekonomian secara keseluruhan Dumairi, 1997 . Dengan kata lain, dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk adalah perluasan pasar. Luas pasar barang – barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat da jumlah penduduk. Maka apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar juga akan bertambah pula. Karena peranannya ini, maka perkembangan penduduk akan merupakan perangsang bagi sector produksi untuk meningkatkan kegiatannya. Dan akhirnya, pertambahan penduduk dapat menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi. Peran ini terlihat nyata di sektor pertanian. Di negara maju sejak beberapa abad yang lalu pertambahan penduduk merupakan salah satu faktor penting yang menimbulkan perbaikan teknologi pertanian. Perkembangan penduduk yang bertambah cepat bersama dengan perbaikan jaringan pengangkutan dan pertambahan tingkat pendapatan, akan selalu memperluas pasar bagi hasil – hasil pertanian. Pasar yang bertambah luas merangsang peningkatan produktivitas sektor tersebut dan ini dicapai dengan mempertinggi teknologi bercocok tanam. Bertitik tolak dalam masalah penduduk dan angkatan kerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif wajib diberi perhatian yang utama dalam ekonomi Universitas Sumatera Utara pembangunan, karena kenaikan jumlah penduduk secara otomatis akan menaikkan jumlah angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap salah satu faktor yang positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya akan lebih besar. Pertambahan penduduk dipandang sebagai faktor pendorong karena, perkembangan itu memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa ke masa. Selanjutnya, pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada mereka sebelum menjadi tenaga kerja, memungkinkan sesuatu masyarakat memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli, akan tetapi juga tenaga kerja terampil, terdidik, dan entrepreneur yang berpendidikan. Biasanya tiga kelompok tenaga kerja yang disebutkan belakangan ini lebih besar jumlahnya apabila tingkat pembangunan yang lebih tinggi, pertambahan penduduk dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi pengembangan kegiatan ekonomi.

2.1.3.1 Posisi Penduduk Dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi

Analisis ekonomi tentang posisi penduduk sebenarnya sudah dimulai sejak Adam Smith 1723 – 1790 yang mengeumukakan bahwa system produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu: a. sumber – sumber manusiawi jumlah penduduk b.sumber – sumber alam c. stok capital yang ada Menurut Smith, sumber – sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian. Namun Smith kurang menekankan aspek penduduk dengan menganggap, bahwa penduduk memiliki peran pasif yang Universitas Sumatera Utara hanya berfungsi sebagai penyedia tenaga kerja dalam proses produksi pertumbuhan ekonomi . Analisis posisi penduduk dalam pembangunan ekonomi makin berkembang sejalan dengan munculnya pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh berbagai ekonom selalu disinggung tentang posisi penduduk dalam pembangunan ekonomi. Sebab pertumbuhan ekonomi selalu terkait dengan jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Istilah ‘ per kapita ‘ selalu menunjukkan ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya GDP dan sisi jumlah penduduknya. Dengan demikian proses kenaikan output perkapita harus dianalisa dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi dengan jumlah penduduk. Dengan kata lain, teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP total dan teori megenai pertumbuhan jumlah penduduk. Deskripsi tentang posisi penduduk dalam teori ekonomi juga telah dikemukakan oleh Ananta dalam bukunya Mutu Modal Manusia : Suatu Pemikiran Mengenai Kualitas Penduduk. Bab I dari buku tersebut menguraikan khusus tentang posisi penduduk dalam berbagai teori ekonomi. Perhatian terhadap penduduk berfluktuasi dari teori ekonomi yang satu ke teori ekonomi yang lain. Namun umumnya penduduk dianalisis sebatas sebagai penyedia tenaga kerja. Itulah sebabnya ekonomi ketenagakerjaan yang menganalisis permintaan dan penawaran tenaga kerja mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ekonom jaman klasik umumnya lebih memperhatikan peran penduduk dalam pertumbuhan ekonomi. Pada model klasik variabel pekerja mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Perhatian ini berlangsung hingga jaman Keynes. Keynes juga melihat penduduk dalam kaitan dengan employment. Keynes membahas permintaan tenaga Universitas Sumatera Utara kerja secara lebih mendalam dibanding penawaran tenaga kerja. Posisi penduduk dalam kajian ekonomi kemudian hilang sejak Hicks dan Hansen mengajukan model IS – LM. Di sini pasar kerja hilang dari analisis. Sejak itu analisis ekonomi khususnya ekonomi makro kehilangan minat pada masalah penduduk. Masalah kependudukan seolah – olah bukan lagi bidang yang perlu ditekuni oleh ekonom. Kerangka IS – LM sempat mendominasi buku teks ekonomi makro hingga awal dasawarsa tujuh puluhan. Perhatian ekonom terhadap masalah penduduk kembali muncul ketika para ekonom negara maju tertarik pada perekonomian negara berkembang. Kajian ekonomi di negara berkembang kemudian dikaitkan dengan kondisi dan dinamika penduduk negara tersebut. Muncullah kemudian kajian yang membahas tentang ekonomi pembangunan yang sebagian isinya sebagian mengkaji masalah – masalah kependudukan dari perspektif ekonomi.

2.1.3.2 Penduduk Optimal

Analisis tentang dampak ekonomi dari dinamika penduduk juga dikemukakan oleh Alfred Sauvy dengan terminologi – terminologinya yang cukup terkenal tentang maximum population, minimum population, optimum population dan optimum economy. Menurut Sauvy, semua kehidupan spesies termasuk spesies manusia akan terus bertambah, beberapa spesies bahkan tumbuh sangat cepat. Namun demikian bertambahnya spesies dibatasi oleh kemampuan lingkungan. Karena itu spesies tidak dapat bertambah tanpa batas. Pertumbuhan spesies akan dibatasi oleh dua jenis pembatas yaitu a batas fisik phsycal seiling yang diartikan sebagai the total weight of the various elements making up the environtment cannot be exceed; dan b batas bio – kimia biochemical ceiling yaitu bobot materi biologi atau biomass yang tidak dapat dihasilkan sendiri Universitas Sumatera Utara oleh spesies yang bersangkutan. Batas bio – kimia jauh lebih rendah dibanding batas fisik. Kedua batas tersebut tidak menghentikan pertumbuhan spesies secara tiba – tiba, melainkan secara perlahan ketika batas itu dilampaui akibat pertumbuhan spesies. Ketika spesies meningkat jumlahnya, kelembaman lingkungan melawan pertumbuhan tersebut berlangsung lebih kuat. Tetapi kemudian spesies menggandakan upayanya melalui eksploitasi berlebihan , sehingga menyebabkan lingkungan bertambah rusak dan menyerah pada tahap subsisten. Namun perlawanan lingkungan terus berlanjut sampai pada batas dimana jumlah makanan yang dibutuhkan spesies tidak lagi mencukupi. Akibatnya, spesies terpengaruh antara lain dengan meningkatnya mortalitas. Jika diasumsikan benefit yang diberikan lingkungan konstan maka apa yang terjadi dapat dilihat dari dua sisi: a. Pandangan dari aspek ekonomi, ketika penduduk meningkat maka jumlah persediaan supply per individu menurun disebabkan sumber daya alam yang terbatas. b. Pandangan dari aspek biologi, penurunan persediaan menyebabkan mortalitas meningkat dan fertilitas menurun. Kehidupan manusia primitive hampir sama dengan kehidupan spesies lainnya dimana penduduk terus bertambah sampai pada tingkat maksimum sebatas lingkungan masih mendukungnya maximum population . Ketika lingkungan tidak lagi mendukungnya maka pertumbuhan spesies akan terhambat dengan sendirinya dan tercapainya kondisi penduduk minimum minimum population . Dengan perkembangan teknologi dalam menggandakan sumber daya alam dan mengontrol Universitas Sumatera Utara mortalitas dan fertilitas maka manusia sebenarnya dapat mengendalikan jumlah populasinya sehingga mencapai tingkat optimum optimum population. Kajian tentang optimum population sebagaimana dikemukakan Sauvy untuk beberapa masa cukup mendapat perhatian oleh berbagai akademisi dalam diskursus ekonomi kependudukan. Konsep penduduk optimal pertama sekali diperkenankan oleh J.S Mill 1921 . Menurut Mill jumlah optimal penduduk hanya dapat dicapai dalam suatu masyarakat yang warganya dapat diatur secara paksa. Jumlah penduduk optimal yaitu jumlah penduduk yang menghasilkan produksi perkapita tinggi. Jumlah tersebut optimal dalam arti tidak ada perubahan baik dalam jumlah maupun mutu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan tersedianya modal fisik.

2.1.3.3. Teori Batas Pertumbuhan

Senada dengan kecemasan Malthus dan Teori Penduduk Optimal, pada tahun 1972 terbit buku yang amat popular yang mengkaji dampak dari pertumbuhan penduduk yang demikian cepat. Buku The Limits To Growth membahas tentang berbagai keterbatasan kemampuan sumber daya dalam menyediakan berbagai kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang demikian cepat. Ide buku ini pada dasarnya sejalan dengan asumsi Malthus yang menyatakan bahwa penduduk tumbuh sesuai dengan deret ukur exponential growth sementara pangan tumbuh secara deret hitung linier growth . Bedanya analisis dalam buku ini lebih tajam dan luas dengan dilengkapi data dan model analsisis yang disebut sebagai “model dunia “. Model dunia yang dipakai dibuat khusus untuk meneliti lima kecenderungan utama yang dihadapi dunia yaitu a industrialisasi yang makin cepat; b pertumbuhan penduduk yang makin cepat; c kurang gizi yang merajalela; d Universitas Sumatera Utara makin susutnya unrenewable resources, dan e lingkungan hidup yang semakin rusak. Pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi telah menarik perhatian para ahli ekonomi sejak Adam Smith menulis bukunya Wealth of Nations. Adam Smith menulis, “ Buruh tahunan setiap bangsa merupakan kekayaan yang pada mulanya memasok bangsa dengan segala kenyamanan hidup yang diperlukan “. Hanya Malthus dan Ricardo yang mencanangkan tanda bahaya mengenai dampak pertumbuhan penduduk pada perekonomian. Tetapi kekhawatiran mereka terbukti tak berdasar karena pertumbuhan penduduk di Eropa Barat justru mempercepat proses industrialisasi. Pertumbuhan penduduk membantu ekonomi negara tersebut karena mereka sudah makmur, punya modal melimpah sedang buruh kurang. Di negara seperti itu, kurva penawaran buruh pada sector industri bersifat elastis sehingga tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi bagaimanapun justru akan menaikkan produktivitas. Kenyataannya, kenaikan jumlah penduduk menghasilkan GNP produk nasional bruto yang lebih tinggi ketimbang sekedar proporsional. Akan tetapi di negara terbelakang, akibat pertumbuhan penduduk pada pembangunan tidaklah demikian karena kondisi yang berlaku sama sekali berbeda dengan kondisi pada negara berekonomi maju. Ekonomi negara terbelakang miskin, modal kurang sedang buruh melimpah. Karena itu pertumbuhan penduduk benar – benar dianggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang cepat memperberat tekanan pada lahan dan menyebabkan pengangguran. Belum lagi masalah penyediaan pangan yang luar biasa banyaknya. Bahkan kebutuhan untuk menyediakan prasarana kepada rakyat cenderung mengalihkan pengeluaran negara dari aktiva produktif. Penyediaan fasilitas pendidikan dan sosial secara memadai semakain sulit terpenuhi. Tekanan penduduk kian cenderung menimbulkan masalah Universitas Sumatera Utara pada neraca pembayaran. Bahan pangan, barang – barang konsumen, bahan mentah, peralatan modal, dan sebagainya, perlu diimpor untuk memenuhi permintaan penduduk yang makin membengkak. Selanjutnya, kegagalan memenuhi permintaan yang meningkat seperti itu tambah memperberat tekanan inflasioner. Tak kalah pentingnya, pertumbuhan penduduk semakin menekan pendapatan perkapita, menurunkan standar kehidupan dan menurunkan tingkat pembentukan modal. Penduduk dan Standar Kehidupan. Karena salah satu faktor penting standar kehidupan adalah pendapatan perkapita, maka faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan perkapita dalam hubungannya dengan pertumbuhan penduduk sama – sama mempengaruhi standar kehidupan. Penduduk yang meningkat dengan cepat menyebabkan permintaan akan sandang, pangan dan papan dan sebagainya menjadi meningkat. Tetapi penawaran barang – barang ini tidak dapat ditingkatkan dalam jangka pendek lantaran kurangnya faktor pendukung seperti bahan mentah, buruh terlatih, modal dan sebagainya. Biaya dan harga barang – barang tersebut naik, sehingga biaya hidup rakyat menjadi lebih mahal. Akibatnya standar kehidupan yang sudah rendah itu menjadi semakin rendah. Kemiskinan membiakkan bolongan besar anak – anak yang justru semakin memperburuk standar kehidupan penduduk. Lingkaran setan antara kemiskinan dan standar kehidupan yang rendah ini berjalan terus semakin membelit. Akan tetapi menurut Hirschman, “ tekanan penduduk pada standar kehidupan akan melahirkan kegiatan yang dirancang untuk mempertahankan atau memperbaiki standar kehidupan sehingga kemampuan penduduk untuk menguasai lingkungannya dan untuk mengorganisasikan dirinya sendiri menjadi semakin baik”. Colin Clark juga mempunyai pandangan yang sama, dia menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk “ membawa kesulitan ekonomi bagi masyarakat yang hidup dengan metode tradisional Universitas Sumatera Utara ; tetapi dengan tenaga yang cukup kuat masyarakat mampu menggubah metode mereka, dan dalam jangka panjang akan beralih menjadi masyarakat yang jauh lebih maju dan produktif”. Kita tidak setuju dengan pendapat Hirschman dan Colin Clark bahwa tekanan penduduk yang menyebabkan menurunnya standar kehidupan akan mendorong rakyat negara terbelakang bekerja keras untuk memperbaiki standar kehidupan mereka. Tidak ada bukti yang mendukung pandangan tersebut utama dalam kaitannya dengan negara terbelakang. Jadi akibat pertumbuhan penduduk adalah menurunkan standar kehidupan. Penduduk dan Pembangunan Pertanian. Di negara terbelakang, kebanyakan rakyat tinggal di wilayah pedesaan. Pertanian merupakan mata pencaharian utama. Oleh karena itu pertambahan penduduk akan mempengaruhi rasio lahan manusia. Tekanan penduduk lahan tidak elastis. Ini menambah pengangguran tersembunyi dan mengurangi produktivitas perkapita lebih jauh. Produktivitas perkapita yang rendah mengurangi kecenderungan untuk menabung dan menginvestasi. Akhirnya, pemakaian teknik yang lebih baik dan perbaikan lainnya pada lahan menjadi tidak mungkin. Pembentukan modal pada pertanian begitu menyedihkan dan perekonomian terhenti pada tingkat perekonomian pangan subsisten . Problem menyiapkan pangan bagi penduduk yang semakin membengkak itu menjadi bertambah gawat karena persediaan bahan makanan sangat terbatas. Kekurangan bahan makanan ini harus diimpor sehingga menimbulkan kesulitan neraca pembayaran. Jadi pertumbuhan penduduk memperlambat pembangunan pertanian dan menciptakan problem lain. Penduduk dan Lapangan Kerja. Penduduk yang meningkat dengan cepat menjerumuskan perekonomian ke pengangguran dan kekurangan lapangan kerja. Karena penduduk meningkat proporsi bekerja pada penduduk total menjadi naik. Tetapi karena ketiadaan sumber pelengkap, tidaklah mungkin untuk mengembangkan Universitas Sumatera Utara lapangan pekerjaan. Akibatnya tenaga buruh, pengangguran dan kekurangan lapangan kerja meningkat. Penduduk yang meningkat dengan cepat mengurangi pendapatan, tabungan dan investasi. Karenanya pembentukan modal menjadi lambat dan kesempatan kerja kurang dan dengan begitu meningkatkan pengangguran. Lebih dari itu, apabila tenaga buruh dibandingkan dengan lahan meningkat, sumber modal dan sumber lainnya, faktor komplemen yang tersedia per pekerja merosot dan akibatnya pengangguran dan kekurangan pekerjaan menjadi meningkat. Negara terbelakang ditimpa bencana pengangguran yang terus menumpuk akibat penduduk yang meningkat secara cepat. Ia cenderung memperbesar jumlah pengangguran bila dibandingkan dengan jumlah tenaga buruh sebenarnya. Di India misalnya, jumlah pengangguran selalu meningkat pada setiap Rencana Lima Tahun. Rencana Pertama bermula dengan 3,3 juta pengangguranyang kemudian naik menjadi 5,3 juta pada permulaan Rencana Kedua, Rencana Ketiga bermula dengan 7,1 juta dan pada Rencana Keempat naik dengan jumlah12 juta pengangggur. Pemecahannya bukan hanya meningkatkan kesempatan kerja yang sepadan dengan jumlah pengangguran tetapi mengendalikan penduduk secara aktif melalui program keluarga berencana. Penduduk dan Overhead Sosial. Penduduk yang berbiak dengan cepat memerlukan investasi besar di bidang overhead sosial dan pengalihan sumber – sumber dari aktiva produktif dengan segera. Kerena kurangnya sumber, negara tidak mungkin menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, pengobatan, transportasi dan perumahan kepada keseluruhan penduduk. Kepadatan muncul dimana – mana. Akibatnya, kualitas pelayanan menurun. “ Jumlah penduduk yang semakin besar mengurangi kualitas diri manusia sebagai agen produktif. Kenaikan jumlah penduduk usia sekolah dan jumlah tenaga kerja buruh ikut mempeerberat beban penyediaan fasilitas pendidikan dan latihan, dn memperlambat perbaika kulaitas pendidikan. Demikian Universitas Sumatera Utara pula, perbaikan kesehatan penduduk “. Ini semua memerlukan investasi besar. Sebagaimnan diperkirakan usia 6 – 13 tahun pad atahun 1981 memerlukan pengeluarann sebesar Rs. 20,25 milyar dengan program perumahan memerlukan Rs. 40,7 milyar pada tahun 1981 dengan anggapan bahwa penduduk perkotaan akan naik 30 dari penduduk total selama 1956 – 1986, pengeluaran di bidang pendidikan dan perumahan diperkirakan akan meningkat menjadi Rs. 1 milyar per tahun. Penduduk dan Tenaga Buruh. Tenaga buruh di dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang berkerja dengan penduduk total. Dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata – rata di negara terbelakang, tenaga buruh pada pokoknya adalah penduduk pada kelompok usia 15 – 50 tahun. Selama tahap peralihan demografis tingkat kelahiran meningkat dan tingkat kematian menurun. Akibatnya, sebagian besar penduduk berada pada kelompok usia tenaga buruh. Adanya anak – anak dewasa di dalam tenaga buruh mengandung makna bahwa orang yang berpartisipasi pada pekerjaan produktif sebenarnya sedikit. Bahkan jika angka kelahiran mulai menurun, tenaga buruh yang tersedia bagi pekerjaan produktif pun dalam jangka pendek akan tetap sama. Sebaliknya, jumlah anak – anak menjadi turun, dan pendapatan nasional meningkat lantaran jumlah konsumen menurun. Tetapi ini hanya mungkin sesudah tahap peralihan kependudukan dilalui, sesuatu yang tidak mungkin sampai negara terbelakang dapat menurunkan tingkat kesuburan mereka. Itu tidak berarti bahwa dengan angka kelahiran yang tinggi dan angnka kematian yang rendah pada saat ini, tenaga buruh tidak meningkat. Itu hanya berarti bahwa tambahan pada kelompok usia rendah adalah lebih besar keetimbang pada kelompok usia kerja. Jadi tenaga buruh cenderung meningkat bersama naiknya jumlah penduduk. Penduduk dan Pembentukan Modal. Pertumbuhan penduduk memperlambat pembentukan modal. Jika penduduk meningkat, pendapatan perkapita ynag didapat Universitas Sumatera Utara menurun. Dengan pendapatan yang sama orang terpaksa memberi makan kepada anak – anak yang lebih banyak. Itu berarti bagian terbesar pendapatan terpakai untuk pengeluaran konsumsi. Tabungan yang memang sudah rendah menjadi semakin rendah. Akibatnya, tingkat investasi juga menjadi semakin rendah. Kenaikan penduduk juga akan menyebabkan pengalihan investasi modal dari kegiatan produktif langsung pada modal overhead sosial. Penduduk yang meningkat dengan cepat memerlukan penyediaan fasilits dasar yang lebih banyak dalam bentuk sekolah, jalan raya, rumah sakit, air dan sebagainya, yang kesemuanya tidak menambah produk nasional secara langsung dan segera, dengan akibat laju pertumbuhan perekonomian tetap rendah. Keuntungan dari modal yang diinvestasikan pada kegiatan langsung produktif adalah lebih tinggi dibandingkan pada modal overhead sosial. Pengalihan sumber – sumber pemerintah dari manfaat mereka yang lebih produktif kepada manfaat saat sekarang untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang lebih mendesak, karena itu merugikan pembentukan modal. Tabungan negara dan pembentukan modal akan turun sebagai akibat dari penduduk yang tumbuh dengan cepat. Bila pendapatan turun dan pengeluatan konsumsi meningkat, sulitlah bagi pemerintah untuk memungut pajak dari rakyat. Pembebasan pajak tertentu terpaksa diberikan. Akibatnya, pendapatan negara turun sehingga mengurangi investasi dan pembentukan modal, kecuali kalau pemerintah mengambil langkah alternative lain. Juga, bila penduduk meningkat dengan cepat konsumsi domestik atas barang – barang yang diekspor meningkat dan surplus barang yang dapat diekspor menurun. Pada sisi lain, untuk memenuhi permintaan penduduk yang semakin meningkat itu diperlukan bahan makanan atau barang konsumen lain yang lebih banyak. Ini menyebabkan kenaikan impor. Kemerosotan ekspor dan kenaikan impor akan mengakibatkan kemerosotan posisi neraca pembayaran. Pemerintah mungkin terpaksa Universitas Sumatera Utara mengurangi pemasukan barang modal. Dan ini akan berpengaruh buruk terhadap program investasi. Akibatnya, memperlambat pembentukan modal. Akhirnya, penduduk yang tumbuh dengan cepat dengan tingkat pembentukan modal yang rendah menghasilkan pula tingkat teknologi yang rendah. Atau kita dapat mengatakan, penduduk yang meningkat secara cepat dengan menurunkan pendapatan, tabungan dan investasi memaksa rakyat menggunakan teknologi tingkat rendah yang memperlambat pembentukan modal. Kesimpulannya, penduduk yang meningkat secara cepat akan memperlambat seluruh usaha pembangunan di negara terbelakang kecuali kalau dibarengi dengan laju pembentukan modal dan kemajuan telnologi yang tinggi. Tetapi faktor yang menetralkan ini tidak ada dan akibatnya ledakan penduduk mengakibatkan produktivitas pertanian merosot, pendapatan perkapita rendah, standar keidupan rendah, pengangguran, dan tingkat pembentukan modal rendah.

2.1.4. Pendapatan Perkapita PDRB perkapita sebagai proxy dari pendapatan perkapita merupakan