Uji Hausmann Random Effect Model REM Interpretasi Model

R – square 2 R dan nilai Durbin - Watsonnya yang lebih baik pada fixed effect model FEM dibandingkan nilai random effect model REM . Setelah dilakukan analisis untuk kedua model tersebut, maka untuk memilih model yang terbaik dari kedua model tersebut dapat dilakukan dengan uji Hausman. Untuk penelitian ini, uji Hausman diestimasi dengan program e-views 5.0 dan akan diperoleh nilai Chi – squarenya. Kesimpulan dari uji Hausman adalah apabila null hyphotesis H diterima, maka model yang digunakan adalah random effect model REM dan sebaliknya apabila null hyphotesis ditolak maka model yang digunakan adalah fixed effect model FEM .

4.9.2. Uji Hausmann

Uji ini dilakukan untuk menentukan model mana yang terbaik antara fixed effect model atau random effect model dalam metode Generalized Least Square GLS. Berdasarkan hasil uji Hausmann ini, diperoleh nilai chi – square pada tabel 4.3.2 berikut ini: Tabel 4.3.2 Hasil Uji Hausman untuk model FEM dan REM Chi-sqr Stat = 0.777857 Chi-sqr d.f = 3 Prob = 0.8548 Sumber: Data diolah Dari hasil estimasi uji Hausmann tersebut diperoleh bahwa nilai Chi – square statistiknya tidak signifikan p ad a α = 1. 5 d an 1 0 . Berdasarkan beberapa hasil pengujian dalam menentukan model dengan metode Random Effect Model adalah model yang paling representatif.

4.9.3. Random Effect Model REM

Sebagaimana hasil analisa sebelumnya, dari hasil uji Hausmann diperoleh model terbaik untuk penelitian ini adalah model Random Effect Model. Berdasarkan hasil estimasi dengan mengunakan random effect model REM memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi 2 R sebesar 0.317887 , yang Universitas Sumatera Utara berarti secara keseluruhan variable bebas yang ada dalam model persamaan tersebut mampu menjelaskan variasi disparitas pendapatan sebesar 31,78 dan sisanya dijelaskan oleh variable lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut. Tabel 4.9.3. Hasil Estimasi Random Effect Model REM Y = -0.4520650 + 0.025107 PEND – 0.003633YC + 0.019287 GE 5.224181 -0.984883 3.455664 2 R = 0.317887 DW-Stat = 0.879070 Sumber: Data diolah Lampiran 1 Cat : Angka dalam kurung adalah nilai t-Statistik

4.9.4. Interpretasi Model

Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakann program E- views 5.0 diperoleh estimasi sebagai berikut : it it it it it X X X Y µ β β β α + + + + = 3 3 2 2 1 1 log log log Dimana : t = Tahun i = Kabupatenkota Y = Ketimpangan Pendapatan α = Interceptkonstanta 3 2 1 , , β β β = Koefisien regresi 1 X = Jumlah penduduk kabupaten kota Juta jiwa 2 X = PDRB perkapita Milyar Rupiah 3 X = Pengeluaran Pemerintah Milyar Rupiah µ = Error Term Universitas Sumatera Utara Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengeruh variabel independen yaitu jumlah penduduk, pendapatan perkapita dan pengeluaran pemerintah terhadap disparitas pendapatan 25 kabupaten kota di Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

4.9.4.1. Jumlah Penduduk terhadap Disparitas Pendapatan 25 Kabupaten Kota Sumatera Utara

Jumlah penduduk 25 kabupaten kota di Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat disparitas pendapatan dan koefisiennya sebesar 0,025107 artinya apabila jumlah penduduk 25 kabupaten kota di Sumatera Utara naik sebesar 1 , cateris paribus maka tingkat disparitas pendapatan 25 kabupaten kota di Sumatera Utara naik sebesar 0,025107 . Artinya jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat disparitas pendapatan di 25 kabupaten kota di Sumatera Utara. Semakin banyak jumlah penduduk maka tingkat konsumsi masyarakat akan semakin tinggi pula. Hal ini akan mengakibatkan tingkat disparitas pendapatan yang cukup tinggi antarkabupaten kota..

4.9.4.2. PDRB perkapita terhadap Disparitas Pendapatan 25 Kabupaten Kota Sumatera Utara

PDRB perkapita 25 kabupaten kota di Sumatera Utara mempunyai pengaruh negatif terhadap disparitas pendapatan dan koefisiennya sebesar – 0.003633, artinya apabila PDRB perkapita 25 kabupaten kota di Sumatera Utara naik sebesar 1 cateris paribus, maka disparitas pendapatan 25 kabupaten kota di Sumatera Utara mengalami penurunan sebesar – 0.003633. Universitas Sumatera Utara 4.9.4.3.Pengeluaran Pemerintah terhadap Disparitas Pendapatan 25 Kabupaten Kota Sumatera Utara Pengeluaran pemerintah 25 kabupaten kota di Sumatera Utara mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat disparitas pendapatan dan koefisiennya sebesar 0.019287 artinya apabila pengeluaran pemerintah naik sebesar 1 cateris paribus, maka disparitas pendapatan 25 kabupaten kota di Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 0.019287 . Pengeluaran pemerintah provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Besar kecilnya pengeluaran sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besar kecilnya penerimaan. Makin besar penerimaan maka pengeluaran makin besar pula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh positif terhadap disparitas pendapatan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa pengeluaran pemerintah dimanfaatkan untuk menrunkan tingkat kemiskinan. Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok penduduk yang berpendapatan menengah dan penduduk paling kaya memperoleh manfaat yang relatif besar dibandingkan dengan kelompok penduduk miskin dan juga pembangunan yang terlalu memfokuskan kepada pertumbuhan ekonomi tanpa berorientasi pada pemerataan akan dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan antardaerah. Universitas Sumatera Utara 4.9.5. Uji Kesesuaian Test of Goodness Fit 4.9.5.1. Koefisien Determinasi R – square