4.5. Analisis Ketimpangan AntarKabupaten Kota
Untuk memberikan gambaran tehadap disparitas atau ketimpangan anatar kabupaten kota di Sumatera Utara, maka alat analisis yang digunakan adalah Indeks
Williamson. Pada dasarnya Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran dari rata – rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari nilai – nilai PDRB dan
penduduk di daerah – daerah yang berada pada ruang lingkup wilayah yang dkaji dan dianalisis.
Rumus Indeks Williamson ini akan menghasilkan angka indeks sama dengan nol yang menandakan tidak terjadi kesenjangan ekonomi antarkabupaten kota,
sedangkan angka indeks yang lebih besar dari nol menunjukkan adanya kesenjangan antarkabupaten kota di Sumatera Utara.
Seperti dikemukakan oleh para ahli bahwa disparitas atau ketimpangan yang terjadi dalam proses pembangunan adalah suatu proses yang wajar dalam pencapaian
usaha pencapaian target – target yang telah ditetapkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang namun dikhawtirkan hal ini akan berdampak terhadap perekonomian
dan keadaan politik secara nasional. Hal – hal yang ditakutkan akan terjadi adalah terjadinya eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam, terjadinya secara
terus – menerus konversi lahan pertanian produktif menjadi kawasan yang dianggap oleh sebagian golongan menjadi kawasan yang lebih menguntungkan dan menurunnya
kualitas hidup masyarakat. Untuk itu diperlukan berbagai lanngkah konkrit untuk memperkecil ketimpangan yang terjadi antarkabupaten kota.
Untuk melihat lebih jauh tingkat kesenjangan ekonomi 25 kabupaten kota di Sumatera Utara maka dapat dilihat dari hasil perhitungan Indeks Williamson berikut:
Universitas Sumatera Utara
TABEL 4.5 INDEKS WILLIAMSON 25 KABUPATEN KOTA DI SUMATERA UTARA TAHUN 2001 – 2007 Kabupaten Kota
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 rata-rata
Nias 0.1214
0.1157 0.0853
0.0863 0.0999
0.0936 0.0924
0.0992 Mandailing Natal
0.0819 0.0818
0.0446 0.0812
0.0933 0.0871
0.0872 0.0796
Tapanuli Selatan 0.1051
0.1038 0.091
0.0948 0.0992
0.0912 0.095
0.0971 Tapanuli Tengah
0.0825 0.0855
0.0843 0.0845
0.0833 0.0879
0.0898 0.0854
Tapanuli Utara 0.0649
0.0639 0.0492
0.0481 0.049
0.0477 0.0443
0.0524 Toba Samosir
0.0211 0.0247
0.0366 0.0255
0.0232 0.0162
0.0166 0.0234
Labuhan Batu 0.0234
0.0224 0.0204
0.0135 0.0096
0.0037 0.0017
0.0135 Asahan
0.1042 0.0989
0.1088 0.1057
0.1014 0.113
0.0259 0.094
Simalungaun 0.0568
0.0576 0.0596
0.0641 0.0583
0.0115 0.0689
0.0538 Dairi
0.0368 0.0341
0.0198 0.0189
0.0187 0.0391
0.0209 0.0269
Karo 0.032
0.0288 0.0293
0.0252 0.0158
0.013 0.0084
0.0218 Deli Serdang
0.022 0.0193
0.0214 0.0019
0.0039 0.0139
0.0236 0.0151
Langkat 0.026
0.0297 0.034
0.0442 0.0506
0.0604 0.0645
0.0442 Nias Selatan
0.0739 0.0272
0.0819 0.0703
0.0709 0.2675
Humbang Hasundutan 0.0364
0.0348 0.0363
0.0312 0.0313
0.034 Pakpak Barat
0.0274 0.0267
0.0277 0.0259
0.0299 0.0275
Samosir 0.0933
0.0111 0.0101
0.0111 0.0314
Serdang Bedagai 0.0238
0.0442 0.0431
0.0457 0.0392
Sibolga 0.0091
0.0081 0.077
0.0062 0.0013
0.011 0.0239
0.1951 Tanjung Balai
0.0062 0.0067
0.0083 0.0076
0.0055 0.0025
0.0099 0.0067
Pematang Siantar 0.0012
0.0037 0.0019
0.0007 0.0006
0.0073 0.0067
0.0032 Tebing Tinggi
0.0111 0.0101
0.01 0.0096
0.0103 0.0098
0.0133 0.0106
Medan 0.2657
0.2703 0.2772
0.2889 0.314
0.3172 0.329
0.2946 Binjai
0.0199 0.018
0.0139 0.0144
0.014 0.0146
0.0163 0.0159
Padang Sidempuan 0.0418
0.0428 0.0556
0.0054 0.0547
0.04
RATA – RATA 0.0634
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara data diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.5 di atas menunjukkan angka Indeks Williamson atau ketimpangan PDRB perkapita di 25 kabupaten kota di Sumatera Utara selama
periode 2001 – 2007 yaitu rata – rata sebesar 0.0634. angka ini memberi arti bahwa ketimpangan yang terjadi di 25 kabupaten kota di Sumatera Utara relative kecil. Hal
ini sesuai dengan criteria dari Indeks Williamson yang menyatakan jika angka IW semakin kecil atau mendekati nol, maka ketimpangan yang terjadi akan semakin kecil
pula atau dengan kata lain semakin merata pendapatan di 25 kabupaten kota di Sumatera Utara.
Rendahnya nilai Indeks Williamson yang menunjukkan bahwa semakin kecilnya tingkat ketimpangan pembangunan yang terjadi sehingga tingkat distribusi
pendapatan semakin merata. Tetapi hal ini tidak lantas menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan 25 kabupaten kota di Sumatera Utara semakin baik karena kenyataan
di lapangan masih menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang hidup di awah garis kemiskinan.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh lalu lintas modal yang masih belum lancar sehingga proses penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat
terjadi. Selain itu, disebabkan juga karena masing – masing kabupaten kota memiliki proses mobilisasi dan akumulasi sumber daya alam yang dimilkinya yang merupakan
pemicu dalam pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya keragaman budaya heterogenitas dan kearagaman karakteristik suatu wilayah dapat
mengakibatkan kecenderungan terjadinya ketimpangan antar daerah dan antar sector ekonomi.
Dari 25 kabupaten kota tersebut dapat diketahui bahwa Kota Sibolga dan Kota Medan memilki angka IW yang cukup tinggi hal ini menunjukkan bahwa kedua
daerah tersebut memiliki disparitas pendapatan yang cukup tinggi dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
pendapatan masyarakat masih belum merata. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model pembangunan pada tiga daerah tersebut masih mengacu pada pertumbuhan
ekonomi, bukan mengacu pada pemerataan pembangunan yang semakin baik. Sementara Kota Tanjung Balai dan Pematang Siantar menunjukkan rata – rata
angka Indeks Williamson yang cukup rendah jauh di bawah rata – rata angka Indeks Williamson Sumatera Utara secara keseluruhan yang menunjukkan bahwa pada kedua
daerah tersebut pendapatan masyarakatnya sudah cukup merata dan tingkat kesejahteraannya cukup tinggi.
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan adalah positif sesuai dengan hipotesa Kuznets yang menyatakan bahwa pada tahap –
tahap awal pembangunan, semakin baik distribusi pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ddan peningkatan PDRB erat
kaitannya dengan ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah. Opportunity Cost dalam menghadapi pertumbuhan adalah besarnya ketimpangan distribusi pendapatan.
Tabel Indeks Williamson Provinsi Sumatera Utara tahun 2001 - 2007
tahun indeks williamson
2001 0.0574
2002 0.057
2003 0.0544
2004 0.0508
2005 0.0521
2006 0.0491
2007 0.0513
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara data diolah Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa indeks Williamson di Provinsi
Sumatera Utara dari tahun 2001 – 2004 terus mangalami penurunan yang artinya kesenjangan antardaerah dari tahun ke tahun semakin menurun, namun tahun 2004
kembali meningkat tahun 2006 mengalami penurunan dan akhirnya tahun 2007 meningkat lagi mencapai angka 0,0513. dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
disparitas yang terjadi di Sumatera Utara adalah disparitas divergen melebar . Yang berarti bahwa kesenjangan yang terjadi antarkabupaten kota di Sumatera Utara yang
semakin melebar. Keadaan kabupaten dengan kabupaten, kota dengan kota maupun kabupaten dengan kota yang lain semakin timpang, karena masing – masing daerah
terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik secara finansial maupun secara administrative. Banyak hal – hal konkrit yang telah diaplikasikan agar kondisi
masing – masing daerahnya semakin mapan dan mandiri dengan tetap focus terhadap kesejahteraan masyarakat karena tujuan sesungguhnya dari adanya desentralisasi
adalah tidak terlepas dari konsep pencapaian daerah yang lebih mantap dan kondisi masyarakat yang lebih baik lagi.
INDEKS WILLIAMSON PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2001 -2007
.049 .050
.051 .052
.053 .054
.055 .056
.057 .058
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 IW
Universitas Sumatera Utara
4.6 Perkembangan Jumlah Penduduk