Definisi Pengembangan Kurikulum Guru Sebagai Pengembang Kurikulum
Menurut Hasbullah, kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan
misi lembaganya.
4
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang
berbeda, menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang ditempuh murid untuk memperoleh ijazah, tafsiran kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan terdiri atas
mata pelajaran courses tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Maka Oemar dalam bukunya juga
menjelaskan bahwa berbagai kegiatan di luar kelas, tercakup dalam pengertian kurikulum.
5
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dibilang baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang diluar pendidikan. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan
klasik perenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, seperti yang diterangkan oleh Nana.
6
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Mata ajaran subjek di pandang sebagai suatu pengalaman orang tua
atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah di susun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan
pada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu
siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa,
4
Hasbullah, Otonomi pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006, h 21
5
Oemar Hamalik,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT Remaja Rosda Karya,2011, Cet. 4. h 3-4
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya:2008. Cet. 8. h. 81
sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya suatu
kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikum tidak terbatas pada jumlah pelajaran saja, melainkan segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah,
dan lain-lain, yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan pelu dilakukan oleh
siswa direncanakan dalam suatu kurikulum. Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam
kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project, dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan,
dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai: kegiatan menghasilkan
kurikulum; atau 2 proses mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik danatau 3 kegiatan
penyusunan desain, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum. Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum tersebut ternyata
mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan sampai sekarang.
Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut: 1 perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama
Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk
mencapai tujuan pembelajaran, 2 perubahan dari cara berfikir tekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agma Islam; 3
perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam
dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan prodak tersebut; dan 4 perubahan dari pola pengembangan
kurikulm yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum kearah keterlibatan yang luas dari pakar, guru, peserta
didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya. Kurikulum merupakan konsep Studi yang luas. Banyak teori tentang
kurikulum. Beberapa teori yang menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis dan pada konsep-konsep yang diambil dari
ilmu perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi
pendidikan serta pada organisasi kurikulum. Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum
sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya fositif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri
dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan
berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu
pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan. Definisi lain menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses
perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Oemar berpendapat bahwa proses ini berhubungan dengan seleksi dan
pengorganisasian berbagai komponen situasi kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pegukur
pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, dan garis
pelajaran kurikulun lain, yang memudahkan proses belajar mengajar.
7
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:
8
1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan goals dan general
objectifies yang jelas. 2.
Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikum yang dirancang sesuai dengan prosedur
pengembangan kurikulum. 3.
Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.
4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas antara
para pelajar. 5.
Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar, seperti: tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan
fasilitas yang menunjang. 6.
Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa pengguna.
7. The subject arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak
digunakan di sekolah. 8.
Rencana kurikulum harus memberikan fleksibelitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.
9. Rencana kurikulum harus fleksibel, yang memungkinkan masuknya ide-
ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Terdapat lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum yaitu:
a. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan tentang
rangkaian kejadian yang dicakupkan.
7
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2011, Cet. 4, h. 183-184
8
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, … , Cet. 4.h. 184-185
b. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai
dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya. c.
Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya.
d. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan
kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut. e.
Setiap teori kurikulum mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempurnaan. Pengembangan kurikulum harus mengacu pada
sebuah kerangka umum, yang berisikan hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan adalah:
a Asumsi.
Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan
diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak berimbang, dan inovasi
jangka pendek dapat dihindarkan. Dalam kontek ini, kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil-hasil yang
diharapkan, atau dengan kata lain suatu rancana mengenai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian kurikulum terdiri atas
beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur sekuen berbagai kegiatan belajar.
b Tujuan pengembangan kurikulum.
Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai goals dinyatakan
dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapain relative dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih
bersifat khusus, operasional, dan pencapaiannya dalam jangka pendek. Aspek tujuan, baik yang dinyatakan goals maupun objectives memainkan
peran yang sangat peting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah seluruh upaya kependidikan sekolah.
Sekaligus menstimulasi kualitas yang diharapkan. Tujuan pendidikan pada
umumnya berdasarkan pada filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut.
c Penilaian kebutuhan.
Kebutuhan merupakan hal yang pokok dalam perencanaan. Dalam kaitannya dengan pengembnagn kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan
didefisikan sebagai perbedaan antara keadaan actual dan keadaan ideal yang dicita-citakan. Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara
terstruktur maupun informal, untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi “ di sini dan sekarang” dengan tujuan yang diharapkan.
d Konten kurikulum.
Berkaitan dengan konten kurikulum ini hanya membahas enam bidang konten kurikulum akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu; Bahasa
Indonesia, Matematika, Sain IPA, Studi Sosial IPS, Bahasa Asing, dan Seni. Meskipun demikian, hendaknya kurikulum juga memberikan ruang
bagi pelajaran lain, selain keenam bidang konten tersebut, antara lain; Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Agama dan berbagai
pelajaran keterampilan lain yang dibutuhkan siswa. e
Sumber Materi Kurikulum. Materi dapat diperoleh dari buku-buku teks, buku petuntuk bagi guru,
pusat pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan agen pelayanan pendidikan lainya.
f Implementasi kurikulum.
Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak diimplementasikan, dalam arti digunakan di sekolah dan di kelas.
Keberhsilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prisipnya, implementasi ini
mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.
g Evaluasi Kurikulum
Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan judgment untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang di
evaluasi, dalam hal ini adalah kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan
untuk memperbaiki
subtansi kurikulum,
prosedur implementasi, metode intruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan
prilaku siswa. h
Keadaan di masa mendatang Pesatnya perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, teknologi, politik,
serta berbagai peristiwa lainnya memaksa kita berfikir dan merespon setiap perubahan yang terjadi. Dalam pengembangan kurikulum,
pandangan dan kecendrungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi hal yang urgen. Setiap rencana pengembnagan kurikulum harus
meamasukkan pertimbangan
kehidupan di
masa depan,
serta implementasinya pada kurikulum.
Seperti yang diketahui kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum
tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai
acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah
hal yang mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro, kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar
peserta didik sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan sistem
nilai value system yang berlaku beserta perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu oleh karena kurikulum juga harus berfungsi
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya, maka proses pengembangannya juga harus
memperhatikan segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan- persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan
kurikulum. Kurikulum harus secara terus menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan tuntutan
masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam proses pembelajaran, guru merupakan seorang pengembang kurikulum. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap efektifitas dan ketepatan pengembangan kurikulum, namun yang memiliki intensitas lebih banyak
dibandingkan yang lainnya dalam konteks pengembangan kurikulum adalah administrator pendidikan, guru dan orang tua siswa, seperti yang dikemukakan
oleh Zurinal dan Wahdi dalam bukunya.
9
Agar proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date dengan silabus dan Rencana Pelaksaanaan
Pembelajaran RPP, guru diharapkan dapat mengetahui sedini mungkin pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Seorang guru juga
perlu memperhatikan adanya kecendrungan globalisasi yang berkonsekuensi pada adanya perubahan paradigm. Dari paradigma globalisasi sebagai produk
modernisasi yang digelontorkan barat, telah berdampak pada kemajuan peradaban dunia, yang merupakan pelajaran penting bagi guru untuk
mengambil sisi positif. Selain itu guru diharapkan senantiasa melakukan introsfeksi diri, mengedepankan profesionalisme, responsive, dan inovatif
terhadap tuntutan tuntutan paradigma lama pada guru tersebut. H Abdullah Idi dalam Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, menuturkan bahwa
pendidikan “Seolah-olah jalur produksi yang produknya merupakan sebuah subjek dari jaminan mutu”.
10
Oleh karena itu penanganan yang tepat dan merupakan strategi yang tidak dapat di tawar lagi adalah guru dituntut untuk
professional. Abad ke-21 dicirikan sebagai serba kompetitif dalam berbagai bidang kehidupan. Disebutkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005,
bahwa guru dan dosen yang bertugas meningkatkan kualitas tenaga pendidik guru dan dosen atau terjadinya peningkatan profesionalisme pendidik dalam
menjalankan tugasnya. Jansen H. Sinano yang dikutip oleh Abdullah
9
Zurinal dan Wahdi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h 93.
10
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, Jogjakarta: Arruzz Media, Cet. I. h. 345
mengatakan dengan istilah mentalitas professional.
11
“Profesi dapat didefinisikan sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan”.
Dengan kata lain guru dituntut untuk kompeten dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai agen perubahan bagi siswa atau peserta didik.
Pupuh dan Sobri mendefinisikan kom petensi adalah “Seperangkat tindakan
intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu.”
12
Kompetensi dalam mengelola pembelajaran, merupakan salah satu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik sendiri dalam Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan sebagai ”Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas menyebut
kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pengajaran”. Kompetensi ini
dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar
dan kemampuan melakukan penilaian. Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan
program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa
dalam belajar sesuai rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat. Apakah kegiatan belajar mengajar
telah dianggap cukup, apakah metode yang digunakan tepat, apakah kegiatan yang lalu perlu di ulang, manakala siswa belum mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa juga diperlukan guna mengetahui kemahiran dan
keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.
Depdiknas mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi: 1. Membuka pelajaran, 2 menyajikan materi, 3
11
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, Jogjakarta: Arruzz Media, Cet. I. h. 348.
12
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman konsep Umum Konsep Islami, PT Refieka Aditama, 2007, Cet. 4. h. 44
mengunakan media dan metode, 4 menggunakan alat peraga, 5 menggunakan bahasa yang komunikatif, 6 memotivasi siswa, 7
mengorganisasi kegiatan, berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, 9 menyimpulkan pelajaran, 10 memberikan umpan balik, 11 melaksanakan
penilaian, 12 menggunakan waktu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar
mengajar merupakan suatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat
menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa. Dari uraian di atas, persyaratan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: 1 menggunkan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan
pelajaran, 2
mendemonstrasikan penguasaan
mata pelajaran,
3 berkomunikasi dengan siswa, 4 mendemonstrasikan berbagai metode
mengajar, dan 5 melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar. Sedangkan kompetensi guru secara keseluruhan menurut Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat 1 menyebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi
kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang di dapat memalui pendidikan profesi.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karana adanya berbagai
pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan
baik. Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses
perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi
belajar mengajar antara
lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembanagn kurikulum yang
mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum: 1.
Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan goals dan general objectifes yang jelas.
2. Suatu progam atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan
bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.
3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses
belajar yang baik karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. 4.
Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas diantara para pelajar.
5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar
mengajar, seperti tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.
6. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa
pengguna. 7.
The subject Arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak di gunakan di sekolah.
8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk
memungkinkan terjadinya perencanaan guru – siswa .
9. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang
memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.
10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum yaitu:
1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengn perumusan tentang
rangkaian kejadian yang dicakupnya. 2.
Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai – nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya.
3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain
kurikulumnya. 4.
Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut.
5. Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk
dilakukannya proses penyempurnaan. Untuk kemajuan dalam bidang pendidikan, pemerintah berupaya untuk
mengadakan penyempurnaan kurikulum. H. Abdullah Idi menyatakan bahwa kurikulum merupakan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga
pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya.
13
Sejalan dengan pendapat itu, kurikulum secara fungsional merupakan sarana yang sangat penting dalam menjamin proses pendidikan. Tanpa kurikulum
yang baik dan tepat, akan sulit mencapai tujuan dan sarana pendidikan yang diinginkan.
Proses implementasi kurikulum untuk semua bidang studi atau mata pelajaran selalu menggambarkan keterkaitan proses dengan tujuan konten,
kejelasan teori belajar, keterkaitan dengan social, budaya, teknologi, ketersediaan fasilitas, peran guru dan peserta didik, peran feedback dan
evaluasi. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutukino juga mengemukakan bahw perencanaan untuk implementasi kurikulum selalu gagal karena beberapa
alasan antara lain:
14
1 Perencana mengambil keputusan, sementara ia tidak memahami situasi dan kondisi yang dihadapi para pelaku implementasi. 2
perencana memperkenalkan perubahan tanpa menjelaskan cara untuk
13
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, Jogjakarta: Arruzz Media, 2007, Cet. 1, h.3
14
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman konsep Umum Konsep Islami, PT Refieka Aditama, 2007, Cet. 4. h.45
mengidentifikasi dan cara untuk melakukan perubahan itu, 3 Perencana tidak berusaha memhami nilai-nilai, ide, dan perubahan-perubahan yang penting
bagi pelaku implementasi dan lain sebagainya.