Definisi Pengembangan Kurikulum Guru Sebagai Pengembang Kurikulum

Menurut Hasbullah, kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. 4 Berdasarkan studi yang dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang ditempuh murid untuk memperoleh ijazah, tafsiran kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan terdiri atas mata pelajaran courses tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Maka Oemar dalam bukunya juga menjelaskan bahwa berbagai kegiatan di luar kelas, tercakup dalam pengertian kurikulum. 5 Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dibilang baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang diluar pendidikan. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik perenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, seperti yang diterangkan oleh Nana. 6 Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Mata ajaran subjek di pandang sebagai suatu pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah di susun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa, 4 Hasbullah, Otonomi pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006, h 21 5 Oemar Hamalik,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT Remaja Rosda Karya,2011, Cet. 4. h 3-4 6 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya:2008. Cet. 8. h. 81 sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikum tidak terbatas pada jumlah pelajaran saja, melainkan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain, yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan pelu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum. Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project, dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut. Pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai: kegiatan menghasilkan kurikulum; atau 2 proses mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik danatau 3 kegiatan penyusunan desain, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum. Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut: 1 perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran, 2 perubahan dari cara berfikir tekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agma Islam; 3 perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan prodak tersebut; dan 4 perubahan dari pola pengembangan kurikulm yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum kearah keterlibatan yang luas dari pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya. Kurikulum merupakan konsep Studi yang luas. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori yang menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis dan pada konsep-konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum. Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya fositif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan. Definisi lain menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Oemar berpendapat bahwa proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pegukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, dan garis pelajaran kurikulun lain, yang memudahkan proses belajar mengajar. 7 Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum: 8 1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan goals dan general objectifies yang jelas. 2. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikum yang dirancang sesuai dengan prosedur pengembangan kurikulum. 3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. 4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas antara para pelajar. 5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar, seperti: tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang. 6. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa pengguna. 7. The subject arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah. 8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibelitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa. 9. Rencana kurikulum harus fleksibel, yang memungkinkan masuknya ide- ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus. 10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Terdapat lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum yaitu: a. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan tentang rangkaian kejadian yang dicakupkan. 7 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2011, Cet. 4, h. 183-184 8 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, … , Cet. 4.h. 184-185 b. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya. c. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya. d. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut. e. Setiap teori kurikulum mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempurnaan. Pengembangan kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan adalah: a Asumsi. Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak berimbang, dan inovasi jangka pendek dapat dihindarkan. Dalam kontek ini, kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rancana mengenai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian kurikulum terdiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur sekuen berbagai kegiatan belajar. b Tujuan pengembangan kurikulum. Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapain relative dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih bersifat khusus, operasional, dan pencapaiannya dalam jangka pendek. Aspek tujuan, baik yang dinyatakan goals maupun objectives memainkan peran yang sangat peting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah seluruh upaya kependidikan sekolah. Sekaligus menstimulasi kualitas yang diharapkan. Tujuan pendidikan pada umumnya berdasarkan pada filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut. c Penilaian kebutuhan. Kebutuhan merupakan hal yang pokok dalam perencanaan. Dalam kaitannya dengan pengembnagn kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan didefisikan sebagai perbedaan antara keadaan actual dan keadaan ideal yang dicita-citakan. Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur maupun informal, untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi “ di sini dan sekarang” dengan tujuan yang diharapkan. d Konten kurikulum. Berkaitan dengan konten kurikulum ini hanya membahas enam bidang konten kurikulum akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu; Bahasa Indonesia, Matematika, Sain IPA, Studi Sosial IPS, Bahasa Asing, dan Seni. Meskipun demikian, hendaknya kurikulum juga memberikan ruang bagi pelajaran lain, selain keenam bidang konten tersebut, antara lain; Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Agama dan berbagai pelajaran keterampilan lain yang dibutuhkan siswa. e Sumber Materi Kurikulum. Materi dapat diperoleh dari buku-buku teks, buku petuntuk bagi guru, pusat pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan agen pelayanan pendidikan lainya. f Implementasi kurikulum. Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak diimplementasikan, dalam arti digunakan di sekolah dan di kelas. Keberhsilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prisipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback. g Evaluasi Kurikulum Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan judgment untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang di evaluasi, dalam hal ini adalah kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki subtansi kurikulum, prosedur implementasi, metode intruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan prilaku siswa. h Keadaan di masa mendatang Pesatnya perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, teknologi, politik, serta berbagai peristiwa lainnya memaksa kita berfikir dan merespon setiap perubahan yang terjadi. Dalam pengembangan kurikulum, pandangan dan kecendrungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi hal yang urgen. Setiap rencana pengembnagan kurikulum harus meamasukkan pertimbangan kehidupan di masa depan, serta implementasinya pada kurikulum. Seperti yang diketahui kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah hal yang mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro, kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan sistem nilai value system yang berlaku beserta perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu oleh karena kurikulum juga harus berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya, maka proses pengembangannya juga harus memperhatikan segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan- persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum harus secara terus menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan tuntutan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan seorang pengembang kurikulum. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap efektifitas dan ketepatan pengembangan kurikulum, namun yang memiliki intensitas lebih banyak dibandingkan yang lainnya dalam konteks pengembangan kurikulum adalah administrator pendidikan, guru dan orang tua siswa, seperti yang dikemukakan oleh Zurinal dan Wahdi dalam bukunya. 9 Agar proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date dengan silabus dan Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran RPP, guru diharapkan dapat mengetahui sedini mungkin pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Seorang guru juga perlu memperhatikan adanya kecendrungan globalisasi yang berkonsekuensi pada adanya perubahan paradigm. Dari paradigma globalisasi sebagai produk modernisasi yang digelontorkan barat, telah berdampak pada kemajuan peradaban dunia, yang merupakan pelajaran penting bagi guru untuk mengambil sisi positif. Selain itu guru diharapkan senantiasa melakukan introsfeksi diri, mengedepankan profesionalisme, responsive, dan inovatif terhadap tuntutan tuntutan paradigma lama pada guru tersebut. H Abdullah Idi dalam Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, menuturkan bahwa pendidikan “Seolah-olah jalur produksi yang produknya merupakan sebuah subjek dari jaminan mutu”. 10 Oleh karena itu penanganan yang tepat dan merupakan strategi yang tidak dapat di tawar lagi adalah guru dituntut untuk professional. Abad ke-21 dicirikan sebagai serba kompetitif dalam berbagai bidang kehidupan. Disebutkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, bahwa guru dan dosen yang bertugas meningkatkan kualitas tenaga pendidik guru dan dosen atau terjadinya peningkatan profesionalisme pendidik dalam menjalankan tugasnya. Jansen H. Sinano yang dikutip oleh Abdullah 9 Zurinal dan Wahdi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h 93. 10 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, Jogjakarta: Arruzz Media, Cet. I. h. 345 mengatakan dengan istilah mentalitas professional. 11 “Profesi dapat didefinisikan sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan”. Dengan kata lain guru dituntut untuk kompeten dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai agen perubahan bagi siswa atau peserta didik. Pupuh dan Sobri mendefinisikan kom petensi adalah “Seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.” 12 Kompetensi dalam mengelola pembelajaran, merupakan salah satu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik sendiri dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan sebagai ”Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pengajaran”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar dan kemampuan melakukan penilaian. Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa dalam belajar sesuai rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat. Apakah kegiatan belajar mengajar telah dianggap cukup, apakah metode yang digunakan tepat, apakah kegiatan yang lalu perlu di ulang, manakala siswa belum mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa juga diperlukan guna mengetahui kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Depdiknas mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi: 1. Membuka pelajaran, 2 menyajikan materi, 3 11 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, Jogjakarta: Arruzz Media, Cet. I. h. 348. 12 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman konsep Umum Konsep Islami, PT Refieka Aditama, 2007, Cet. 4. h. 44 mengunakan media dan metode, 4 menggunakan alat peraga, 5 menggunakan bahasa yang komunikatif, 6 memotivasi siswa, 7 mengorganisasi kegiatan, berinteraksi dengan siswa secara komunikatif, 9 menyimpulkan pelajaran, 10 memberikan umpan balik, 11 melaksanakan penilaian, 12 menggunakan waktu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa. Dari uraian di atas, persyaratan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: 1 menggunkan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, 2 mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran, 3 berkomunikasi dengan siswa, 4 mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan 5 melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar. Sedangkan kompetensi guru secara keseluruhan menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat 1 menyebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang di dapat memalui pendidikan profesi. Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karana adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembanagn kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar. Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum: 1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan goals dan general objectifes yang jelas. 2. Suatu progam atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum. 3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. 4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas diantara para pelajar. 5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar, seperti tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang. 6. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa pengguna. 7. The subject Arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak di gunakan di sekolah. 8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru – siswa . 9. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus. 10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum yaitu: 1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengn perumusan tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya. 2. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai – nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya. 3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya. 4. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut. 5. Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempurnaan. Untuk kemajuan dalam bidang pendidikan, pemerintah berupaya untuk mengadakan penyempurnaan kurikulum. H. Abdullah Idi menyatakan bahwa kurikulum merupakan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. 13 Sejalan dengan pendapat itu, kurikulum secara fungsional merupakan sarana yang sangat penting dalam menjamin proses pendidikan. Tanpa kurikulum yang baik dan tepat, akan sulit mencapai tujuan dan sarana pendidikan yang diinginkan. Proses implementasi kurikulum untuk semua bidang studi atau mata pelajaran selalu menggambarkan keterkaitan proses dengan tujuan konten, kejelasan teori belajar, keterkaitan dengan social, budaya, teknologi, ketersediaan fasilitas, peran guru dan peserta didik, peran feedback dan evaluasi. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutukino juga mengemukakan bahw perencanaan untuk implementasi kurikulum selalu gagal karena beberapa alasan antara lain: 14 1 Perencana mengambil keputusan, sementara ia tidak memahami situasi dan kondisi yang dihadapi para pelaku implementasi. 2 perencana memperkenalkan perubahan tanpa menjelaskan cara untuk 13 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, Jogjakarta: Arruzz Media, 2007, Cet. 1, h.3 14 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman konsep Umum Konsep Islami, PT Refieka Aditama, 2007, Cet. 4. h.45 mengidentifikasi dan cara untuk melakukan perubahan itu, 3 Perencana tidak berusaha memhami nilai-nilai, ide, dan perubahan-perubahan yang penting bagi pelaku implementasi dan lain sebagainya.

2. Peran Guru dalam Mengembangkan Kurikulum

Guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum sebagai sebuah dokumen dengan proses pembelajaran sebagai implementasi dokumen tersebut, kedua hal tersebut merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, keduanya salaing meng-ada dan meniadakan, ada kurikulum pasti ada pembelajaran dan ada pembelajaran ada juga kurikulum. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan; dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas. Dapat dikatakan bahwa guru merupakan fasilitator dalam belajar, sementara itu definisi belajar menurut Gagne yang dikutip oleh Martinis Yamin yaitu kegiatan yang kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikirannya karena belajar proses kognitif. 15 15 Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Cetakan 1, h. 131. Menurut Murray Printr yang dikutip oleh Ana Suryaningsih mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut: 16 Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian. Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers. Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. 16 Ana Suryaningsih, Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum, dari : http:blog.uin- malang.ac.idansur20110610peranan-guru-dalam-pengembangan Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum curriculum researcher. Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study. Sebagai kunci utama keberhasilan pengembangan kurikulum, guru memegang peranan yang sangat penting dan krusial. Hal ini dikemukakan oleh Oemar Hamalik, setidaknya terdapat delapan 8 faktor peran guru dalam fungsinya sebagai pengembang kurikulum 17 : “Pengelolaan Administratif, Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum, Guru sebagai tenaga profesi kependidikan, Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional, Pendekatan kurikulum, Meningkatkan pemahaman konsep diri, Memupuk hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa.” Wina Sanjaya mengemukakan bahwa dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam tataran kelas, peran guru dalam level ini adalah sebagai: 1 Implementers, 2 adapters, 3 developers, 4 researchers. 18 Senada dengan hal di atas, Oemar Hamalik juga mengatakan ”sebuah kurikulum yang sudah dikembangkan tidak akan berarti menjadi kenyataan jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas ”. Sumber Daya Manusia SDM pengembangan kurikulum adalah kemampuan terpadu dari daya fikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Sumber daya 17 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2007, h. 232-234 18 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Penididikan KTSP, Jakarta: Kencana Prenada Mdia Grup cet. 3. h. 27-28 manusia tersebut terdiri atas barbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat. Unsur ketenagaan tersebut dapat di bagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga profesional meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru dan organisasi profesional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite sekolah atau dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga sosial masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non departemen, serta unsur-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan. Dalam proses pengembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersbut sangat penting, karena keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama dalam semua tahapan kurikulum. Berikut ini adalah deskripsi tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum: 1. Pakar-Pakar Ilmu Pendidikan. 2. Spesialis para pengembang kurikulum bertugas untuk: duduk sebagai anggota panitia atau sponsor, mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia pengembang kurikulum, melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulum, menyusun buku sumber yang dibutuhkan, sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan, memberikan pelatihan dan konsultasi bagi para pengembang kurikulum. 3. Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berad pada tingkat pusat, propinsi, kota atau kabupaten dan juga kepala sekolah. a Administrator ditingkat pusat memiliki wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang serta bertanggungjawab atas pekerjaan orang tesebut dalam mencapai tujuan yaitu dalam menyusun kerangka kurikulum, dasar hokum dan program inti yang selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah mata pelajaran minimal yang diperlukan. Administrator di tingkat pusat bekerja sama dengan para fakar dari perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.