manusia tersebut terdiri atas barbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.
Unsur ketenagaan tersebut dapat di bagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga profesional meliputi tenaga
kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru dan organisasi profesional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite
sekolah atau dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga sosial masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non departemen, serta unsur-unsur
masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan. Dalam proses pengembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur
ketenagaan tersbut sangat penting, karena keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama dalam semua tahapan kurikulum.
Berikut ini adalah deskripsi tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum:
1. Pakar-Pakar Ilmu Pendidikan.
2. Spesialis para pengembang kurikulum bertugas untuk: duduk sebagai anggota
panitia atau sponsor, mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia pengembang kurikulum, melakukan penelitian dalam
bidang pengembangan kurikulum, menyusun buku sumber yang dibutuhkan, sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan, memberikan pelatihan dan
konsultasi bagi para pengembang kurikulum. 3.
Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berad pada tingkat pusat, propinsi, kota atau kabupaten dan juga kepala sekolah.
a Administrator ditingkat pusat memiliki wewenang dan kepemimpinan untuk
mengarahkan orang serta bertanggungjawab atas pekerjaan orang tesebut dalam mencapai tujuan yaitu dalam menyusun kerangka kurikulum, dasar
hokum dan program inti yang selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah mata pelajaran minimal yang diperlukan. Administrator di tingkat pusat
bekerja sama dengan para fakar dari perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
b Administrator di tingkat daerah bertugas berdasarkan kerangka dasar dan
program inti dari tingkat pusat. Mereka kemudian
melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhannya. Administrator tingkat daerah
memiliki wewenang merumuskan sistem operasional pendidikan bagi sekolahnya. Mereka berkewajiban mendorong dan mengimplementasikan
kurikulum pada setiap sekolah. Selanjutnya bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam mengadakan pengembangan kurikulum di
sekolah ssuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan sosialisasi dan melaksanakan kurikulum di sekolah tersebut.
c Kepala sekolah dan guru memegang peranan yang sangat besar dan
merupakan kunci keberhasilan pengembangan kurikulum karena mereka berkaiatan langsung dengan implementasi kurikulum.
d Guru merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki gagasan
kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya sebagai fase penting dan sebgai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.
e Orang Tua. Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya
beberapa saja dari orang tua yang dilibatkan yaitu mereka yang memiki latar belakang memadai. Mengingat sebagian kegiatan belajar yang dituntut
kurikulum dilaksanakan di rumah, maka sangat diperlukan adanya kerja sama yang erat antara guru atau sekolah dengan orang tua siswa.
f Siswa sebagai objek dari penerapan kurikulum hendaknya selalu diberi
motivasi dalam belajar dan dibimbing dalam berpartisipasi melaui kegiatan ektra di sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa.
Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki tugas sebagai berikut: a
Pengelolaan Administratif, dalam kontek ini guru berperan sebagai administrator yang bertugas sebagai pengelola secara tercatat, teratur, dan
tertib, sebagai penunjang jalannya pendidikan yang lancar. Ruang lingkupnya antara lain mencakup administrasi kurikulum, administrasi
siswa, administrasi personal, administrasi material, dan administrasi keuangan.
b Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum, hal ini merupakan
bagian penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Tugas utamanya meliputi: 1. Melakukan pengelolaan administrasi; 2. Mempersiapkan
bahan ajar; 3. Memberikan layanan konseling; 4. Pertemuan dengan rekan sejawat; 5. Meneliti dan mengembangkan materi pelajaran.
c Guru sebagai tenaga profesi tenaga kependidikan. Adalah sebuah kerja
profesi yang mensyaratkan dikuasainya kemampuan profesional yang memadai, untuk menjadi seorang komunikator, pendorongkegiatan belajar,
pengembang alat-alat belajar, penyusun organisasi, manajer system pengajaran, dan pembimbing, baik di sekolah maupun di masyarakat
d Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, mereka dilibatkan dalam
perumusan kebijakan operasional serta perencanaan dan pelaksanaan administrasi pengembangan kurikulum.
e Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional, keberhailan mengajar
tergantung pada tiga faktor, yaitu kepribadian, pengetahuan, dan keahlian guru. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan situasi belajar yang aktif, dan
mampu mendorong kreatifitas anak. f
Pendekatan kurikulum, adanya sinergi antara guru dengan orang tua siswa dan masyarakat untuk memberikan apa yang dibutuhkan siswa, sehingga
terjadilah pengembangan kurikulum yang berkesinambungan. g
Meningkatkan pemahaman konsep diri, self-know-ledge, untuk mengetahuai kekuatan dan kelemahan pribadi, sebagai upaya dalam mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut. h
Memupuk hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa, dalam kontek ini guru sebagai agen perubahan kearah yang lebih baik bagi siswa,
berupaya mendorong dan menunjukkan kegiatan belajar siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Kerja sama seperti ini dapat
meningkatkan upaya pengembangan kurikulum
B. Mutu Pendidikan.
Pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbukan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun
rohani sesuai dengan nillai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
19
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah pendidikan kemudian banyak mendapatkan pemaknaan yang beragam dan berbeda. Hal ini muncul atas dasar
kajian dan orientasi yang berbeda tentang pendiaikan. Dalam dunia pendidikan, mutu adalah agenda utama dan senantiasa menjadi
tugas yang paling penting. Walaupun demikian, mutu bagi sebagaian orang dianggap sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki, membingungkan,
dan sulit untuk diukur. Mutu memiliki presepsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan masing-masing orang. Para pakar pendidikan pun memiliki
pandangan yang berbeda tentang bagaimana cara menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu dengan baik. Mutu, secara umum dapat didefinisikan
sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.
Lebih lanjut Edward dalam sebuah artikel pendidikan menyatakan bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu
dalam percakapan sehari-hari sebagaian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah yang mahal.
Sebagai suatu konsep yang ”absolut”, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, ini merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan.
Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang ”relatif”
dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam definisi relatif ini produk atau layanan
akan dianggap bermutu, bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi ia memiliki nilai misalnya keaslian produk, wajar, dan familiar.
19
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h. 1.
Sedangkan Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Misalnya, sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya
proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,
sedangkan sesuatu dari proses disebut output. Untuk menciptakan proses mutu pendidikan yang baik, maka harus mengacu
pada: a.
Materi pelajaran yang baik antara lain adalah 1 Materi pelajaran yang dirasakan manfaatnya oleh para peserta didik, baik dirasakan langsung ataupun
dirasakan kemudian. Materi pelajaran yang tidak memberikan manfaat dan sudah ketinggalan zaman mesti diperbaharui menjadi materi yang bermanfaat;
2 materi pelajaran itu harus memberikan wawasan yang bersifat meningkat secara terus-menerus; 3 materi pelajaran itu harus member pengalaman yang
berharga bagi peserta didik; 4 materi yang dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan kreativitas berfikir bagi peserta didik; 5 materi pelajaran itu
harus mampu mengubah sikap, pemikiran, dan prilaku kearah pembentukan watak kepribadian yang mendorong peserta didik tampil dengan jatidirinya
yang lebih matang. b.
Perencanaan pendidikan yang baik tidak hanya dimaksudkan untuk mencetak dan mempersiapkan masa depan peserta didik agar mereka dapat hidup dengan
baik di zamannya, tapi juga mempersiapkan dan membekali mereka ketika manusia menghadap Allah SWT. Dengan demikian pendidikan yang baik tidak
hanya menjadikan mereka terhormat di dunia, tapi juga dapat memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di akhirat. Hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional yang bertanggungjawab untuk membentuk manusia- manusia yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu pendidikan yang baik
tidak mati ketika manusia mati.
c. Tata kelola pendidikan yang baik adalah sistem tata kelola dengan
menggunakan prinsip-prinsip yang bersifat komprehensif, saling terkait, dan berkeseimbangan antar komponen yang satu dengan lainnya, serta terukur
hasilnya. 1
Tata kelola yang komprehensif adalah sistem tata kelola yang bersifat utuh dan menyeluruh dimana pembangunan pendidikan tidak tertuju hanya pada
salah satu unsur atau komponen saja, tapi dilakukan untuk semua komponen secara merata. Artinya, pembangunan pendidikan bukan sekedar
meningkatkan anggaran saja tetapi juga meningkatkaan kualitas guru, budaya belajar peserta didik, sarana dan prasarana belajar, manajemen
pendidikan, kebijakan dan program, serta produk dan daya dukung lingkungan. Artinya, kalau produk pendidikan jumlah dan angka kelulusan
dipaksa bergeser berubah 10 sepuluh langkah kedepan, maka anggaran pun harus naik sepuluh langkah. Kultur dan kinerja guru pun harus bergerak
sepuluh langkah ke depan. Demikian juga dengan budaya belajar anak, sarana dan prasarana, daya dukung, program, dan kebijakan. Dengan
demikian, pola pemberdayaan antar komponen harus dilakukan secara komprehensif. Artinya, kalau pemerintah menaikkan standar angka
kelulusan dari 5,5 menjadi 6,0, maka semua komponenpun harus berubah. Jangan sampai yang berubah itu hanya angka kelulusan saja. Apabila yang
berubah hanya satu komponen saja dan komponen lain tidak berubah, maka sistem pendidikan akan mengalami kebuntuan.
2 Tata kelola pendiddikan dilakukaan dengan memperhatikan kerkaitaan
antarfungsi dan peran antarkomponen yang satu dengan yang lainnya. Contoh, kalau tujuan pendiddikan adalah mencetak peserta didik yang
cerdas, maka pimpinan lembaga pendidikan harus menghitung jumlah peserta didik yang akan dicetak itu berapa banyak. Katakanlah apabila yang
ingin dicetak itu berjumlah seribu peserta didik, dan untuk mencetak seseorang menjadi peserta didik yang ceerdas membutuhkan biaya sebesar
Rp. 50 juta, maka sekolahperguruan tinggi itu harus menyediakan anggaran pendidikan sebesar 1000 X 50.000.000 = Rp. 50. 000.000.000,- lima puluh
miliar rupiah. Untuk mencetak peserta didik yang cerdas juga harus didukung oleh proses pembelajaran yang mampu merangsang terbentuknya
peserta didik yang cerdas, demikian halnya dengan sarana dan prasarana belajar, sistem kepemimpinan, dan manajemen pendidikan dan komponen
lain yang mendukung terciptanya pembentukan kecerdasan peserta didik. 3
Tata kelola yang baik adalah tata kelola yang bersifat terukur. Sekecil apa pun anggaran yang dikeluarkan harus melahirkan produk pendidikan.
Artinya, uang yang diberikan oleh orang tua peserta didik berubah menjadi sikap, pemikiran, dan prilaku yang bagaimana? Anggaran yang dikeluarkan
oleh sekolahpendidikan tinggi berubah menjadi produk pendidikan yang bagaimana? Itulah yang dimaksud dengan sistem yang terukur.
4 Berkesinambungan, dalam arti bahwa sistem tata kelola harus
memperhatikan prinsip keseimbangan antara kekuatan satu komponen dengan komponen lainnya. Tata kelola pendidikan jangan hanya
memerhatikan satu komponen saja. Sedangkan komponen lainnya di abaikan. Semua komponen pendidikan harus berkembang secara merata dan
seimbang. Apabila anggarannya kuat maka konsentrasi usaha tidak hanya pada anggaran saja, tapi juga harus ditujukan pada perbaikan di bidang
sarana dan prasarana serta komponen lainnya. Apabila lembaga itu hanya kuat di anggaran dan sarana belajar saja, sementara kultur dan kinerja guru
serta budaya 5
belajar peserta didik diabaikan, maka system dalam penyelengaraan pendidikan itu akan mengalami kemandekan.
20
d. Pendidikan yang bermutu lahir dari guru yang bermutu. Guru yang bermutu
paling tidak menguasai materi ajar, metodologi, system evaluasi, dan psikologi belajar. 1 guru yang baik bukan sekedar guru yang pintar, tapi guru yang
mampu memintarkan peserta didik. 2 guru yang baik bukan sekedar guru yang berkarakter, tetapi mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta
didiknya. 3 guru yang baik bukan sekedar guru yang mempunyai teladan dan
20
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT. Rosda Karya, 2011, h. 122