miliar rupiah. Untuk mencetak peserta didik yang cerdas juga harus didukung oleh proses pembelajaran yang mampu merangsang terbentuknya
peserta didik yang cerdas, demikian halnya dengan sarana dan prasarana belajar, sistem kepemimpinan, dan manajemen pendidikan dan komponen
lain yang mendukung terciptanya pembentukan kecerdasan peserta didik. 3
Tata kelola yang baik adalah tata kelola yang bersifat terukur. Sekecil apa pun anggaran yang dikeluarkan harus melahirkan produk pendidikan.
Artinya, uang yang diberikan oleh orang tua peserta didik berubah menjadi sikap, pemikiran, dan prilaku yang bagaimana? Anggaran yang dikeluarkan
oleh sekolahpendidikan tinggi berubah menjadi produk pendidikan yang bagaimana? Itulah yang dimaksud dengan sistem yang terukur.
4 Berkesinambungan, dalam arti bahwa sistem tata kelola harus
memperhatikan prinsip keseimbangan antara kekuatan satu komponen dengan komponen lainnya. Tata kelola pendidikan jangan hanya
memerhatikan satu komponen saja. Sedangkan komponen lainnya di abaikan. Semua komponen pendidikan harus berkembang secara merata dan
seimbang. Apabila anggarannya kuat maka konsentrasi usaha tidak hanya pada anggaran saja, tapi juga harus ditujukan pada perbaikan di bidang
sarana dan prasarana serta komponen lainnya. Apabila lembaga itu hanya kuat di anggaran dan sarana belajar saja, sementara kultur dan kinerja guru
serta budaya 5
belajar peserta didik diabaikan, maka system dalam penyelengaraan pendidikan itu akan mengalami kemandekan.
20
d. Pendidikan yang bermutu lahir dari guru yang bermutu. Guru yang bermutu
paling tidak menguasai materi ajar, metodologi, system evaluasi, dan psikologi belajar. 1 guru yang baik bukan sekedar guru yang pintar, tapi guru yang
mampu memintarkan peserta didik. 2 guru yang baik bukan sekedar guru yang berkarakter, tetapi mampu membentuk karakter yang baik bagi peserta
didiknya. 3 guru yang baik bukan sekedar guru yang mempunyai teladan dan
20
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT. Rosda Karya, 2011, h. 122
integritas, tapi guru yang mampu menjadikan peserta didik memiliki teladan dan patut diteladani oleh sesama. 4 guru yang memerankan dirinya sebagai
pelayan belajar yang baik yang tugas utamanya bukan sekedar mengajar dalam arti menyampaikan sejumlah konsep dan teori ilmu pengetahuan, tapi tugas
utama guru adalah membantu kesulitan belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru yang baik harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang dilakukan
dengan cara-cara berikut:
21
1 Menciptakan suasana yang mendorong para peserta didik merasa dirinya
penting dan berharga.
2 Menciptakan iklim belajar yang meyakinkan bahwa peserta didik
mempunyai bakat dan kemampuan.
3
Menciptakan iklim yang hangat dan menyenangkan.
4 Mendorong tumbuhnya semangat dan motivasi berprestasi dikalangan
peserta didik.
5 Membentuk disiplin, tanggungjawab, dan kepercayaan diri para peserta
didik.
6 Membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan
tentang satu konsep yang diajarkannya.
7
Membebaskan peserta didik dari ketidakjujuran dan dari ketiakbenaran.
8
Mampu membebaskan peserta didik dari buruknya akhlak dan iman.
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya, antara lain:
1. Penelitian PRAPTININGSIH, S.Pd.I 2011. Skripsi Fakultas Tarbiyah
STAIN Ponorogo yang berjud ul ”Peran Guru Dalam Pengembangan
Kurikulum Di MI MaA’Rif Patihan Wetan Babadan Ponorogo Tahun Pelajaran 20112012”, ditemukan bahwa 1 Guru di MI MaA’arif
melaksanakan pengembangan kurikulum dengan langkah: mengikuti
21
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT. Rosda Karya, 2011, h.123
workshop, merumuskan bentuk kegiatan belajar mengajar dan evaluasi guna melihat berhasil tidaknya program pembelajaran yang dijalankan. 2 Di MI
MaA’arif hanya sebagian guru yang melakukan evaluasi kurikulum untuk meperbaiki kualitas pembelajaran di kelasnya, sedangkan dalam Evaluasi
Diri Sekoalah EDS semua guru ikut berperan, dalam hal mempersiapkan kebutuhan evaluasi dan memberi masukan guna mengambil keputusan
dalam evaluasi tersebut.
22
2. Penelitian MAMIK RIANA, NIM. 3100199 2005. Skripsi Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul ” Upaya Pengembangan
Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi di SMP H. Isriati ”, Dari hasil
penelitian yang dilakukan, konsep kurikulum PAI berbasis kompetensi di SMP H. Isriati baru dilaksanakan di kelas VII kelas I saja. Pelaksanaan
kurikulum PAI berbasis kompetensi di SMP H. Isriati Semarang dilakukan dari berbagai aspek, yaitu: kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis
kelas, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Untuk pengembangan silabus mata pelajaran PAI yang
menggunakan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan dari berbagai komponen, yaitu dengan mengembangkan kompetensi yang
telah ditentukan, baik secara nasional, sekolah institusi maupun oleh guru. Upaya pengembangan penilaian berbasis kelas dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi PAI di SMP H. Isriati dapat berbentuk tes tertulis, penampilan performance, penugasan atau proyek dan portofolio. Untuk mengupayakan
pengembangan pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah di SMP H. Isriati, yaitu dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat termasuk ahli
secara optimal melalui komite sekolah, pengurus yayasan dan dewan pendidikan.
23
22
Praptiningsih,2011. Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Di MI MaA’Rif Patihan
Wetan Babadan Ponorogo Tahun Pelajaran 20112012. Skripsi Fakultas Tarbiyah STAIN Ponorogo. http:www.library-stainponorogo.netgdl42index.php
23
Mamik Riana, 2005. Upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi di SMP H. Isriati. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
http:library.walisongo.ac.iddigilibgdl.php?mod=search
D. Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 1 kerangka Berpikir Penelitian
Kepala Sekolah
KTSP Silabus
RPP Pengembangan
Kurikulum Guru Profesional
Supervisi
Implementasi Pelaksanaan
Evaluasi Mutu Pendidikan
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Jakarta Timur, dan berlangsung selama tiga bulan dimulai dari april sampai dengan juni 2012.
B. Metode Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan data baik yang
berbentuk tabel maupun grafik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode analisis deskriptif.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh Subana,dkk mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan subjek penelitian.
1
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Jakarta Timur
yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari 14 orang perempuan dan 3 orang laki- laki.
Sedangkan Sudjana mengemukakan bahwa sampel adalah bagian terkecil dari suatu populasi yang mewakili secara representatif.
2
Penelitian ini mengambil sampel kepada sebagian guru di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Jakarta Timur
sebanyak 10 orang.
1
Subana,dkk., Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000, h. 24.
2
Sudjana,Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, h. 6.