Penggunaan media visual dalam meningkatkan minat belajar IPS siswa di SDN Pondok Pinang 012 Pagi jakarta (penelitian tindakan kelas do SDn Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta)

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

Disusun oleh:

Eka Safitri Kusumadewi NIM : 107015002192

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2011


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

Jakarta (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta).

Pada siswa tingkat sekolah dasar memiliki tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dari siswa sekolah pada jenjang berikutnya. Dalam perkembangan intelektualnya, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasi konkrit, bila dalam pembelajaran IPS tidak diberikan contoh yang konkrit maka para siswapun akan merasa kesulitan untuk mempelajarinya dan berujung pada kurangnya minat belajar para siswa terhadap mata pelajaan IPS, sehingga diperlukan media pembelajaran sebagai penyalur informasi yang akan diberikan guru terhadap siswa. Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Salah satu dari media pembelajaran itu sendiri adalah media visual yakni media yang di bentuk menjadi beberapa media pembelajaran berupa poster dan juga papan pembalik. Peranan media visual dalam pembelajaran sangatlah menunjang pada peningkatan minat belajar siswa di tingkat sekolah dasar. Para siswa menjadi lebih berminat untuk mengikuti proses pembelajaran IPS yang berakhir dengan hasil yang melampaui nilai KKM yang telah ditentukan sekolah.

Untuk lebih dapat mendalami pokok permasalahan yang terjadi, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta. Dalam penelitian yang dilakukan digunakan dua siklus yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan(Planning), Tindakan(Acting), Pengamatan(Observation) dan Refleksi(Reflecting).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan media visual dalam meningkatkan minat belajar IPS siswa, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media visual dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa dan juga membantu siswa untuk memahami konsep pembelajaran sehingga para siswa dapat memaksimalkan pembelajaran dan mencapai nilai yang sesuai dengan KKM. Ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah tes akhir siklus siswa yang meningkat yakni pada siklus I memperoleh nilai dengan rata-rata 90,6 dan pada siklus II memperoleh nilai dengan rata-rata 94,9.


(8)

ii

Jakarta ( Classroom Action Research In SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta ). Elementary School students have different level of cognitive development from the student on the next level. In the intellectual proccess, the students of Elementary School are on the level of concrete practice. In the learning process of social science (IPS), if the teacher does not give the example of a case study, the students will confused and it gives the impact on decreasing the learning interest on social sciences (IPS). In order to avoid the problem, the teacher needs a media to deliver the messages. One of the media is visual media - the media which are composed from several learning media such as poster and slide show. The role of visual media in

learning process is important in improving the Elementary School students’ learning

interest. By using this medium, the students are more enthusiasts to join the social science learning process and then they are able to gain the good mark over the KKM parameter which has decided by the school.

To understand the main problem deeper, this research uses classroom action research method in SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta. This research uses two cycles which cover four steps each, i.e planning, acting, observing and reflecting.

The research finding shows that using visual media in the social sciences (IPS) learning proccess can improve student’s learning interest and then it can help student to understand the concept in order to maximize the learning process and gain

the result based on KKM parameter. It can be proved by the increasing of students’

final cycle result; the first cycle, the students gain the avarage of 90,6 and in the second cycle, the student gain the avarage of 94,9.


(9)

iii

dan Maha Rahim terhadap seluruh makhluk-Nya. Dia-lah yang menganugerahkan berbagai nikmat dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga dengan hidayah dan inayah-Nya yang tidak pernah berhenti mencurahkan itu semua dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tiada terlupakan shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada pahlawan revolusi Islam se-Dunia, penyelamat ummat manusia di dunia, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai insan utama pilihan Allah yang telah memancarkan cahaya kebenaran dalam setiap sisi kehidupan manusia. Setelah sekian lama mengikuti proses bimbingan, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terwujud bukan semata-mata atas upaya pribadi penulis, melainkan berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak. Dan tentunya tidak sedikit kendala, hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat keyakinan, kesungguhan hati dan kerja keras yang optimal serta bantuan dari semua pihak, segala kesulitan tersebut dapat penulis hadapi dan atasi sebaik-baiknya. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang terdalam dan tak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. H. Nurochim, M.M, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang telah mendidik penulis dan mendewasakan penulis dengan berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang sangat berguna selama mengikuti studi di kampus.


(10)

iv

memberikan bimbingan, membantu dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang berguna kepada penulis saat penulis mengikuti studi di kampus.

4. Bapak Drs. Jamhuri Androfa, M.M, Kepala Sekolah SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta, dan Ibu Iis Suhartini, sebagai guru kelas IV di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penelitian ini sehingga penulis memperoleh data dengan mudah.

5. Kedua orang tua, Ayahanda (Sudarmin S) dan Ibunda tercinta (Wina

Yuniastri), atas segala do’a, usaha, kerja keras, motivasi, serta kasih sayang

yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini.

6. Adik-adik tercinta, Sherly Purnama Octaviana dan Hantoro Wicaksono, terima kasih atas do’a, motivasi serta humornya yang mengisi hari-hari penulis dengan warna-warna yang indah.

7. Eyang Kuntiani, terima kasih atas do’a serta motivasi yang di berikan kepada penulis dengan senantiasa menjadi teman mengobrol menemani penulis menyelesaikan skripsi.

8. Reyhan Yozard, terima kasih atas segala do’a, motivasi, bantuan serta kasih sayang dan humor kepada penulis sehingga menjadikan hidup penulis lebih berarti.

9. Teman-teman keluarga besar jurusan IPS khususnya kelas A angkatan 2007, teman-teman ber 5 (Dwi, Yayah, Yenni, Ayu, Ayu Khol), yang tidak pernah lelah dan bosan-bosannya memberikan motivasi, bantuan, keikhlasan,


(11)

v

kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangatlah diharapkan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuannya kepada penulis.

Amin ya Rabbal Alamin

Jakarta, 29 Juli 2011 Penulis


(12)

vi

memperoleh kemenangan akan menghilangkan letihnya menuntaskan pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah.

Istighfar dapat membukakan semua masalah yang terkunci, melapangkan hati dan melenyapkan segala kesulitan. Ia merupakan porsekot rizki dan pembawa kesuksesan. Setiap keranjang dapat penuh karena isi, hanya karena ilmu kian diisi kian minta tambah, dengan ilmu, iman, akhlak dan cinta hidup lebih indah dan bermakna.

Kesungguhan dan kesabaran telah dapat mengalahkan segalanya, rasa lelah, putus asa, bosan dan lain sebagainya, kini yang ada hanyalah rasa suka cita, kebahagiaan dan kekuatan untuk menapaki langkah selanjutnya demi mencapai cita-cita.

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah banyak memberikan penghidupan dan arti pentingnya kehidupan kepada penulis: Ibu, Ayah, Eyang, adik-adikku, sahabat-sahabat pelipur lara dan seseorang adam yang telah memberikan support yang telah memberikan warna cinta dan kasih sayangnya, dengan do’a, perhatian dan motivasi.


(13)

vii

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Lembar Persembahan ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Lampiran ... x

Daftar Gambar Dan Tabel ... xi

BAB I A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II A. Landasan Teori ... 9

1. Hakikat Media ... 9

a. Pengertian Media ... 9

b. Macam-macam Media ... 11

c. Fungsi Media ... 12

d. Kriteria Pemilihan Media ... 15


(14)

viii

c. Karakteristik Media Visual ... 20

3. Keuntungan Penggunaan Media Visual ... 25

4. Minat Belajar ... 27

a. Pengertian Minat Belajar ... 27

b. Ciri-ciri Minat Belajar ... 28

c. Dimensi Minat Belajar ... 30

d. Usaha Meningkatkan Minat Belajar ... 32

5. Penelitian Tindakan Kelas ... 33

B. Kerangka berfikir ... 35

BAB III A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Subyek Penelitian ... 40

D. Desain Penelitian ... 40

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 41

F. Tahap Perencanaan Penelitian ... 41

G. Data dan Sumber Data ... 44

H. Hasil Intervensi Tindakan yang di Harapkan ... 45

I. Instrumen Penelitian ... 45

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ... 46

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Data ... 48


(15)

ix

C. Analisis Data ... 65 D. Interpretasi Hasil Analisis ... 67 E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 68

BAB V

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72 Daftar Pustaka


(16)

x Lampiran 2. Rencana Pembelajaran Siklus II

Lampiran 3. Lembar Wawancara Guru Kegiatan Pendahuluan Lampiran 4. Lembar Wawancara Guru Siklus I

Lampiran 5. Lembar Wawancara Guru Siklus II

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru Siklus I (Pertemuan I) Lampiran 7. Lembar Observasi Guru Siklus I (Pertemuan II) Lampiran 8. Lembar Observasi Guru Siklus II (Pertemuan I) Lampiran 9. Lembar Observasi Guru Siklus II (Pertemuan II) Lampiran 10. Angket Kegiatan

Lampiran 11. Lembar Observasi Siswa Lampiran 12. Validitas Minat Belajar Siswa Lampiran 13. Reliabilitas Minat Belajar Siswa Lampiran 14. Validitas Media Visual Siswa Lampiran 15. Reliabilitas Media Visual Siswa

Lampiran 16. Skor Angket Minat Belajar Awal Siswa Setelah Validitas Lampiran 17. Skor Angket Minat Belajar Akhir Siswa Setelah Validitas Lampiran 18. Skor Angket Media Visual Awal Setelah Validitas

Lampiran 19. Skor Angket Media Visual Akhir Setelah Validitas Lampiran 20. Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Lampiran 21. Wawancara Siswa Siklus I Lampiran 22. Wawancara Siswa Siklus II Lampiran 23. Kisi-Kisi Instrumen Lampiran 24. Rekapitulasi Skor Angket

Lampiran 25. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Lampiran 26. Dokumentasi Media Pembelajaran Poster


(17)

(18)

xii

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 37

TABEL Tabel 3.1 Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan ... 38

Tabel 3.2 Tahap Penelitian Siklus I ... 39

Tabel 3.3 Tahap Penelitian Siklus II ... 40

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus I ... 51

Tabel 4.5 Hasil Tes Siklus I ... 52

Tabel 4.6 Hasil Observasi Siklus II ... 57


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masa sekolah bagi sebagian anak merupakan salah satu masa yang menyenangkan dan paling dinantikan oleh anak, dimana anak dapat bermain dengan teman, bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat anak sudah siap untuk memasuki sekolah, diharapkan anak sudah mampu untuk mandiri, berpikir dengan logika, cepat menanggapi suatu hal dan serta mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, mampu berkomunikasi menggunakan kata-kata untuk bersosialisasi dan juga dapat menyampaikan apa yang diri anak rasakan sehingga membuat orang lain paham akan diri si anak tersebut.

Dengan adanya sekolah, anak akan mendapatkan ilmu dan juga pendidikan yang lebih banyak jika dibandingkan pada saat anak berada pada TK (Taman Kanak-kanak). Anak juga akan mendapatkan pengalaman baru yang akan dialaminya saat berada di sekolah, mampu mengembangkan kemampuan yang di miliki oleh si anak, mendapatkan teman-teman yang baru serta mengenal guru yang akan menjadi panutan bagi anak.


(20)

Anak berpikir bahwa sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak. Dimana anak mampu belajar dengan baik saat berada di kelas, mampu memahami dan mempelajari pelajaran yang diberikan oleh guru, serta mampu meraih prestasi yang diharapkan oleh orang tua si anak. Anak juga akan berpikir saat berada di sekolah anak akan merasa nyaman, dapat berinteraksi dengan teman-teman dan mengganggap guru yang anak kenal menjadi pengganti orang tua si anak di sekolah. Hal-hal menyenangkan yang di terima anak di sekolah dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan anak sehingga masa sekolah dapat di nilai oleh anak sebagai masa yang menyenangkan.

Akal pikiran merupakan salah satu kemampuan dasar manusia yang dapat dijadikan modal dasar dalam proses pendidikan sehingga manusia dapat berkembang dengan baik. Oleh karena itu pendidikan di perlukan oleh manusia sebab pendidikan dapat mengarahkan perkembangan fisik, mental, emosional, sosial, dan etika manusia menuju kearah yang lebih baik menuju kematangan dan kedewasaan.

Siswa sekolah dasar mempunyai tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari siswa sekolah pada jenjang berikutnya. Dalam perkembangan intelektualnya, bahwa siswa sekolah dasar berada pada tahap operasi konkrit, maka bila dalam konsep pembelajaran IPS tidak diberikan contoh yang konkrit maka para siswa pun akan merasa kesulitan dalam mempelajarinya, dan jika demikian kemungkinan besar akan mengakibatkan siswa tidak memiliki motivasi untuk mempelajari konsep tersebut.

Setiap orang percaya bahwa IPS adalah salah satu pelajaran yang penting. Ini ditunjukan dengan terdapatnya mata pelajaran IPS di setiap jenjang pendidikan. Namun di satu sisi banyak keluhan dari berbagai pihak, di antaranya siswa, guru dan orang tua yang menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit untuk dipahami oleh siswa.

Selama ini banyak orang yang memiliki kesan yang negatif terhadap mata pelajaran IPS, seperti IPS itu sulit, penuh dengan hafalan hingga pada akhirnya


(21)

membuat siswa menjadi bosan terhadap mata pelajaran IPS. Sehingga pada akhirnya mata pelajaran IPS menjadi mata pelajaran yang membosankan, yang pada akhirnya membuat para siswa kurang minat terhadap mata pelajaran IPS.

“Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak“1

Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menyampaikan materi IPS dengan baik terhadap anak didiknya, sehingga kesan yang negatif terhadap IPS yang selama ini melekat pada anak didik dapat di rubah menjadi kesan yang positif. Seorang guru juga harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu kepenerima pesan. Saluran atau media adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikasi yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku atau prosedur media. Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum di tuangkan oleh guru ke dalam simbol-simbol komunikasi verbal mau pun non verbal (visual).

“Penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, berfungsi sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain, dan juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerima informasi“ .2

Dalam proses pembelajaran, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat di bantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Keunikan bahan yang akan di sampaikan kepada siswa dapat di selenggarakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang guru kurang mampu ucapkan melalui

1

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), hal. 28

2

Asnawir, M. Basyirudin Usman, Media pembelajaran, ( Jakarta : ciputat pers, 2002 ), cet ke- 1, hal. 13


(22)

kalimat-kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan ajar dapat di konkritkan dengan kehadiran media, dengan demikian anak didik akan lebih mudah untuk mencerna bahan ajar dari pada tanpa bantuan media.

“Perluasaan konotasi media menjadi sarana pembelajaran tidak semata

berkonotasi media penyampaian dan komunikasi pengajaran, tetapi juga sebagai sumber belajar bagi para siswa dalam melakukan aktivitas pembelajaran, serta

dalam eksplorasi informasi pengetahuan”.3

Sehingga di sini pembelajarannya pun akan menjadi sangat kuat dan efektif, media pembelajaran yang digunakan dapat mempermudah siswa dalam mengeksplorasi dan juga menggali informasi yang ada, bukan hanya sekedar menerima materi yang disampaikan oleh guru dengan metode ceramah saja. Siswa akan dengan mudah memahami dan juga mengambil kesimpulan dari setiap materi yang disampaikan.

Dari sekian banyak media yang digunakan dalam pengajaran, penulis tertarik untuk memilih media visual (gambar) sebagai media pengajaran IPS. Mengapa harus gambar? Karena dengan menggunakan gambar semua orang dapat mengidentifikasinya dengan mudah, apalagi di kalangan anak-anak, gambar yang berwarna-warni akan menarik perhatian mereka untuk melihat gambar tersebut dan mengidentifikasikan bagaimana gambaran akan gambar tersebut.

“Sesuatu yang menarik minat dan di butuhkan anak, akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.”4

Anak-anak akan lebih tertarik untuk terlebih dahulu melihat bagaimana gambar yang berwarna-warni dan kemudian melihat kedalam penjelasan gambar dibandingkan dengan buku yang berikan tulisan saja, tentu hal ini di anggap kurang menarik. Dan disisi lain, gambar-gambar yang anak-anak sukai akan lebih melekat pada mereka sehingga merekapun akan lebih mudah untuk menjelaskannya kembali. Untuk itu perlu adanya suatu inovasi baru dimana

3

Munadi,Yudhi, Media Pembelajaran ( Jakarta : Gaung Persada Press, 2008 ) hal. iv

4


(23)

sebuah media gambar bisa menjadi media pembelajaran yang menarik bagi siswa sekolah dasar yang mayoritas adalah anak-anak.

Masalah umum yang ditemui pada diri siswa adalah minat mereka yang berbeda-beda dalam kelas selain dari pada perbedaan perorangan, kepribadian, sifat dan pendidikan sebelumnya. Minat sangat berperan dalam ketekunan belajar siswa dan dengan itu pulalah kualitas hasil belajar juga kemungkinan akan dapat diwujudkan. Seorang siswa yang memiliki minat belajar yang kuat dan pasti akan tekun dalam kegiatan belajar serta hasil yang dicapainyapun akan memuaskan. Kepastian itu dimungkinkan, sebab sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mewakili perilaku seseorang, tetapi dapat mendorong orang untuk melakukan sesuatu, sehingga ia merelakan dirinya untuk terikat pada suatu kegiatan. Dengan adanya minat pada diri peserta didik dalam mempelajari suatu pelajaran akan membantunya untuk mencapai keberhasilan belajarnya. Keberhasilan yang dicapai bukan hanya berupa nilai atau prestasi melainkan juga perubahan tingkah laku. Dengan demikian jelas bahwa minat mempunyai fungsi penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi pada mata pelajaran IPS maka ia akan tekun mempelajarinya.

Namun hal ini dapat diatasi dengan penggunaan media pendidikan, sesuai dengan pernyataan dari Arief S. Sadiman yang menyatakan pengunaan media pendidikan secara tepat dan variasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar dan memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.5

Seperti halnya di SDN Pondok Pinang 012 Pagi, siswa di sekolah ini sudah cukup memiliki minat belajar IPS yang cukup baik, hanya saja ada beberapa siswa yang masih belum memiliki minat belajar IPS yang maksimal walaupun sudah diperoleh nilai yang memenuhi KKM mata pelajaran IPS.

Penggunaan media pembelajaran yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta belumlah efektif.

5


(24)

Sehingga di sini peneliti menggunakan media visual berupa poster dan juga papan pembalik sebagai media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran guna meningkatkan minat belajar siswa dan mencapai KKM yang maksimal.

Dengan demikian, penerapan penggunaan media visual berupa gambar diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar IPS, yang pada dasarnya siswa sekolah dasar masih berada pada tahap konkrit. Dengan penggunaan media visual berupa gambar dapat memudahkan siswa sekolah dasar dalam mengkonkritkan hal-hal yang dianggapnya membingungkan. Namun minat bukanlah akhir dari siklus pembelajaran, tetapi ia merupakan awal dari siklus pembelajaran berikutnya. Starting point inilah yang melatarbelakangi untuk melakukan pengkajian dan penelitian secara lebih mendalam mengenai penggunaan media visual dalam meningkatkan minat belajar siswa.

Dari hal-hal yang ditemukan di atas maka penulis tertarik untuk menyusun laporan penelitian ini dengan judul “Penggunaan Media Visual Dalam Meningkatkan Minat Belajar IPS Siswa di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta” .

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya minat belajar IPS yang di miliki siswa terutama siswa sekolah dasar karena umumnya mereka lebih senang melihat buku-buku bergambar di bandingkan dengan buku IPS yang hanya berisikan tulisan saja.

2. Kurangnya konsentrasi siswa pada saat proses pembelajaran

3. Siswa kesulitan mengingat materi yang disampaikan jika hanya menggunakan proses pembelajaran yang menggunakan buku penunjang saja

4. Kurangnya pemahaman siswa akan materi yang disampaikan


(25)

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak keluar dari pokok permasalahan maka penulis membatasi permasalahannya, yaitu penggunaan media visual dalam meningkatkan minat belajar IPS siswa di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta.

D.Perumusan Masalah Penelitian

Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah :

Apakah penggunaan media visual dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa di SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta ?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana penggunaan media visual dalam proses pembelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa.

F. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian pada umumnya, mengharapkan adanya manfaat dari penelitian yang dilakukannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini diharapkan memiliki manfaat penelitian sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Secara umum hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukkan bagi program pendidikan IPS dan juga dapat memberikan tambahan wawasan yang berkaitan dengan penggunaan media visual dalam pembelajaran IPS.


(26)

b. Secara Praktis

Bagi siswa : Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa.

Bagi guru : Menjadi bahan masukkan guru dalam merencanakan media pembelajaran yang baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, khususnya pada mata pelajaran IPS dan pada semua mata pelajaran umumnya, agar proses belajar mengajar menjadi efektif.

Bagi sekolah : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi kepala sekolah dalam menempatkan guru yang sesuai dengan bidangnya.

Bagi penulis : Dapat memahami lebih jauh tentang pemilihan media pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPS sebagai bekal dikemudian hari.

Bagi pembaca : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu kajian yang menarik yang perlu di teliti lebih lanjut dan mendalam.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. LANDASAN TEORI

1. Hakikat Media a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas maka media dapat di artikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan


(28)

pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.6

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.

Namun perlu di ingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran haruslah dijadikan pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala di abaikan, maka media bukan lagi sebagai alat pembantu pengajaran, tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. 7

Oleh karena itu, pemilihan media pembelajaran juga tidak bias lepas dari bagaimana tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penggunaan media pembelajaran haruslah sesuai dengan tujuan dari pembelajaran tersebut, bilamana ini tidak dilaksakan maka fungsi dari media pembelajaran tidak akan tercapai dan akan menjadi penghambat dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

6 I Wayan Santyasa, Landasan Konseptual Media Pembelajaran,

http://file.upi.edu/direktori/a%2%20fip/jur.%20pend.%20luar%20sekolah/194704171973032%20-%20muliati%20purwasasmita/media_pembelajaran.pdf. 28 Juli 2011

7


(29)

b. Macam-macam Media

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, media yang telah di kenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasi dapat di lihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.

1) Di lihat dari jenisnya, media di bagi ke dalam : a) Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau orang yang mempunyai kelainan dalam pendengaran. b) Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan media pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti rangkaian slide foto atau lukisan.

c) Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik. Karena meliputi dari kedua jenis media yang pertama dan yang kedua.

2) Di lihat dari daya liputnya, yaitu :

a) Media dengan daya liput luas dan serentak

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contohnya adalah radio dan televisi.

b) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat

Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, yang dalam penggunaan tempatnya harus pada tempat yang gelap dan tertutup.


(30)

c) Media untuk pengajaran individual

Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer. d) Di lihat dari bahan pembutannya, media di bagi ke dalam :

1) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit. 2) Media kompleks

Media ini adalah media yang bahan serta alatnya sulit diperoleh serta harganya yang mahal, sulit membuatnya dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.8

Dari jenis-jenis dan karakteristik media, ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan seorang guru dalam mempergunakan media pada proses pembelajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya digunakan.

c. Fungsi Media

Menurut I Wayan Santyasa, dari penggunaan media pembelajaran yang kita lakukan pada proses pembelajaran tentunya akan memberikan hasil terhadap siswa. Maka fungsi dari media pembelajaran dalam proses pembelajaran itu sendiri adalah :

1) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.

8Syaiful Bahri Djamarah “


(31)

2) Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya.

3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.

4) Mendengar suara yang sukar di tangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya. 5) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati

secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.

6) Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya. 7) Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar

diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya. 8) Dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.

9) Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai


(32)

menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik. 10)Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung

secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan. 11)Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yang sukar diamati secara

langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dan sebagainya.

12)Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.

13)Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan).

14)Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.

15) Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprogram, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.9

9

I Wayan Santyasa, Landasan Konseptual Media Pembelajaran.

http://file.upi.edu/direktori/a%20%20fip/jur.%20pend.%20luar%20sekolah/194704171973032%20-%20muliati%20purwasasmita/media_pembelajaran.pdf. 28 Juli 2011


(33)

Dari pernyataan mengenai fungsi media pembelajaran itu sendiri maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari media pembelajaran itu sendiri adalah mengkonkritkan sesuatu yang abstrak agar lebih jelas dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

d. Kriteria Pemilihan Media

Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Karena beranekaragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan dengan tepat pula.

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pemilihan media, antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin di capai, ketepatgunaan, kondisi siswa/mahasiswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis dan biaya. Oleh sebab itu, pertimbangan yang perlu di perhatikan antara lain :

1) Media yang di pilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

2) Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media.

3) Kondisi audien (siswa) dari segi subyek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak.

4) Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

5) Media yang di pilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

6) Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.10

10


(34)

Jadi untuk memilih media yang baik, maka kitapun harus mempertimbangkan bagaimana kriteria pemilihan media itu sendiri. Hal ini bertujuan agar penggunaan media pembelajaran dapat tepat sasarannya terhadap siswa. Sehingga disini akan meminimalisir kesalahan dalam pemilihan media pembelajaran itu sendiri.

e. Langkah-langkah Penggunaan Media

Menurut Arief S. Sadiman, agar media dapat digunakan secara efektif dan efisien ada tiga langkah utama yang perlu di ikuti dalam penggunaan media. Langkah-langkah itu adalah :

1) Persiapan sebelum penggunaan media.

Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik maka kita perlu membuat persiapan dengan baik pula. Pertama-tama kita pelajari buku petunjuk yang telah disediakan. Kemudian kita ikuti petunjuk-petunjuk itu.

Bila dalam buku kita disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai maka seyogyanya hal tersebut kita lakukan. Hal tersebut akan memudahkan kita dalam mengajar menggunakan media tersebut.

Peralatan yang diperlukan untuk menggunkan media itu juga harus disiapkan sebelumnya. Dengan demikian pada saat kita menggunakan nanti kita tidak akan diganggu dengan hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan media itu.

Bila penggunaan media itu dilakukan secara kelompok maka tujuan yang akan dicapai dibicarakan terlebih dahulu dengan semua anggota kelompok. Hal ini penting agar perhatian dan pikiran tertuju pada arah yang sama.


(35)

Peralatan media perlu kita tempatkan dengan baik sehingga kita dapat melihat atau mendengar programnya dengan enak. Lebih-lebih bila media itu digunakan secara berkelompok sedapat mungkin semua anggota kelompok dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam mendengarkan atau melihat program media itu.

2) Kegiatan selama penggunaan media

Yang perlu di jaga saat kita menggunakan media adalah suasana ketenangan. Gangguan-gangguan yang dapat menggangu perhatian dan konsentrasi haruslah dihindarkan. Kalau mungkin ruangan jangan digelapkan sama sekali, supaya kita masih dapat menulis bila kita menjumpai hal-hal yang penting dan perlu kita ingat. Ataupun menulis pertanyaan dari pernyataan yang kurang jelas.

Bila kita menulis atau membuat catatan singkat, hendaknya hal tersebut tidak menggangu konsentrasi kita. Jangan sampai perhatian kita tercurah pada apa yang kita tulis sehingga kita dapat memperhatikan seluruh sajian media yang sedang berjalan.

Bila media itu digunakan secara berkelompok maka media itu haruslah kita jaga saat berjalan, kita tidak boleh berbicara. Karena hal tersebut akan menggangu orang lain. Ada kemungkinan pada saat media sedang berjalan kita di minta untuk menjelaskan sesuatu namun hendaknya kita tidak menggangu orang lain.

3) Kegiatan tindak lanjut

Maksud kegiatan tindak lanjut ini adalah untuk menjajaki apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi instruksional yang disampaikan melalui media yang bersangkutan.

Oleh karena itu soal tes yang disediakan haruslah kita kerjakan dengan segera sebelum kita lupa isi dari program media tersebut. Kemudian kita cocokan jawaban dengan kunci yang telah disediakan.


(36)

Bila mana jawaban masih terdapat banyak kesalahan sebaiknya kita ulangi sajian program media bersangkutan.

Bila kita belajar secara berkelompok kita perlu mengadakan diskusi kelompok untuk membicarakan jawaban soal tes untuk membicarakan hal-hal yang kurang jelas atau sulit dipahami. Adapun kemungkinan kita dianjurkan melakukan tindak lanjut, seperti melakukan percobaan, melakukan observasi, menyusun sesuatu atau sebagainya. 11

Pelaksanaan penggunaan media pembelajaran didalam proses pembelajaran, diharapkan penggunaannya sesuai dengan langkah-langkah yang telah tersedia, hal ini dilakukan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara maksimal sehingga berakhir pada kesuksesan dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

2. Media Visual

a. Definisi Media Visual

Media visual adalah media yang melibatkan media pengelihatan. Terdapat dua jenis pesan yang di muat dalam media visual, yaitu pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan dan pesan non verbal visual. Posisi simbol-simbol nonverbal visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa di sebut sebagai bahasa visual. Bahasa visual inilah yang kemudian menjadi software nya media visual.12

Berdasarkan definisi diatas, dapat kita ketahui bahwa media visual merupakan media yang dalam penggunaannya lebih menekankan pada simbol-simbol nonverbal yakni berupa gambar.

11

Arief S. Sadiman, Media Pendidikan ( Jakarta : PT raja Grafindo Persada, 1996 ) hal. 188

12


(37)

b. Unsur-Unsur dan Prinsip Media Visual

Secara garis besar unsur-unsur yang terdapat dalam media visual terdiri atas garis, bentuk, warna dan tekstur menurut Azhar Arsyad, yaitu : 1) Garis adalah kumpulan dari titik-titik. Dengan demikian ada berbagai

macam jenis garis yakni : Garis lurus horizontal, garis lurus vertikal, garis lengkung, garis lingkar, dan garis zig zag

2) Bentuk adalah sebuah konsep simbol yang di bangun atas garis-garis atau gabungan garis dengan konsep-konsep lainnya. Contohnya bentuk sebuah apel

3) Warna digunakan untuk memberikan kesan pemisahan atau penekanan, juga untuk membangun keterpaduan, bahkan dapat mempertinggi tingkat realisme dan menciptakan respon emosional tertentu.

4) Tekstur digunakan untuk menimbulkan kesan kasar dan halus, juga untuk memberikan penekanan seperti halnya warna.13

Simbol pesan untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan dan penekanan menurut Azhar Arsyad, yaitu : 1) Kesederhanaan. Secara umum ia mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa untuk menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu.

2) Penekanan. Penekanan dapat di berikan dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.

3) Keterpaduan. Ia mengacu pada hubungan yang terdapat diantara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama.14

Keterpaduan antara unsur dan prinsip media visual yang dibentuk menjadi media pembelajaran akan memberikan keterpaduan gambar yang menarik serta akan memberikan pemahaman langsung dan isi dari gagasan pokok media visual yang ditampikan dalam proses pembelajaran.

13

Munadi,Yudhi, Media Pembelajaran …… hal. 81

14


(38)

Sehingga siswa akan lebih mudah untuk menemukan ide pokok dari media visual yang digunakan.

c. Karakteristik Media Visual

1) Pesan Visual a) Gambar

Gambar secara garis besar di bagi pada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Sketsa atau yang biasa di sebut juga sebagai gambar garis (stick figure), yakni gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Kedua, lukisan merupakan gambar hasil repsentasi simbolis dan artistik seseorang tentang suatu objek atau situasi. Ketiga, photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.

Gambar merupakan media visual yang penting dan mudah di dapatkan. Di katakan penting sebab ia dapat menggantikan kata verbal, mengkonkritkan yang abstrak, dan mengatasi pemahaman manusia. Gambar dapat membuat orang menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas dari pada yang di ungkapkan dengan kata-kata. Akan tetapi, karena setiap orang merasa mudah untuk memperoleh gambar, ia menganggapnya sebagai hal yang biasa atau terlalu biasa sehingga melupakan manfaatnya.

Saat siswa memperhatikan suatu gambar, mereka akan terdorong untuk berbicara lebih banyak, berinteraksi baik dengan gambar-gambar tersebut, maupun dengan sesamanya, membuat hubungan di antara paradoks dan membangun gagasan-gagasan baru.

Walaupun hanya menekankan kekuatan indera pengelihatan, kekuatan gambar terletak pada kenyataan bahwa


(39)

sebagian besar orang pada dasarnya pemikir visual. Tidak heran apabila kemudian kita menjadi kandidat utama target pengeluaran miliaran rupiah untuk periklanan, televisi, media film dan multimedia.15

Dalam memilih gambar yang baik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Keaslian gambar, sumber yang digunakan hendaknya menunjukkan keaslian atas situasi yang sederhana.

2. Kesederhanaan, terutama dalam menentukan warna akan menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.

3. Bentuk item, diusahakan anak memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek-objek dalam gambar.

4. Gambar yang digunakan hendaknya menunjukkan tentang hal yang sedang di bicarakan

5. Harus di perhatikan hasil fotografinya dan segi artistiknya. 6. Gambar yang digunakan cukup populer, dimana sebagian atau

seluruh anak-anak telah mengetahui gambar tersebut.

7. Gambar harus dinamis, yakni menunjukkan aktivitas tertentu. 8. Gambar harus membawa pesan yang cocok untuk tujuan

pengajaran yang sedang di bahas.16

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari media gambar/foto ini, di lihat dari segi kelebihannya yakni labih konkrit dan juga lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, dapat mengatasi ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan mata dan memperjelas masalah dalam bidang apa saja. Sedangkan untuk kekurangan dari media gambar/foto ini adalah kelebihan dari penjelasan guru akan menimbulkan penafsiran yang berbeda, penghayatan tentang materi kurang sempurna, dan tidak meratanya penggunaan foto tersebut bagi anak-anak dan kurang efektif dalam pengelihatan.

15

Munadi,Yudhi, Media Pembelajaran …… hal. 85

16

Asnawir, M. Basyirudin Usman, Media pembelajaran, ( Jakarta : ciputat pers, 2002 ), cet ke-1, hal. 49


(40)

Ada beberapa jenis media gambar/foto, antara lain :

1. Foto dokumentasi, yaitu gambar yang mempunyai sejarah bagi invidu maupun masyarakat

2. Foto aktual, yaitu gambar yang menjelaskan sesuatu kejadian yang meliputi berbagai aspek kehidupan, misalnya gempa bumi dan topan

3. Foto pemandangan, yaitu gambar yang melukiskan pemandangan suatu daerah

4. Foto iklan/reklame, yaitu gambar yang digunakan untuk mempengaruhi orang

5. Foto simbolis, gambar yang menggunakan tanda untuk mengungkapkan pesan tertentu.17

b) Grafik

Grafik adalah gambar yang sederhana yang banyak sedikitnya merupakan penggambaran data kuantitatif yang akurat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti. Dan mengalihkan data angka-angka ke dalam sebuah grafik, arti dari angka-angka-angka-angka tersebut dengan jelas.

Grafik juga banyak digunakan dalam menerangkan perkembangan dan perbandingan sesuatu agar dapat menyajikan secara ringkas dan jelas data statistik yang diwakilkannya. Pada hakikatnya, grafik juga memiliki keragaman, yakni :

1. Grafik garis

Yaitu grafik berupa garis di atas suatu bidang yang di bagi petak-petak empat persegi yang sama besar.

2. Grafik batang

Yaitu grafik yang digambarkan dengan gambar batang-batang 3. Grafik lingkungan

Yaitu grafik yang gambarnya merupakan gambar lingkaran yang di bagi dari titik tengahnya menjadi beberapa sektor.

17

Asnawir, M. Basyirudin Usman, Media pembelajaran, ( Jakarta : ciputat pers, 2002 ), cet ke-1, hal. 51


(41)

4. Grafik simbol

Grafik ini juga berupa gambar-gambar atau simbol-simbol. Dalam hal ini namanya grafik gambar atau grafik simbol atau di sebut juga grafik piktorial.

c) Diagram

Sebuah diagram merupakan susunan garis-garis dan lebih menyerupai peta dari pada gambar. Diagram sering juga digunakan untuk merangkan letak-letak bagian sebuah alat atau mesin serta hubungan satu bagian dengan bagian yang lain.

d) Bagan

Hampir sama dengan diagram, bedanya bagan lebih menekankan pada suatu perkembangan atau suatu proses atau susunan suatu organisasi. Bagan ini biasanya disertai dengan simbol atau gambar, maka hal ini bersifat pictorial. Ada juga beberapa bagan yang ditambahkan dengan kriteria singkat.

e) Peta

Peta adalah gambar permukaan bumi atau sebagian dari padanya. Sebenarnya peta juga bisa disebut dengan bagan. Secara langsung maupun tidak langsung peta menjelaskan bagaimana informasi yang bisa kita dapatkan seperti informasi mengenai lokasi suatu daerah, bentuknya dan juga luasnya.

1) Penyalur pesan visual verbal-nonverbal-grafis a. Buku dan modul

Bila berkomunikasi nonverbal didefinisikan sebagai komunikasi tanpa kata (bahasa lisan). Berbeda dengan bahasa verbal yang banyak kita temukan di dalam buku dan modul. Di lihat dari pesan penyajiannya, buku lebih cenderung informatif dan lebih menekankan pada materi ajar dengan cakupan yang luas dan umum.


(42)

b. Komik

Komik juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Ia mempunyai sifat yang sederhana dalam penyajiannya, dan memiliki unsur urutan cerita yang memuat pesan besar namun disajikan dalam bentuk yang sederhana dan ringkas sehingga mudah untuk dipahami.

c. Majalah dan Jurnal

Majalah secara umum dapat dimaknai sebagai media informasi dengan tugas utamanya menyampaikan berita aktual. Dalam konteks pendidikan sekolah, ini digunakan untuk memacu kreativitas para siswa dalam menciptakan lingkungannya sendiri sebagai lingkungan yang kondusif untuk belajar.

d. Poster

Poster adalah gambar yang besar, yang menekankan pada satu atau dua ide pokok, sehingga dapat dimengerti dengan melihatnya sepintas.

e. Papan visual

Papan visual, yakni papan yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan visual. Ragam dari papan visual ini adalah papan tulis, papan magnetik, papan lembar balik, papan bulletin, papan flannel, dan papan peraga.

2) Benda asli atau benda tiruan (model)

Benda asli dan benda tiruan mempunyai kegunaan yang unik. Bentuk benda asli sendiri yang digunakan dalam pengajaran sebaiknya diadakan berdasarkan tujuan benda tersebut digunakan. Paling tidak terdapat tiga macam benda asli, yakni :

a. Benda asli yang tidak di modifikasi (Unmodified real thing) b. Benda asli yang telah di modifikasi (Modified real things)


(43)

c. Sampel (Specimen)18

Benda tiruan sendiri dapat disesuakan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, selain itu benda tiruan pun akan memudahkan siswa untuk mengetahui benda-benda yang tidak mungkin di adakan didalam proses pembelajaran di kelas namun kita bisa menggantinya dengan benda-benda tiruan yang mirip dengan benda aslinya, dan tentunya hal ini juga di imbangi dengan tujuan benda itu digunakan.

3) Keuntungan Penggunaan Media Visual

Dalam proses pembelajaran yang kita lakukan di dalam kelas, pada saat kita menggunakan media visual dalam proses pembelajaran maka akan ada beberapa keuntungan yang kita peroleh dari penggunaan media visual tersebut, seperti :

1. Menarik

Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang di serap melalui media pengelihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

Salah satu keuntungan penggunaan media pembelajaran visual adalah, bentuknya dapat di buat semenarik mungkin, agar anak tertarik untuk mempelajarinya. Misalnya dalam media jenis gambar atau proyeksi, media tersebut dapat di buat dengan menambahkan animasi yang eye catching, warna yang membangkitkan semangat, dan lain-lain. Sedangkan untuk Media yang berupa model, dapat di warnai dan di bentuk semirip mungkin dengan yang asli sehingga mudah di ingat.

18


(44)

2. Lebih mudah di ingat

Seperti yang telah di bahas di atas, bentuk nyata, gambar, atau gambar bergerak akan lebih mudah di ingat oleh para peserta didik. Apabila di bandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.

3. Variatif

Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.

Misalnya saja, dalam pelajaran matematika saat membahas tentang sub bab bangun ruang, guru dapat menggunakan semua media pembelajaran, mulai dari gambar (yang mungkin berupa poster, hasil gambar pendidik sendiri, dan lain-lain), benda nyata (dengan membawa barang yang berbentuk bangun ruang), atau dengan membuat video gambar bergerak tentang bangun ruang.

4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya

Maksudnya di sini, apabila media pembelajaran visual yang digunakan adalah media pembelajaran non proyeksi, para peserta didik dapat dengan langsung menyentuh dan belajar menerangkannya juga.

Misalnya, saat mempelajari anatomi tubuh dalam pelajaran biologi, peserta didik dapat di minta maju kedepan, melihat model anatomi lebih dekat, dan diminta untuk menunjukkan satu bagian yang di minta oleh pendidiknya.19

Dari keempat keuntungan yang didapatkan bila kita menggunakan media visual dalam pembelajaran maka akan menunjang minat belajar siswa itu sendiri yang berakhir dengan pencapaian hasil belajar yang maksimal.

19

Phyqhie, Media Pembelajaran Visual, http://vickyoktrya.blogspot.com/2009/10/media-pembelajaran-dan-media.html. 28 Juli 2011


(45)

4) Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar merupakan dua kata yang berbeda definisi. Minat sendiri menurut Sujipto adalah kesadaran seseorang terhadap objek, orang, masalah atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya minat harus di pandang sebagai sesuatu yang sadar. Karena minat merupakan aspek psikologis seseorang yang menaruh perhatian tinggi terhadap suatu kegiatan.20

“Namun minat dapat juga diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadap suatu objek.”21

Dari kedua definisi di atas dapat di simpulkan bahwa minat merupakan salah satu unsur kepribadian individu yang memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan. Minat mengarahkan tindakan individu terhadap suatu objek atas dasar senang atau tidak senang, suka atau tidak suka. Perasaan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang akan dapat di ketahui dari pernyataan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu objek tertentu.22

Jadi, minat itu sendiri sangat berpengaruh terhadap tindakan yang akan di lakukan seseorang. Jika seseorang sudah memiliki minat yang tinggi terhadap suatu obyek maka minatnya tersebut dapat di ketahui dari hasil pernyataannya dan juga dari tindakan yang dilakukannya untuk menunjukkan minatnya tersebut.

Sedangkan untuk belajar sendiri memiliki definisi, yakni suatu kegiatan yang terjadi dalam diri seseorang, yang sukar untuk di amati secara langsung. Namun ada sebagian orang yang menyatakan belajar itu adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Jadi dapat di simpulkan bahwa definisi belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan

20

Mathedu Unila, Pengertian Minat, http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html?showComment=127711975601 0. 28 Juli 2011

21

Mohamad Surya, Psikologi Konseling ( Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2003 ) hal. 107

22


(46)

atau perubahan dalam diri seseorang yang di nyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.23

Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat belajar di sini, adalah suatu kemampuan umum yang di miliki siswa untuk mencapai prestasi yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar.24

Jadi bilamana seorang siswa sudah memiliki minat belajar yang tinggi maka siswa tersebut akan giat untuk mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dan akan berakhir dengan pencapaian prestasi belajar yang optimal.

b. Ciri-ciri Siswa Yang Berminat Belajar

Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang di pelajari secara terus menerus. 2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang di minati.

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang di minati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya dari pada yang lainnya.

5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.25 Minat sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan malas belajar dan tidak akan mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

23

Abdul Rachman Shaleh, Psikologi ( Jakarta : Kencana Prenada media grup, 2004 ) hal. 205

24

Zanikhan, Minat Belajar Siswa,

http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1206/Minat_Belajar_Siswa . 28 Juli 2011

25

Minat Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.


(47)

Minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang di harapkan untuk di pelajari dengan diri sendiri sebagai individu.

Menurut Slameto, proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang dianggap penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, ia akan lebih berminat untuk mempelajarinya. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar dapat di usahakan agar mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupannya serta berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Minat dapat di ekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula di manifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap pelajaran mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru. Menurut ilmuwan pendidikan cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat belajar pada siswa adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada dan membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan jalan memberikan


(48)

informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa dimasa yang akan datang. Minat dapat dibangkitkan dengan cara menghubungkan materi pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.26

Jadi dalam proses pembelajaran pada saat guru menjelaskan materi terhadap siswa diharapkan guru dapat mengaitkan materi yang sedang disampaikan oleh guru tersebut dengan hal-hal yang telah diketahui para siswa sebelumnya ataupun dengan kehidupan sehari-hari yang biasa siswa lakukan, maka disini ketertarikan siswa akan materi yang disampaikan akan timbul dan meningkatkan minat belajar siswa itu sendiri.

c. Dimensi Minat Belajar

Abd Rachmad Abror mengemukakan bahwa :

Minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan. Dari pernyataan Abd Rchman Abror tersebut dapat di tarik hal penting mengenai minat belajar, yaitu minat belajar mengandung tiga unsur : kognisi (mengenal) emosi (perasaan) dan konasi (kehendak). Dalam kognsi dalam arti minat di dahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, karena dalam pengalaman disertai dengan perasaan tertentu (perasaan senang). Unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan yang di selenggarakan di sekolah.27

Meskipun terdapat keragaman pandangan tentang minat belajar diantara para ahli, setidaknya ada lima dimensi yang di tarik dari berbagai definisi yang diajukan sebagaimana telah di singgung sebelumnya. Kelima dimensi di maksud adalah sebagai berikut :

26

Minat Belajar Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

http://www.informasiku.com/2010/12/minat-belajar-untuk-meningkatkan.html. 28 Juli 2011

27

Abd Rachman Abror, Psikologi Pendidikan ( Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya, 1993 ) cet 4 hal. 112


(49)

a) Perhatian dalam belajar

Minat siswa dalam mata pelajaran IPS menunjukkan dalam dirinya terdapat kecenderungan-kecenderungan yang kuat untuk selalu memberikan perhatian besar terhadap mata pelajaran tersebut. Artinya, melalui minat siswa terhadap mata pelajaran IPS dapat diketahui dengan seberapa besar perhatiannya dalam mengikuti mata pelajaran IPS

b) Perasaan senang

Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran IPS akan merasa senang dan tidak bosan untuk mempelajarinya. Sehingga berdampak pada pemahamannya terhadap pelajaran yang telah dipelajari.

c) Giat belajar

Aktifitas atau giat belajar dapat menunjukkan adanya minat belajar dalam diri siswa. Siswa yang memiliki minat yang tinggi, akan merasa senang bahwa pelajaran yang diberikan sekolah sangatlah terbatas waktunya, sehingga ia perlu menambah belajar di luar jam pelajaran. d) Mengerjakan tugas

Mengerjakan tugas yang diberikan guru merupakan salah satu kegiatan dalam proses belajar mengajar. Dengan mengerjakan tugas, menunjukkan bahwa terdapat minat belajar. Tugas yang di berikan oleh guru bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa tentang pengetahuan tersebut. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan menyadari pentingnya pelaksanaan tugas tersebu agar ia lebih menguasai materi.

e) Mentaati peraturan

Siswa yang berminat dalam mata pelajaran IPS dalam dirinya akan terdapat kecenderungan-kecenderungan yang kuat untuk mematuhi dan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Siswa sadar jika melanggar peraturan akan mengganggu keakifan dan kelancarannya dalam mengikuti pelajaran IPS


(50)

d. Usaha Meningkatkan Minat Belajar

Siswa sekolah dasar memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda dari siswa pada tingkat selanjutnya. Setiap siswa di tingkatan sekolah dasar pun memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda-beda antar siswa sehingga pada proses pembelajaran haruslah menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Setiap anak memiliki minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Bahan ajar dan cara penyampaian sependapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaikan pengajaran dengan minat dan kebutuhan tiap siswa, sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat di penuhi. Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian.28

Oleh karena itu, minat yang akan di timbulkan oleh para siswa haruslah di dukung dengan pengajaran yang baik. Ada beberapa petunjuk singkat yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar siswa, yaitu :

1) Usahakan agar tujuan pembelajaran jelas dan menarik

2) Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang di berikannya 3) Ciptakan suasana yang menyenangkan

4) Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran. Anak-anak turut aktif

5) Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak 6) Pujian dan hadiah lebih berhasil dari pada celaaan

7) Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak

8) Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid 9) Menghargai pekerjaan murid

10)Pemberian kritik dengan senyuman29

28

Ibrahim,R. Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran ( Jakarta : Rineka cipta, 2003 ) hal. 27

29


(51)

“Selain itu, dalam pembelajaran, menimbulkan rasa ingin tahu dapat di lakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan baru tetapi yang masih dapat di pecahkan oleh siswa. Pertanyaan tersebut dapat mendorong minat siswa untuk belajar lebih dalam mengenai suatu topik.” 30

Dalam pemberian pertanyaan-pertanyaan terhadap siswa diharapkan guru lebih tahu bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan suatu pertanyaan, jangan sampai guru memberikan pertanyaan yang terlampau sulit yang malah berakibat terpecahnya minat belajar siswa itu sendiri,

5) Penelitian Tindakan Kelas

Ada tiga kata yang membentuk pengertian penelitian tindakan kelas maka ada tiga pengertian yang akan diterangkan.

a. Penelitian – menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti

b. Tindakan – menunjuk pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian kegiatan siklus untuk siswa.

c. Kelas – kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.31

Dengan menggabungkan batasan penelitian tiga kata tersebut segera dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja di munculkan dan dalam sebuah kelas.

Rapoport (1970, dalam Hopkins, 1993) mengartikan “penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan

30

Dina Mustafa, Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah Dan Belajar Sepanjang Hayat ( Jakarta : PAU-PPAI-Universitas terbuka, 2001) hal. 16

31


(52)

yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu tujuan pencapaian ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.” 32

Jadi penelitian tindakan kelas itu sendiri adalah suatu kegiatan yang dimunculkan didalam kelas guna mengatasi persoalan yang ada didalam proses belajar mengajar demi mencapai tujuan dari pembelajaran yang maksimal.

Ada beberapa prinsip yang di kembangkan dalam penelitian tindakan kelas, yakni

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja 3. SWOT sebagai dasar berpijak

SWOT sendiri terdiri atas unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-oppourtunity (kesempatan) dan T-Threat (ancaman)

4. Upaya empiris dan sistemik

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

Prinsip SMART itu sendiri memiliki arti dari setiap hurufnya S-Specific (khusus), M-Managable (dapat dikelola), A-Acceptable (dapat diterima lingkungan), R-Realistic (operasional) dan T-Time bound (terencana) 33

Ada beberapa ahli yang mengemukakan : “Model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar ada empat tahap yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.”34

Dalam tahap perencanaan, disini peneliti dapat menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan. Kemudian peneliti dapat melaksanakan ada yang telah direncanakan dalam tahap perencanaan dan juga melakukan observasi secara bersamaan didalam tahap pelaksanaan tindakan. Setelah

32

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009 ) hal. 12

33Suharsimi Arikunto, penelitian tindakan … hal 6 34Suharsimi Arikunto, penelitian tindakan … hal


(53)

mengetahui hasil observasi, peneliti dan kolaborator dapat mendiskusikan hasil dari observasi itu sendiri yang dikembangkan menjadi suatu tindakan refleksi yang dapat digunakan untuk siklus selanjutnya.

B. Kerangka Berpikir

Menurut Moh. Uzer Usman, “Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid. Baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan minat.”35

Dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang baik haruslah di mulai dari keinginan para siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diadakan maupun ketertarikannya akan materi yang akan disampaikannya dan hal ini berhubungan dengan minat.

“Peranan minat dalam belajar itu sendiri yaitu sebagai motivating force yakni sebagi kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar.”36

Oleh karena itu seorang siswa yang sudah memiliki minat dalam proses belajar mengajar yang akan dilakukan tentu ini akan menjadi suatu keberhasilan bagi tugas seorang guru selain mengajar, mendidik, dan melatih siswa. Minat adalah rasa suka dan perhatian seseorang terhadap sesuatu baik manusia, benda atau kegiatan yang membuat orang tersebut merasa terikat dan memberikan perhatian penuh terhadap suatu obyek yang disukainya tanpa adanya perintah atau paksaan dari luar. Berdasarkan pengertian minat, siswa yang memiliki minat dalam suatu pelajaran, maka sudah pasti ia akan memberikan perhatian yang penuh terhadap pelajaran tersebut, perasaan senang, perasaan tertarik, giat belajar, mengerjakan tugas dan menaati peraturan pada proses pelajaran tersebut agar proses belajarnya berjalan dengan baik dan tidak teganggu dengan apapun yang

35

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005 ) hal. 27

36


(54)

dapat merusak proses belajar. Minat dan belajar tidak dapat dipisahkan, karena keduanya adalah satu kesatuan. Balajar tanpa minat, maka proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

Minat juga memiliki andil yang besar dalam keberhasilan prestasi siswa di sekolah. Bukan hanya dalam bidang-bidang pelajaran tertentu saja minat ini di butuhkan, melainkan untuk semua bidang mata pelajaran.

Menurut Pupuh Fathurrohman, “salah satu fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah meningatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan kegairahan belajar.”37

Untuk memberikan minat yang tinggi terhadap siswa di sekolah diketahui guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran. Salah satunya adalah media visual. Media visual adalah media yang melibatkan media pengelihatan. Media visual dapat meningkatkan minat yang ada dalam diri siswanya, berupa hasrat dan dorongan untuk belajar. Sebagimana mestinya hasrat dan dorongan belajar siswa akan timbul jika media pembelajaran yang digunakan menyenangkan dan juga membuat adanya rasa ketertarikan siswa terhadap materi yang akan di ajarkannya.

Siswa akan lebih mudah untuk mempelajari suatu materi ajar bila guru menggabungkannya dengan media visual yang berisikan dengan nama-nama, warna-warni gambar, dan situasi-situasi ini secara tidak langsung akan mempermudah siswa untuk mengingat serta menghafalnya dengan mudah. Akan tetapi hasil belajar akan lebih maksimal bilamana pada anak memiliki minat untuk mempelajari lebih dalam mengenai sesuatu yang dianggapnya penting bagi dirinya. Tentu kuatnya tekad minat tergantung pada macam-macam faktor, antara lain nilai tujuan pelajaran itu bagi anak dan cara penyampaiannya.

Metode penelitian berupa penelitian tindakan kelas diharapkan lebih dapat memberikan kejelasan mengenai pokok-pokok permasalahan yang terjadi dalam

37


(55)

proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja di munculkan dan dalam sebuah kelas. Dengan menggunakan media visual di dalam proses pembelajaran di harapkan dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa dan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas akan memberikan kejelasan mengenai tindakan yang di lakukan tersebut.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta Selatan yang beralamat di Komplek PU Pasar Jumat. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2010/2011, mulai tanggal 4 Mei 2011 sampai dengan 28 Mei 2011.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau yang lebih di kenal dengan classroom action research. Penelitian ini berlangsung secara siklis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu :


(57)

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar soal tes hasil belajar, lembar panduan observasi, angket minat, angket media visual dan lembar wawancara.

2. Tindakan (Acting)

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah di rencanakan sebelumnya maka kegiatan yang di laksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksaan peneliti mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah di buat oleh peneliti. Dengan menggunakan lembar kerja observasi peneliti mencatat semua pristiwa yang terjadi di kelas penelitian.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada prinsipnya yang di maksud dengan istilah refleksi adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh kolaborator atau peneliti yang terkait dengan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan cara kolaboratif yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di dalam kelas penelitian. Dengan demikian, refleksi dapat dilakukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari tahap observasi. Berdasarkan hasil yang di dapat dari tahap observasi, di kumpulkan dan di analisis bersama oleh peneliti dan observer. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.


(58)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud mengarah pada objek yang menjadikan sasaran penelitian ini, subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta Selatan, tahun ajaran 2010/2011.

D. Desain Penelitian

Diagram Desain Penelitian


(59)

Catatan :

Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan kesiklus selanjutnya 38

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peneliti bertindak sebagai perencana dan pengamat kegiatan selama penelitian. Peneliti melakukan pengamatan, merencanakan tindakan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Selama penelitian, peneliti di bantu oleh seorang guru. Guru tersebut adalah guru IPS yang memegang kelas penelitian, ia akan bertindak sebagai observer (pengamat).

F. Tahap Perencanaan Kegiatan

Tahap ini dimulai dengan kegiatan pendahuluan (tahap prapenelitian) yang kemudian dilanjutkan dengan siklus I, setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.

Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Tahap Penelitian Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi ke SDN Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta 2. Mengurus surat izin penelitian

3. Membuat instrumen penelitian 4. Mempersiapkan media visual 5. Menghubungi kepala sekolah

6. Wawancara terhadap guru mata pelajaran 7. Menentukan kelas subjek penelitian

38

Duniaedukasi.Net. http://www.duniaedukasi.net/2010/10/model-model-desain-penelitian-tindakan.html. 8 Agustus 2011


(60)

8. Memberikan angket minat belajar IPS pada kelas subjek penelitian untuk mengetahui skor minat belajar awal

9. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

10.Mensosialisasikan pembelajaran IPS dengan menggunakan media visual pada siswa yang menjadi subjek penelitian

Tabel 3.2

Tahap Penelitian Siklus I

S I K L U S

I

Tahap Perencanaan

1. Menyiapkan kelas tempat penelitian 2. Membuat rencana pembelajaran

3. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 4. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

5. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya

6. Menyiapkan soal latihan dan PR setiap pertemuannya 7. Menyiapkan soal akhir siklus

8. Menyiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan

1. Menyiapkan langkah-langkah menggunakan media visual pada siswa 2. Siswa mempelajari materi mengenai alat transportasi yang terdiri dari

alat transportasi darat, laut, udara dan juga sarana umum yang digunakan untuk menunjang alat traspotasi

3. Guru membimbing siswa mempelajari materi melalui media visual 4. Mengerjakan soal-soal latihan yang ada dalam media visual 5. Memberikan soal latihan

6. Penilaian hasil tes siklus 1 7. Mewawancarai guru dan siswa 8. Dokumentasi


(61)

Tahap Observasi

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran.

Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus 1 yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya

Tabel 3.3

Tahap Penelitian Siklus II

S I K L U S

II

Tahap Perencanaan

1. Menyiapkan kelas tempat penelitian

2. Menyediakan alat-alat dan media yang akan digunakan 3. Membuat rencana pembelajaran

4. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator 5. Menyiapkan materi ajar untuk setiap pertemuan

6. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru, wawancara, catatan lapangan serta keperluan observasi lainnya

7. Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan 8. Menyiapkan soal akhir siklus

9. Menyiapkan alat dokumentasi Tahap Pelaksanaan

1. Bimbingan guru lebih ekstra terhadap siswa yang terlihat masih memiliki minat yang kurang dalam belajar di perketat

2. Siswa mempelajari materi masalah-masalah sosial di lingkungan setempat yang meliputi : masalah kependudukan, tindak kejahatan,


(62)

masalah sampah, pencemaran lingkungan, dan peristiwa kebakaran 3. Siswa diarahkan dan di motivasi untuk mengerjakan soal-soal latihan

yang ada dalam media visual

4. Mengerjakan soal-soal latihan yang ada dalam media visual 5. Memberikan soal latihan dan PR

6. Penilaian hasil tes siklus 2 7. Mewawancarai guru dan siswa 8. Dokumentasi

Tahap Observasi

Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus 2 yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.

G.Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

1) Hasil tes siswa setiap akhir siklus

2) Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran setiap siklus 3) Hasil wawancara

4) Hasil dokumentasi kegiatan pembelajaran

5) Hasil angket minat belajar dan penggunaan media visual b. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah 1. Peneliti

2. Siswa kelas IV SD Negeri Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta. Disini penelitian hanya menggunakan kelas IV A yang berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Dalam penelitian sendiri menggunakan siswa kelas IV dikarenakan siswa


(63)

kelas IV masih berada dalam tahap konkrit yang mana bila dalam proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran akan lebih memudahkan para siswa untuk memahami materi yang disampaikan sehingga minat belajarnya pun akan meningkat.

3. Guru yang sekaligus sebagai observer.

H.Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang di capai yaitu meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Pondok Pinang 012 Pagi Jakarta dengan menggunakan media visual dalam pembelajarannya.

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Wawancara

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPS dan juga para siswa di SD Negeri Pondok Pinang 012 Pagi

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa di SDN Pondok Pinang 012 Pagi kelas IV A. Lembar observasi ini dalam penggunaannya berlangsung selama proses pembelajaran.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan diperlukan untuk merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung di SDN Pondok Pinang 012 Pagi kelas IV A.

4. Lembar Soal

Lembar soal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal meliputi tes siklus I dan II serta tes hasil belajar.


(1)

MASALAH KEBAKARAN

Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan :

1. Merawat kompor supaya layak pakai dan juga tidak bermasalah

2. Merawat jaringan listrik. Kabel yang mulai mengelupas diganti

3. Mematikan kompor setelah memasak 4. Berhati-hati menggunakan lilin dan korek


(2)

BURUKNYA FASILITAS UMUM

Beberapa contoh lain fasilitas umum seperti : 1. Toilet umum

2. Tempat hiburan dan rekreasi 3. Kereta api

4. Terminal 5. Dll


(3)

PERILAKU TIDAK DISIPLIN

Beberapa contoh perilaku tidak disiplin lainnya 1. Menjalankan kendaraan melawan arus

2. Mengendarai kendaraan di tempat yang bukan semestinya, seperti diatas trotoar

3. Pengendara mobil yang parkir sembarangan

4. Angkot dan bis yang berhenti disembarang tempat 5. Pejalan kaki yang menyebrang jalan sembarangan


(4)

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA dan ALKOHOL

Faktor yang mendukung penyalahgunaan narkotika dan alcohol adalah

1. Pergaulan bebas ( ajakan teman )

2. Kurangannya pengawasan dari orang tua 3. Kurangnya keimanan serta ketakwaan

Peranan pemerintah dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika dan alcohol adalah

1. Merazia tempat hiburan malam

2. Menghukum setiap orang yang kedapatan menggunakan narkoba serta melakukan penjulan

3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan bahaya narkotika dan alcohol


(5)

PEMBOROSAN ENERGY

Cara penghematan energy yang dapat dilakukan :

1.

Mematikan lampu-lampu yang tidak diperlukan

2.

Berpergian menggunakan kendaraan umum atau

sepeda

3.

Memanfaatkan energy alternative seperti tanaman


(6)

KELANGKAAN BARANG KEBUTUHAN

Kelangkaan barang kebutuhan biasanya terjadi pada barang-barang seperti :

1. Sembako

2. Makanan pokok 3. Cabai

Terjadinya kelangkaan biasanya disebabkan oleh :

1. Menjelang hari raya, karena permintaan meningkat 2. Terhambatnya sarana transportasi ketempat tujuan 3. Cuaca yang tidak menentu