Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Guru yang profesional adalah mereka yang mampu mengakomodasikan dimensi instrik dan dimensi instrumental. Dalam pengertian, semampu dan seterampil serta serelevan apapun lulusan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, tidak akan berarti banyak, manakala para guru tidak dapat memberikan bekal moral kepada anak didik mengenai hakekat hidup, dan moralitas semacam apa yang diperlukan anak didik untuk hidup di masyarakat. Maka dari itu untuk menjalankan tugas-tugas sebagai seorang guru yang profesional secara efektif dan efisien, para guru harus memiliki kompetensi tertentu. Adapun standar kompetensi guru yang sekaligus menjadi profil guru profesional, yaitu : 1. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya 2. Pengelolaan program belajar-mengajar 3. Pengelolaan kelas 4. Penggunaan media dan sumber pembelajaran 5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan 6. Pengelolaan interaksi belajar-mengajar 7. Penilaian prestasi siswa 8. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan 9. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah 10. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan mutu pengajaran. Asef mengemukakan sepuluh kompetensi guru mendukung proses belajar mengajar, karena proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama dalam arti sebagai tempat aliran nilai-nilai dan ilmu. 5 Tugas dan peran guru semakin berat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah 5 Fakhruddin, Asef Umar. 2009. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva Press, Cetakan 1, h.34. diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Kunandar menyatakan guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, sebagai pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untukdalam belajar. 6 Guru dituntut mencari tahu bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas proses kegiatan belajar mengajar, yakni: 1 Guru sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan artinya seorang guru perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada siswa dikelas sehingga siswa mampu menyerap pelajaran yang diberikan. 2 Guru sebagai pemimpin kelas class leader perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok siswa. Apabila guru tidak mampu menjadi pemimpin di kelas yang dia ajar, maka bisa dipastikan pembelajaran akan menjadi kacau. 3 Guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar mengajar siswa. 4 Guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. 5 Guru sebagai partisipan perlu memiliki ketetapan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. 6 Guru sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber- sumber masyarakat yang akan digunakan. 7 Guru sebagai perencana perlu memiliki keterampilan cara memilih dan meramu bahan pelajaran secara professional. 8 Guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan keterlibatan kelas. 9 Guru sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar siswa. 6 Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, h. 48 10 Guru sebagai penanya perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang siswa berfikir dan memecahkan masalah. 11 Guru sebagai pengajar perlu memiliki keterampilan cara memberikan ganjaran terhadap siswa yang berprestasi. 12 Guru sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan cara menilai siswa secara objektif, kontinyu, dan komprehensif. 13 Guru sebagai konsuler perlu memiliki cara membantu siswa yang mengalami kesulitan tertentu. Dari ketiga belas peran guru yang di paparkan oleh Kunandar di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki pemikiran yang kreatif dan aktif, sehingga dari setiap pembelajaran muncul ide-ide yang bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. 7 Selain itu, seorang guru juga dituntut menjadi orang tua dan teman siswa dalam belajar. Dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mata pencariannyaprofesinya mengajar. 8 Sedangkan menurut Sucipto guru adalah salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah yang dituntut untuk mengenal tempat kerjanya. 9 Muhaimin menjelaskan bahwa pekerjaan yang professional bukan hanya mengandung makna kegiatan untuk mencari nafkah atau mata pencarian, tetapi juga mencakup pengertian calling professional, yakni panggilan terhadap pernyataan janji yang diucapkan dimuka umum untuk ikut berhidmat guna merealisasi terwujudnya hidup mulia yang diamanatkan oleh Tuhan dalam masyarakat melalui usaha kerja keras dan cerdas. 10 Ada empat elemen dasar kompetensi guru, yaitu meliputi kompetensi dalam bidang pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan tentu saja kompetensi profesional. Standar kompetensi guru ini telah digariskan di dalam 7 Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, h. 48 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, Cet. 9 h. 330 9 Sucipto dan Raflis Kosassi. 1990. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. I h.146 10 Muhaimin. 2010. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, pemberdayaan, pengembangan Kurikulum hingga Redevinisi Islamisasi Pengetahuan. Jakarta, Penerbit Nuansa, Cet. 1. h. 63 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007, yaitu tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Standarisasi kualifikasi akademik dan kompetensi guru ini dibuat agar pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di Indonesia bisa berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Untuk melahirkan seorang guru yang professional tidak saja diukur melalui standar kompetensi guru, tapi dibuatkan terlebih dahulu kualifikasi akademik calon guru. Standarisasi kualifikasi akademik ini tentu saja agar mempercepat pencapaian keempat elemen standar kompetensi guru. Tentang kualifikasi akademik guru ini, Mentri Pendidikan Nasional telah menentukan bahwa untuk guru PAUDPK, SDMI, SMPMts, SMAMA minimal adalah telah menempuh pendidikan diploma IV atau S1 dalam bidang pendidikan yang sesuai. Seorang guru profesional bisa dilihat dari kompetensi pedagogik yang ditentukan yaitu kemampuan seorang guru dalam hal menguasai karakteristik peserta didik baik secara intelektual, sosial, moral, fisik, emosional, dan kultural. Tanpa penguasaan karakteristik peserta didik seperti itu, tentu saja guru belum bisa dikatakan profesional. Selain itu dalam kompetensi pedagogik ini, seorang guru diharuskan memiliki kemampuan yang memadai dalam hal penguasaan teori belajar beserta prinsip-- prinsip pembelajaran, memiliki kemampuan dalam hal mengembangkan kurikulum sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi bidangnya serta memiliki kemampuan dalam menciptakan proses pembelajaran yang mendidik. Penguasaan teknologi informasi dan cara komunikasi yang efektif merupakan tuntunan lain dalam kompetensi guru bidang pedagogik ini. Tentu saja pengusaan tersebut menjadi mutlak agar proses belajar mengajar bisa optimal. Seorang guru bukan hanya sekadar penyampaian materi ajar, melainkan bagaimana materi pelajaran tersebut menjadi bagian dari proses perubahan pada peserta didik. Selain itu, kompetensi pedagogik juga menuntut seorang guru memiliki kecakapan dalam melakukan evaluasi dari hasil proses belajar mengajamya, sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut apa yang hams dilakukan pada tahap-tahap selanjutnya. Di samping sebagai tenaga pendidik yang professional, terdapat piranti yang tidak kalah pentingnya ialah Kurikulum, pandangan tradisional merumuskan bahwa kurikulum adalah “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah ”. Sementara Romine dalam pendapat baru modern yang dikutip oleh Oemar dalam bukunya merumuskan: “curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities and experiences wich pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not”. 11 Dari pendapat Romine bisa diartikan bahwa “Kurikulum ditafsirkan sebagai semua program, kegiatan dan pengalaman terorganisir yang siswa miliki di bawah arahan sekolah, baik di kelas maupun di luar kelas”. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas. Namun demikian sebagai guru profesiaonal, peran guru seharusnya melakukan hal-hal yang diinginkan dalam peraturan perundang-undangan, seperti pengembangan kurikulum. Tidak sedikit guru yang belum memahami konteks pengembangan kurikulum tersebut. 11 Oemar Hamalik. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. 4. h 3-4 Di Indonesia, kurikulum disusun dan berlaku secara Nasional untuk semua sekolah pada jenjang yang sama. Ini dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia. Setiap kurikulum selalu berisikan sesuatu yang dicita- citakan dalam bidang pendidikan artinya hasil belajar yang diinginkan agar dimiliki oleh anak didik. Untuk mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam kurikulum, para gurulah yang memegang peranan sentral dalam pelaksanaan kurikulum tersebut. Kurikulum harus dimaknai sebagai suatu rumusan, mulai dari merencanakan, mengimplementasikan, hingga mengevaluasi. Tugas guru adalah mengupayakan agar guru juga berperan dalam proses pengembangan kurikulum. Implikasi rumusan di atas, menafsirkan tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri dari pelajaran courses tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jwab sekolah. Sesuai dengan pengertian ini berbagai kegiatan di luar kelas yang di kenal sebagai ekstrakurikuler sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Sukmadinata mengemukakan kurikulum sebagai program pendidikan yang direncanakan mempunyai komponen- komponen pokok, yaitu tujuan, isi, organisasi, dan strategi. 12 Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang menentukan kualitas lulusan dalam sebuah lembaga pendidikan. Karenanya kurikulum berfungsi sebagai suatu alat atau pedoman untuk mengantar peserta didik sampai pada harapan dan cita-cita yang di inginkannya, seiring dengan perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi, kurikulum harus secara luas dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan tuntutan global dan kebutuhan masyarakat. Tentunya dalam setiap program pendidikan pasti mempunyai kurikulum, yang mana kurikulum tersebut biasanya tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran GBPP, yang berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kurikulum dalam suatu sekolah. Jadi guru dalam pelaksanaan kurikulum ini 12 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Perkembangan Kurikulum SMP, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009, h. 12. sangat berperan dalam mentrasformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar. Maka dari itu, berhasil tidaknya kurikulum banyak tergantung atas peranan guru yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, antara lain : 1. Guru sebagai perencana pengajaran, ia harus membuat perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan mengajar. 2. Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan. 3. Guru sebagai evaluator, artinya ia melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah anak telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Dalam melaksanakan peranan-peranan di atas, guru dituntut untuk mampu mengembangkan sikap profesional guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pendidikan. Guru profesional, dalam hubungan ini, adalah guru yang memiliki keahlian sebagai guru, artinya guru itu harus mempunyai kompetesi atau kemauan dasar sebagai syarat untuk memangku profesi tersebut. Kompetesi guru menurut Glasser, ada empat hal, yakni : 13 1. Menguasai bahan pelajaran 2. Kemampuan mendiagnosis kelakuan siswa 3. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran 4. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa Jadi guru dalam mengemban tugas sebagai seorang pengajar, minimal harus mampu : Pertama, menguasai silabus atau GBPP serta petunjuk pelaksaaannya. Dimaksudkan dengan hal ini ialah seorang guru harus mampu memahami aspek- aspek berikut ini : 1. Tujuan yang inginhendak dicapai 2. Isimateri bahan pelajaran dari setiap pokok bahasantopik 13 Mutiha Hutajulu. 2012. Guru Profesional, Online, http:www.slideshare.netvanterdebatarajamakalah-guru-profesional , diakses 18 April 2013. 3. Alokasi waktu untuk setiap topikbahan pelajaran 4. Alat dan sumber belajar yang akan digunakan Kedua, trampil menyusun program pengajaran. Dalam hal ini dimaksudkan pengajar harus trampil dalam mengemas dan menyusun serta merumuskan bahan pelajaran itu ke dalam satuan pengajaran. Mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sampai pada teknik evaluasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Ketiga, trampil melaksanakan proses belajar mengajar. Artinya terampil dalam mengimplementasikan kurikulum, yaitu mengaktualisasikan satuan pengajaran dalam proses belajar mengajar di kelas kepada peserta didik. Termasuk dalam kawasan ini terampil dalam menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, kiat, seni mengajar, memilih dan menetapkan sumber belajar yang tepat, menggunakan media pengajaran dan sebagainya. Keempat, terampil dalam menilai hasil belajar siswa, yaitu mengevaluasi sejauh mana apa yang telah disampaikan kepada peserta didik di dalam proses belajar mengajar yang disebutkan terdahulu telah dapat dikuasai oleh siswapeserta didik. Atau dengan kata lain terampil menilai sejauh mana materibahan pelajaran yang telah diberikan sudah menjadi milik siswa. Implementasi kurikulum sesungguhnya tejadi pada saat proses belajar mengajar, hal ini bisa kita lihat dari pendapat Miller dan Saller yang mengatakan: “in some, cases, implementation of the curriculumplan, ussualy, but not necessarily, involving, teachingin the sense of student teacher interaction in an educational setting”. Pengetian tersebut memberikan pemahaman bahwa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih dokumen tertulis menjadi aktual dalam serangkaian aktivitas belajar mengajar. Berangkat dari beberapa pemikiran tersebut, ada beberapa kegiatan guru dalam upaya mengembangkan kurikulum yang berlaku di sekolah, yang meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setidaknya terdapat unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dan dicerai beraikan satu dengan yang lain yang erat kaitannya dalam pengejawantahan kurikulum guna mencapai tujuan adiluhung pendidikan nasional. Diantaranya guru atau pendidik, siswa atau peserta didik, dan kurikulum itu sendiri. Secara simplistik atau dalam pengertian yang sederhana, guru adalah transmitter atau orang yang memberikan dan mentransmisikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kurikulum dapat membantu seorang guru dalam merencanakan dan mengatur tentang isi dan bahan pelajaran. Kurikulum yang baik dan teratur dapat menjadikan kualitas siswa menjadi unggul tidak hanya dalam pelajaran yang di ajarkan bahkan dapat unggul dalam segala bidang. Oleh Karena itu, perlu seorang tenaga pendidik atau guru untuk mengetahui cara menyusun suatu kurikulum yang baik. Pembuatan kurikulum yang demikian tentulah harus dilandasi dengan landasan pengembangan kurikulum yang baik pula. Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ia sebagai instrumen yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Caswell menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan proses siklus yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat. Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengemban kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru. Guru tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba penyusunan organisasi, manager system pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pula yang harus menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak. Guru merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya sebagai fase penting dan sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan. Dapat pula dikatakan bahwa kurikulum dalam pengembangannya selalu membutuhkan landasan-landasan yang kokoh dan kuat serta didasarkan atas hasil- hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam sebab kurikulum pada hakikatnya merupakan rancangan atau program yang menempati posisikedudukan sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Khususnya kurikulum SD yang disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan berlandaskan: tahap perkembangan siswa, kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menekankan kemampuan dan ketrampilan dasar “Baca-Tulis-Hitung” yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diperlukan kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pada masa kini, banyak sekolah dasar sedang giat-giatnya melakukan pengembangan kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. Di SD tersebut masih minim penerapan kurikulum yang sesuai dengan standar nasional, sehingga diperlukan banyak usaha untuk memperbaiki hal tersebut. Maka berdasarkan urgensi latar belakang masalah di atas peneliti berinisiatif untuk menulis skripsi tentang “Peran Guru Sebagai Pengembang Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Masih minimnya pemahaman guru tentang proses pengembangan kurikulum. 2. Ketidakmampuan guru dalam mengembangkan kurikulum. 3. Ketidakmampuan guru dalam menjalankan fungsinya sebagai pengembang kurikulum.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka penulis membatasi permasalahan pada: 1. Guru Guru dalam penelitian ini dibatasi pada guru yang mengajar di kelas 5 SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. Yang dalam proses pembelajaran, guru tersebut merupakan seorang pengembang kurikulum, dengan tujuan agar proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date dengan silabus dan Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran RPP, guru diharapkan dapat mengetahui sedini mungkin pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. 2. Kurikulum Kurikulum dalam penelitian ini dibatasi pada kurikulum SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur yang meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan. 3. Pendidikan Pendidikan dibatasi pada ruang lingkup Pendidikan Sekolah Dasar. 4. Mutu Pendidikan Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Misalnya, sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari proses disebut output.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana peran guru sebagai pengembang kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. 2. Apa upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kurikulum di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur.

E. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran guru sebagai pengembang kurikulum. 2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kurikulum.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, terutama bagi : a. Bagi guru. Manfaat bagi guru, penelitian ini diperuntukkan sebagai upaya untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga siswa merasa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Bagi siswa. Penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. c. Bagi Sekolah atau Lembaga Pendidikan. Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan, merencanakan dan mengembangkan kurikulum pendidikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. d. Bagi peneliti. Kiranya menjadi sebuah catatan penting dan bermanfaat guna meningkatkan kinerja dalam mengemban tugas mulia sebagai seorang guru. 17

BAB II KAJIAN TEORI

A. Guru Sebagai Pengembang Kurikulum

1. Definisi Pengembangan Kurikulum

Salah satu variabel yang memengaruhi sistem pendidikan nasional adalah kurikulum. Menurut Sudarwan, kurikulum merupakan seperangkat rencana yang memuat tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. 1 Dari masa ke masa kurikulum yang terdapat di setiap negera berubah, ini menurut sebagian pakar disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang berkembang dan disamping itu kondisi dan tuntutan zaman pun berubah. Untuk menyesuaikan dengan zaman, kurikulumpun mengalami perkembangan. Perkembangan itupun terjadi pada kurikulum di Negara Indonesia. Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan 1 Danim Sudarwan dan Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, Cet. 2. h 216.