Peran Guru Sebagai Pengembang Kurikulum Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sdn Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH:

NAMA

:

MURNIYATI

NIM

:

809011000360

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Cipayung Jakarta Timur”

Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran guru sebagai pengembang kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif. Hasil analisis data dalam penelitian ini dipaparkan secara analitik, naratif yang disajikan dengan menggunakan metode informal, yaitu penyajian kaidah dengan menggunakan kata-kata yang tersusun dalam kalimat biasa tanpa mempergunakan lambang. Pengkajian data dalam penelitian ini dilengkapi dengan tabel maupun gambar/bagan.

Dari hasil sampel 10 guru, data yang didapatkan cukup signifikan. Yaitu untuk program pembelajaran, persiapan silabus dan persiapan rencana program

pembelajaran, seluruh sampel memberikan keterangan “ya”. Artinya dari

kesepuluh sampel tersebut mendapatkan hasil 100%. Sedangkan dalam data administrasi siswa yang dilakukan guru, untuk persiapan absen siswa, daftar nilai siswa, buku analisis siswa, buku catatan akhlak siswa, pelaksanaan proses pembelajaran membuat perencanaan pembelajaran, menyiapkan daftar hadir siswa, menyiapkan buku mutasi siswa, menyiapkan buku iuran OSIS, menyiapkan

buku paket siswa, semua hasilnya juga menjawab “ya”. Ini artinya bahwa semua

guru telah menyiapkan apa yang diperlukan untuk proses pembelajaran. Hanya saja untuk persiapan media audio visual dan alat peraga, hanya 50% atau 5 sampel

guru yang menjawab “ya”.

Kesimpulannya adalah pelaksanaan pendidikan dalam kontek pengembangan kurikulum telah dilaksanakan, meskipun belum seratus persen terrealisasi, hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran guru dalam mengembangkan kemampuan diri dan beradaptasi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi sebagai penunjang bagi keberhasilan proses belajar mengajar.


(6)

ii

Cipayung Jakarta Timur”.

Teacher is a professional position that requires expertise, skills, or skills that meet certain quality standards or norms and require professional education. The purpose of this study was to determine the role of teachers as curriculum developers in improving the quality of education in Rangoon cottage SDN 04 Morning Cipayung, East Jakarta. The method used in this study is a descriptive analysis of the research method. The results of data analysis in this study were exposed to analytical, narrative presented using informal methods, namely the presentation of the rules by using words that are arranged in a regular expression without using the symbol. Assessment of the data in this study is equipped with tables and drawings / blueprints.

The results of the sample 10 teachers, the data obtained is significant. That is for learning programs, preparatory of syllabus and lesson plan preparation program, all samples testified "yes". The meaning of the ten samples get 100% results. While the administrative data of students that teachers do, in preparation for absent students, a list of the students, the book analyzes the students, student notebooks character, the implementation of the process of learning to plan lessons, prepare a list of attendance of students, preparing books student mutation, prepare books OSIS dues, prepare student textbooks, all results are also answered "yes". This means that all teachers have set up what is necessary for the learning process. It's just that for the preparation of audio-visual media and visual aids, only 50% or 5 samples of teachers who answered "yes".

The conclusion was that the implementation of education in the context of curriculum development has been implemented, although not one hundred percent political reality, this is due to the lack of awareness of teachers in developing their own capabilities and adapt to the development and advancement of technology as a support for the success of the teaching and learning process.


(7)

iii

dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Fauzan, MA, Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memotivasi serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh civitas akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

iv

bisa penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu penulis hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Jakarta, 7 Januari 2013


(9)

v

Abstrak ... i

Abstract... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Pembatasan Masalah ... 14

D. Perumusan Masalah ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 17

A.

Guru Sebagai Pengembang Kurikulum ... 17

1. Definisi Pengembangan Kurikulum ... 17

2. Peran Guru dalam Mengembangkan Kurikulum ... 32

B. Mutu Pendidikan ... 38

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 42

D. Kerangka Berfikir ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian ... 45

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Instrumen Penelitian ... 47


(10)

vi

1. Deskripsi data Guru Sebagai Pengembang Kurikulum ... 50

2. Deskripsi Data Administrasi Siswa ... 53

B. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64


(11)

vii

Tabel 2 Program Pembelajaran. ... 51

Tabel 3 Rencana Program Pembelajaran (RPP). ... 52

Tabel 4 Absen Siswa. ... 53

Tabel 5 Daftar Nilai Siswa ... 53

Tabel 6 Buku Analisis, ... 54

Tabel 7 Buku Catatan Akhlaq Siswa. ... 55

Tabel 8 Jadwal Pengajaran... 55

Tabel 9 Buku Administrasi/Perencanaan. ... 56

Tabel 10 Alat Peraga. ... 56

Tabel 11 Media Audio Visual. ... 57

Tabel 12 Daftar Hadir Siswa. ... 57

Tabel 13 Buku Analisis. ... 58

Tabel 14 Buku Mutasi Siswa ... 58

Tabel 15 Buku Iuran OSIS. ... 59

Tabel 16 Buku Paket Siswa. ... 59

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 44


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I pasal 1 ayat 1 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 1

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Sehingga tuntutan pada era globalisasi saat ini menuntut kualitas guru sebagai pendidik dan pengajar untuk menggerakkan siswanya, sehingga tujuan pendidikan tercapai dan pada akhirnya mutu pendidikan pun berkualitas.

1

Abd Rozak, dkk. 2010. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan. Jakarta: FITK Press, Cetakan 1, h.3.


(13)

Sebagaimana tertulis pada UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 2

Namun banyak faktor yang melandasi mutu pendidikan, dari perspektif makro di antaranya faktor tenaga pendidik/guru, kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

Dalam perspektif mikro faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap mutu pendidikan ialah guru yang profesional. Oleh sebab itu, guru harus profesional dalam melaksanakan berbagai tugas pendidikan dan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan.

Guru adalah jabatan profesional, dalam UU No.14 tahun 2005 pasal 1 poin 4 menyatakan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kemudian pasal 2 ayat (1) menyatakan guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ketika seorang guru menyadari sebagai agen pembelajaran, maka ia sesungguhnya harus menjadi seseorang yang tak pernah berhenti belajar. Apalagi ketika berbicara masalah tata nilai dan sikap, seorang guru tetap menjadi pusat perhatian lingkungannya terutama dalam hal peningkatan keterampilan dan pengetahuan.

Seorang guru akan tetap digugu dan ditiru apabila memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang diandalkan sesuai dengan bidang atau mata

2

Abd Rozak, dkk. 2010. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan. Jakarta: FITK Press, Cetakan 1, h.77.


(14)

pelajaran yang digelutinya. Kompetensi guru bermuara pada peningkatan profesionalisme sebagai hasil akhirnya. Tanpa guru yang profesional, maka tujuan pendidikan nasional akan tetap jauh dari harapan.

Kiprah guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai pendidik yang mampu meningkatkan mutu pendidikan terutama mutu proses dan hasil belajar siswa, karena kualitas pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar yang optimal. Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam ruang kelas, guru berperan dalam memberdayakan siswa untuk meraih tujuan tertinggi mereka, hal ini sesuai dengan pendapat Taufik yang menyatakan bahwa guru membimbing siswa ke tingkat pemikiran lebih tinggi untuk membangkitkan wawasan dalam pikiran dan tindakan mereka, dan membangkitkan energy dan kekuatan untuk mengubah pikiran individual mereka dan mempelajari yang baru.3 Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada piranti pendukung utama seperti tenaga pengajar atau guru yang professional. Untuk itu tuntutan menjadi guru professional akan menuntut kemampuan seorang guru dalam proses pembelajaran. Mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan kegiatan profesi yang memiliki tujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya dibutuhkan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. Keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar, didasarkan pada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu untuk menjadi seorang guru professional diperlukan latar belakang Pendidikan Keguruan. Menjadi guru tidak cukup hanya memahami materi yang harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang lain, salah satunya adalah merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.4

3

Pasiak, Taufik. 2007. Brain Based Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka, Cetakan 1, h.354.

4

Wina Sanjaya. Kurikulum dan pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, h. 275


(15)

Guru yang profesional adalah mereka yang mampu mengakomodasikan dimensi instrik dan dimensi instrumental. Dalam pengertian, semampu dan seterampil serta serelevan apapun lulusan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja, tidak akan berarti banyak, manakala para guru tidak dapat memberikan bekal moral kepada anak didik mengenai hakekat hidup, dan moralitas semacam apa yang diperlukan anak didik untuk hidup di masyarakat.

Maka dari itu untuk menjalankan tugas-tugas sebagai seorang guru yang profesional secara efektif dan efisien, para guru harus memiliki kompetensi tertentu. Adapun standar kompetensi guru yang sekaligus menjadi profil guru profesional, yaitu :

1. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuannya 2. Pengelolaan program belajar-mengajar

3. Pengelolaan kelas

4. Penggunaan media dan sumber pembelajaran 5. Penguasaan landasan-landasan kependidikan 6. Pengelolaan interaksi belajar-mengajar 7. Penilaian prestasi siswa

8. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan 9. Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah

10. Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan mutu pengajaran.

Asef mengemukakan sepuluh kompetensi guru mendukung proses belajar mengajar, karena proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama dalam arti sebagai tempat aliran nilai-nilai dan ilmu.5

Tugas dan peran guru semakin berat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah

5

Fakhruddin, Asef Umar. 2009. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva Press, Cetakan 1, h.34.


(16)

diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Kunandar menyatakan guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, sebagai pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar.6 Guru dituntut mencari tahu bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas (proses kegiatan belajar mengajar), yakni:

1) Guru sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan artinya seorang guru perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada siswa dikelas sehingga siswa mampu menyerap pelajaran yang diberikan.

2) Guru sebagai pemimpin kelas (class leader) perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok siswa. Apabila guru tidak mampu menjadi pemimpin di kelas yang dia ajar, maka bisa dipastikan pembelajaran akan menjadi kacau.

3) Guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar mengajar siswa.

4) Guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.

5) Guru sebagai partisipan perlu memiliki ketetapan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.

6) Guru sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.

7) Guru sebagai perencana perlu memiliki keterampilan cara memilih dan meramu bahan pelajaran secara professional.

8) Guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan keterlibatan kelas.

9) Guru sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar siswa.

6

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, h. 48


(17)

10) Guru sebagai penanya perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang siswa berfikir dan memecahkan masalah.

11) Guru sebagai pengajar perlu memiliki keterampilan cara memberikan ganjaran terhadap siswa yang berprestasi.

12) Guru sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan cara menilai siswa secara objektif, kontinyu, dan komprehensif.

13) Guru sebagai konsuler perlu memiliki cara membantu siswa yang mengalami kesulitan tertentu.

Dari ketiga belas peran guru yang di paparkan oleh Kunandar di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memiliki pemikiran yang kreatif dan aktif, sehingga dari setiap pembelajaran muncul ide-ide yang bisa meningkatkan motivasi belajar siswa.7 Selain itu, seorang guru juga dituntut menjadi orang tua dan teman siswa dalam belajar.

Dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencariannya/profesinya) mengajar.8 Sedangkan menurut Sucipto guru adalah salah satu pelaku dalam kegiatan sekolah yang dituntut untuk mengenal tempat kerjanya.9 Muhaimin menjelaskan bahwa pekerjaan yang professional bukan hanya mengandung makna kegiatan untuk mencari nafkah atau mata pencarian, tetapi juga mencakup pengertian calling professional, yakni panggilan terhadap pernyataan janji yang diucapkan dimuka umum untuk ikut berhidmat guna merealisasi terwujudnya hidup mulia yang diamanatkan oleh Tuhan dalam masyarakat melalui usaha kerja keras dan cerdas.10

Ada empat elemen dasar kompetensi guru, yaitu meliputi kompetensi dalam bidang pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan tentu saja kompetensi profesional. Standar kompetensi guru ini telah digariskan di dalam

7

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, h. 48

8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. 9 h. 330

9

Sucipto dan Raflis Kosassi. 1990. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. I h.146 10

Muhaimin. 2010. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, pemberdayaan, pengembangan Kurikulum hingga Redevinisi Islamisasi Pengetahuan. Jakarta, Penerbit Nuansa, Cet. 1. h. 63


(18)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007, yaitu tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Standarisasi kualifikasi akademik dan kompetensi guru ini dibuat agar pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan di Indonesia bisa berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Untuk melahirkan seorang guru yang professional tidak saja diukur melalui standar kompetensi guru, tapi dibuatkan terlebih dahulu kualifikasi akademik calon guru.

Standarisasi kualifikasi akademik ini tentu saja agar mempercepat pencapaian keempat elemen standar kompetensi guru. Tentang kualifikasi akademik guru ini, Mentri Pendidikan Nasional telah menentukan bahwa untuk guru PAUDPK, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA minimal adalah telah menempuh pendidikan diploma IV atau S1 dalam bidang pendidikan yang sesuai.

Seorang guru profesional bisa dilihat dari kompetensi pedagogik yang ditentukan yaitu kemampuan seorang guru dalam hal menguasai karakteristik peserta didik baik secara intelektual, sosial, moral, fisik, emosional, dan kultural. Tanpa penguasaan karakteristik peserta didik seperti itu, tentu saja guru belum bisa dikatakan profesional.

Selain itu dalam kompetensi pedagogik ini, seorang guru diharuskan memiliki kemampuan yang memadai dalam hal penguasaan teori belajar beserta prinsip--prinsip pembelajaran, memiliki kemampuan dalam hal mengembangkan kurikulum sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi bidangnya serta memiliki kemampuan dalam menciptakan proses pembelajaran yang mendidik.

Penguasaan teknologi informasi dan cara komunikasi yang efektif merupakan tuntunan lain dalam kompetensi guru bidang pedagogik ini. Tentu saja pengusaan tersebut menjadi mutlak agar proses belajar mengajar bisa optimal. Seorang guru bukan hanya sekadar penyampaian materi ajar, melainkan bagaimana materi pelajaran tersebut menjadi bagian dari proses perubahan pada peserta didik.

Selain itu, kompetensi pedagogik juga menuntut seorang guru memiliki kecakapan dalam melakukan evaluasi dari hasil proses belajar mengajamya, sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut apa yang hams dilakukan pada tahap-tahap selanjutnya.


(19)

Di samping sebagai tenaga pendidik yang professional, terdapat piranti yang tidak kalah pentingnya ialah Kurikulum, pandangan tradisional merumuskan

bahwa kurikulum adalah “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah”. Sementara Romine dalam pendapat baru (modern) yang dikutip oleh Oemar dalam bukunya merumuskan: “curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities and experiences wich pupils have

under direction of the school, whether in the classroom or not”.11

Dari pendapat Romine bisa diartikan bahwa “Kurikulum ditafsirkan sebagai

semua program, kegiatan dan pengalaman terorganisir yang siswa miliki di bawah

arahan sekolah, baik di kelas maupun di luar kelas”. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas.

Namun demikian sebagai guru profesiaonal, peran guru seharusnya melakukan hal-hal yang diinginkan dalam peraturan perundang-undangan, seperti pengembangan kurikulum. Tidak sedikit guru yang belum memahami konteks pengembangan kurikulum tersebut.

11

Oemar Hamalik. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. 4. h 3-4


(20)

Di Indonesia, kurikulum disusun dan berlaku secara Nasional untuk semua sekolah pada jenjang yang sama. Ini dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia. Setiap kurikulum selalu berisikan sesuatu yang dicita-citakan dalam bidang pendidikan artinya hasil belajar yang diinginkan agar dimiliki oleh anak didik. Untuk mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam kurikulum, para gurulah yang memegang peranan sentral dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.

Kurikulum harus dimaknai sebagai suatu rumusan, mulai dari merencanakan, mengimplementasikan, hingga mengevaluasi. Tugas guru adalah mengupayakan agar guru juga berperan dalam proses pengembangan kurikulum. Implikasi rumusan di atas, menafsirkan tentang kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri dari pelajaran (courses) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jwab sekolah. Sesuai dengan pengertian ini berbagai kegiatan di luar kelas (yang di kenal sebagai ekstrakurikuler) sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Sukmadinata mengemukakan kurikulum sebagai program pendidikan yang direncanakan mempunyai komponen-komponen pokok, yaitu tujuan, isi, organisasi, dan strategi.12

Kurikulum memegang peranan penting dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang menentukan kualitas lulusan dalam sebuah lembaga pendidikan. Karenanya kurikulum berfungsi sebagai suatu alat atau pedoman untuk mengantar peserta didik sampai pada harapan dan cita-cita yang di inginkannya, seiring dengan perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi, kurikulum harus secara luas dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan tuntutan global dan kebutuhan masyarakat.

Tentunya dalam setiap program pendidikan pasti mempunyai kurikulum, yang mana kurikulum tersebut biasanya tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kurikulum dalam suatu sekolah. Jadi guru dalam pelaksanaan kurikulum ini

12

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Perkembangan Kurikulum SMP, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 12.


(21)

sangat berperan dalam mentrasformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar.

Maka dari itu, berhasil tidaknya kurikulum banyak tergantung atas peranan guru yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, antara lain :

1. Guru sebagai perencana pengajaran, ia harus membuat perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan mengajar.

2. Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan. 3. Guru sebagai evaluator, artinya ia melakukan pengukuran untuk mengetahui

apakah anak telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. Dalam melaksanakan peranan-peranan di atas, guru dituntut untuk mampu mengembangkan sikap profesional guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pendidikan. Guru profesional, dalam hubungan ini, adalah guru yang memiliki keahlian sebagai guru, artinya guru itu harus mempunyai kompetesi atau kemauan dasar sebagai syarat untuk memangku profesi tersebut. Kompetesi guru menurut Glasser, ada empat hal, yakni :13

1).Menguasai bahan pelajaran

2).Kemampuan mendiagnosis kelakuan siswa 3).Kemampuan melaksanakan proses pengajaran 4).Kemampuan mengukur hasil belajar siswa

Jadi guru dalam mengemban tugas sebagai seorang pengajar, minimal harus mampu :

Pertama, menguasai silabus atau GBPP serta petunjuk pelaksaaannya. Dimaksudkan dengan hal ini ialah seorang guru harus mampu memahami aspek-aspek berikut ini :

1. Tujuan yang ingin/hendak dicapai

2. Isi/materi bahan pelajaran dari setiap pokok bahasan/topik

13

Mutiha Hutajulu. 2012. Guru Profesional, (Online),

(http://www.slideshare.net/vanterdebataraja/makalah-guru-profesional), diakses 18 April 2013.


(22)

3. Alokasi waktu untuk setiap topik/bahan pelajaran 4. Alat dan sumber belajar yang akan digunakan

Kedua, trampil menyusun program pengajaran. Dalam hal ini dimaksudkan pengajar harus trampil dalam mengemas dan menyusun serta merumuskan bahan pelajaran itu ke dalam satuan pengajaran. Mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sampai pada teknik evaluasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.

Ketiga, trampil melaksanakan proses belajar mengajar. Artinya terampil dalam mengimplementasikan kurikulum, yaitu mengaktualisasikan satuan pengajaran dalam proses belajar mengajar di kelas kepada peserta didik. Termasuk dalam kawasan ini terampil dalam menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, kiat, seni mengajar, memilih dan menetapkan sumber belajar yang tepat, menggunakan media pengajaran dan sebagainya.

Keempat, terampil dalam menilai hasil belajar siswa, yaitu mengevaluasi sejauh mana apa yang telah disampaikan kepada peserta didik di dalam proses belajar mengajar yang disebutkan terdahulu telah dapat dikuasai oleh siswa/peserta didik. Atau dengan kata lain terampil menilai sejauh mana materi/bahan pelajaran yang telah diberikan sudah menjadi milik siswa.

Implementasi kurikulum sesungguhnya tejadi pada saat proses belajar mengajar, hal ini bisa kita lihat dari pendapat Miller dan Saller yang mengatakan: “in some, cases, implementation of the curriculumplan, ussualy, but not

necessarily, involving, teachingin the sense of student teacher interaction in an

educational setting”. Pengetian tersebut memberikan pemahaman bahwa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih dokumen tertulis menjadi aktual dalam serangkaian aktivitas belajar mengajar. Berangkat dari beberapa pemikiran tersebut, ada beberapa kegiatan guru dalam upaya mengembangkan kurikulum yang berlaku di sekolah, yang meliputi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.

Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh


(23)

yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setidaknya terdapat unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dan dicerai beraikan satu dengan yang lain yang erat kaitannya dalam pengejawantahan kurikulum guna mencapai tujuan adiluhung pendidikan nasional. Diantaranya guru atau pendidik, siswa atau peserta didik, dan kurikulum itu sendiri. Secara simplistik atau dalam pengertian yang sederhana, guru adalah transmitter atau orang yang memberikan dan mentransmisikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Kurikulum dapat membantu seorang guru dalam merencanakan dan mengatur tentang isi dan bahan pelajaran. Kurikulum yang baik dan teratur dapat menjadikan kualitas siswa menjadi unggul tidak hanya dalam pelajaran yang di ajarkan bahkan dapat unggul dalam segala bidang. Oleh Karena itu, perlu seorang tenaga pendidik atau guru untuk mengetahui cara menyusun suatu kurikulum yang baik. Pembuatan kurikulum yang demikian tentulah harus dilandasi dengan landasan pengembangan kurikulum yang baik pula.

Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ia sebagai instrumen yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Caswell menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan proses siklus yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat.

Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengemban kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan


(24)

dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.

Guru tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba penyusunan organisasi, manager system pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pula yang harus menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.

Guru merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya sebagai fase penting dan sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.

Dapat pula dikatakan bahwa kurikulum dalam pengembangannya selalu membutuhkan landasan-landasan yang kokoh dan kuat serta didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam sebab kurikulum pada hakikatnya merupakan rancangan atau program yang menempati posisi/kedudukan sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Khususnya kurikulum SD yang disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dan berlandaskan: tahap perkembangan siswa, kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menekankan

kemampuan dan ketrampilan dasar “Baca-Tulis-Hitung” yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diperlukan kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Pada masa kini, banyak sekolah dasar sedang giat-giatnya melakukan pengembangan kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. Di SD tersebut


(25)

masih minim penerapan kurikulum yang sesuai dengan standar nasional, sehingga diperlukan banyak usaha untuk memperbaiki hal tersebut.

Maka berdasarkan urgensi latar belakang masalah di atas peneliti berinisiatif untuk menulis skripsi tentang “Peran Guru Sebagai Pengembang Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi

Cipayung Jakarta Timur”. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masih minimnya pemahaman guru tentang proses pengembangan kurikulum.

2. Ketidakmampuan guru dalam mengembangkan kurikulum.

3. Ketidakmampuan guru dalam menjalankan fungsinya sebagai pengembang kurikulum.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka penulis membatasi permasalahan pada:

1. Guru

Guru dalam penelitian ini dibatasi pada guru yang mengajar di kelas 5 SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. Yang dalam proses pembelajaran, guru tersebut merupakan seorang pengembang kurikulum, dengan tujuan agar proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date dengan silabus dan Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP), guru diharapkan dapat mengetahui sedini mungkin pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

2. Kurikulum

Kurikulum dalam penelitian ini dibatasi pada kurikulum SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur yang meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan.


(26)

3. Pendidikan

Pendidikan dibatasi pada ruang lingkup Pendidikan Sekolah Dasar. 4. Mutu Pendidikan

Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Misalnya, sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari proses disebut output.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru sebagai pengembang kurikulum dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur. 2. Apa upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kurikulum di

SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur.

E. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran guru sebagai pengembang kurikulum.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kurikulum.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, terutama bagi :


(27)

Manfaat bagi guru, penelitian ini diperuntukkan sebagai upaya untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga siswa merasa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Bagi siswa.

Penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di SDN Pondok Ranggon 04 Pagi Cipayung Jakarta Timur.

c. Bagi Sekolah atau Lembaga Pendidikan.

Sebagai masukan dalam menentukan kebijakan, merencanakan dan mengembangkan kurikulum pendidikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. d. Bagi peneliti.

Kiranya menjadi sebuah catatan penting dan bermanfaat guna meningkatkan kinerja dalam mengemban tugas mulia sebagai seorang guru.


(28)

17

BAB II KAJIAN TEORI

A.Guru Sebagai Pengembang Kurikulum 1. Definisi Pengembangan Kurikulum

Salah satu variabel yang memengaruhi sistem pendidikan nasional adalah kurikulum. Menurut Sudarwan, kurikulum merupakan seperangkat rencana yang memuat tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.1

Dari masa ke masa kurikulum yang terdapat di setiap negera berubah, ini menurut sebagian pakar disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang berkembang dan disamping itu kondisi dan tuntutan zaman pun berubah. Untuk menyesuaikan dengan zaman, kurikulumpun mengalami perkembangan. Perkembangan itupun terjadi pada kurikulum di Negara Indonesia.

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan

1

Danim Sudarwan dan Khairil, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 2. h 216.


(29)

tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

Pembahasan mengenai proses pengembangan kurikulum merupakan terjemahan dari pengertian kurikulum dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan pengembangan. Pengertian dan posisi kurikulum akan menentukan apa yang seharusnya menjadi perhatian awal para pengembang kurikulum, mengembangkan ide kurikulum, mengembangkan ide dalam bentuk dokumen kurikulum, proses implementasi, dan proses evaluasi kurikulum. Pengertian dan posisi kurikulum dalam proses pendidikan menentukan apa yang seharusnya menjadi tolok ukur keberhasilan kurikulum, sebagai bagian dari keberhasilan pendidikan.

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut: (1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2) perubahan dari cara berfikir tekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agma Islam; (3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan prodak tersebut; dan (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulm yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum kearah keterlibatan yang luas dari pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya.

Dalam buku perkembangan kurikulum SMP, kurikulum dapat diartikan secara khusus sebagai subjek pembelajaran atau secara umum sebagai pengalaman pembelajaran, di dalam dan di luar sekolah, yang diajarkan di sekolah. Dalam pandangan tradisional kurikulum merupakan kumpulan mata


(30)

pelajaran atau bahan ajaran yang harus disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Selain itu kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.2

Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai perbedaan dalam definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah “statement of

objectives”, ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru

untuk mengembangkan proses pembelajaran atau instruction, ada pula yang mengatakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru. Sedangkan pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum adalah

“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untukmencapai tujuan pendidikan tertentu” (pasal 1 ayat 19).

Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa kurikulum sebagai pedoman pelajaran.

Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh para

pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda satu sama lainya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Menurut Oemar, kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh

oleh seorang pelari.”Every man takes the limits of his own field of vision for the limits of the world”. 3

2

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Perkembangan Kurikulum SMP, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 9.

3

Oemar Hamalik,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya,2011), Cet. 4. h 3-4.


(31)

Menurut Hasbullah, kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya.4 Berdasarkan studi yang dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, menurut pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang ditempuh murid untuk memperoleh ijazah, tafsiran kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan terdiri atas mata pelajaran (courses) tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah. Maka Oemar dalam bukunya juga menjelaskan bahwa berbagai kegiatan di luar kelas, tercakup dalam pengertian kurikulum.5 Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dibilang baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang diluar pendidikan. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu, seperti yang diterangkan oleh Nana.6 Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Mata ajaran (subjek) di pandang sebagai suatu pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah di susun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa,

4

Hasbullah, Otonomi pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006), h 21 5

Oemar Hamalik,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya,2011), Cet. 4. h 3-4

6

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya:2008. Cet. 8. h. 81


(32)

sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa dan memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikum tidak terbatas pada jumlah pelajaran saja, melainkan segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain, yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan pelu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.

Dalam perjalanannya dunia Pendidikan Indonesia telah menerapkan enam kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (meski belum sempat disahkan pemerintah, tetapi sempat berlaku di beberapa sekolah piloting project), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Nomor 23 tentang Standar Komnpetensi Lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua Permen tersebut.

Pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai: kegiatan menghasilkan kurikulum; atau (2) proses mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum.

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena sebagai berikut: (1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan, makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran, (2) perubahan dari cara berfikir tekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agma Islam; (3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam


(33)

dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan prodak tersebut; dan (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulm yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum kearah keterlibatan yang luas dari pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan dan cara-cara mencapainya.

Kurikulum merupakan konsep Studi yang luas. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori yang menekankan pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis dan pada konsep-konsep yang diambil dari ilmu perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum.

Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya fositif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Melalui dunia pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan.

Definisi lain menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Oemar berpendapat bahwa proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pegukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, dan garis


(34)

pelajaran kurikulun lain, yang memudahkan proses belajar mengajar.7 Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum:8

1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan general objectifies) yang jelas.

2. Suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikum yang dirancang sesuai dengan prosedur pengembangan kurikulum.

3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik, karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa.

4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas antara para pelajar.

5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar, seperti: tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.

6. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa pengguna.

7. The subject arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak digunakan di sekolah.

8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibelitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru-siswa.

9. Rencana kurikulum harus fleksibel, yang memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.

10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Terdapat lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum yaitu:

a. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan tentang rangkaian kejadian yang dicakupkan.

7

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. 4, h. 183-184

8


(35)

b. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya.

c. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya.

d. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut.

e. Setiap teori kurikulum mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempurnaan. Pengembangan kurikulum harus mengacu pada sebuah kerangka umum, yang berisikan hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan keputusan adalah:

a) Asumsi.

Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah terkonsep dan diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak berimbang, dan inovasi jangka pendek dapat dihindarkan. Dalam kontek ini, kurikulum didefinisikan sebagai suatu rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan, atau dengan kata lain suatu rancana mengenai tujuan, hal yang dipelajari, dan hasil pembelajaran. Dengan demikian kurikulum terdiri atas beberapa komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (sekuen berbagai kegiatan belajar).

b) Tujuan pengembangan kurikulum.

Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan pengembangan kurikulum adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, dan pencapain

relative dalam jangka panjang. Adapun tujuan sebagai objectives lebih bersifat khusus, operasional, dan pencapaiannya dalam jangka pendek. Aspek tujuan, baik yang dinyatakan goals maupun objectives memainkan peran yang sangat peting dalam pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah seluruh upaya kependidikan sekolah. Sekaligus menstimulasi kualitas yang diharapkan. Tujuan pendidikan pada


(36)

umumnya berdasarkan pada filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan tersebut.

c) Penilaian kebutuhan.

Kebutuhan merupakan hal yang pokok dalam perencanaan. Dalam kaitannya dengan pengembnagn kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan didefisikan sebagai perbedaan antara keadaan actual dan keadaan ideal yang dicita-citakan. Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur maupun informal, untuk mengidentifikasi kesenjangan antara

situasi “ di sini dan sekarang” dengan tujuan yang diharapkan.

d) Konten kurikulum.

Berkaitan dengan konten kurikulum ini hanya membahas enam bidang konten kurikulum akademik untuk jenjang pendidikan dasar, yaitu; Bahasa Indonesia, Matematika, Sain (IPA), Studi Sosial (IPS), Bahasa Asing, dan Seni. Meskipun demikian, hendaknya kurikulum juga memberikan ruang bagi pelajaran lain, selain keenam bidang konten tersebut, antara lain; Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pendidikan Agama dan berbagai pelajaran keterampilan lain yang dibutuhkan siswa.

e) Sumber Materi Kurikulum.

Materi dapat diperoleh dari buku-buku teks, buku petuntuk bagi guru, pusat pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan dan agen pelayanan pendidikan lainya.

f) Implementasi kurikulum.

Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti jika tidak diimplementasikan, dalam arti digunakan di sekolah dan di kelas. Keberhsilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prisipnya, implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi dan feedback.

g) Evaluasi Kurikulum

Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi dan pertimbangan


(37)

evaluasi, dalam hal ini adalah kurikulum. Evaluasi kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki subtansi kurikulum, prosedur implementasi, metode intruksional, serta pengaruhnya pada belajar dan prilaku siswa.

h) Keadaan di masa mendatang

Pesatnya perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi, teknologi, politik, serta berbagai peristiwa lainnya memaksa kita berfikir dan merespon setiap perubahan yang terjadi. Dalam pengembangan kurikulum, pandangan dan kecendrungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi hal yang urgen. Setiap rencana pengembnagan kurikulum harus meamasukkan pertimbangan kehidupan di masa depan, serta implementasinya pada kurikulum.

Seperti yang diketahui kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.

Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah hal yang mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro, kurikulum berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendesain dan merancang suatu kurikulum mesti memerhatikan sistem nilai (value system) yang berlaku beserta perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat itu. Disamping itu oleh karena kurikulum juga harus berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya, maka proses pengembangannya juga harus memperhatikan segala aspek yang terdapat pada peserta didik. Persoalan-persoalan tersebut yang mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan kurikulum. Kurikulum harus secara terus menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya selalu relevan dengan tuntutan


(38)

masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam proses pembelajaran, guru merupakan seorang pengembang kurikulum. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap efektifitas dan ketepatan pengembangan kurikulum, namun yang memiliki intensitas lebih banyak dibandingkan yang lainnya dalam konteks pengembangan kurikulum adalah administrator pendidikan, guru dan orang tua siswa, seperti yang dikemukakan oleh Zurinal dan Wahdi dalam bukunya.9 Agar proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date dengan silabus dan Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP), guru diharapkan dapat mengetahui sedini mungkin pentingnya profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Seorang guru juga perlu memperhatikan adanya kecendrungan globalisasi yang berkonsekuensi pada adanya perubahan paradigm. Dari paradigma globalisasi sebagai produk modernisasi yang digelontorkan barat, telah berdampak pada kemajuan peradaban dunia, yang merupakan pelajaran penting bagi guru untuk mengambil sisi positif. Selain itu guru diharapkan senantiasa melakukan introsfeksi diri, mengedepankan profesionalisme, responsive, dan inovatif terhadap tuntutan tuntutan paradigma lama pada guru tersebut. H Abdullah Idi dalam Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, menuturkan bahwa

pendidikan “Seolah-olah jalur produksi yang produknya merupakan sebuah

subjek dari jaminan mutu”.10

Oleh karena itu penanganan yang tepat dan merupakan strategi yang tidak dapat di tawar lagi adalah guru dituntut untuk professional. Abad ke-21 dicirikan sebagai serba kompetitif dalam berbagai bidang kehidupan. Disebutkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, bahwa guru dan dosen yang bertugas meningkatkan kualitas tenaga pendidik (guru dan dosen) atau terjadinya peningkatan profesionalisme pendidik dalam menjalankan tugasnya. Jansen H. Sinano yang dikutip oleh Abdullah

9

Zurinal dan Wahdi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h 93. 10

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, (Jogjakarta: Arruzz Media), Cet. I. h. 345


(39)

mengatakan dengan istilah mentalitas professional.11 “Profesi dapat

didefinisikan sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan”. Dengan kata lain guru dituntut untuk kompeten dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai agen perubahan bagi siswa atau peserta didik.

Pupuh dan Sobri mendefinisikan kompetensi adalah “Seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan

tertentu.”12

Kompetensi dalam mengelola pembelajaran, merupakan salah satu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik sendiri dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan sebagai

”Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pengajaran”. Kompetensi ini

dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar dan kemampuan melakukan penilaian.

Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa dalam belajar sesuai rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat. Apakah kegiatan belajar mengajar telah dianggap cukup, apakah metode yang digunakan tepat, apakah kegiatan yang lalu perlu di ulang, manakala siswa belum mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa juga diperlukan guna mengetahui kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.

Depdiknas mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi: (1). Membuka pelajaran, (2) menyajikan materi, (3)

11

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik, (Jogjakarta: Arruzz Media), Cet. I. h. 348.

12

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman konsep Umum &Konsep Islami, (PT Refieka Aditama, 2007), Cet. 4. h. 44


(40)

mengunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (berinteraksi dengan siswa secara komunikatif), (9) menyimpulkan pelajaran, (10) memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian, (12) menggunakan waktu.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

Dari uraian di atas, persyaratan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (1) menggunkan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.

Sedangkan kompetensi guru secara keseluruhan menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) menyebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang di dapat memalui pendidikan profesi.

Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karana adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.

Definisi lain menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar antara lain penetapan jadwal


(41)

pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembanagn kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar.

Berikut ini adalah beberapa karakteristik dalam pengembangan kurikulum: 1. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan tujuan (goals dan

general objectifes) yang jelas.

2. Suatu progam atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian dari kurikulum yang dirancang selaras dengan prosedur pengembangan kurikulum.

3. Rencana kurikulum yang baik dapat menghasilkan terjadinya proses belajar yang baik karena berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. 4. Rencana kurikulum harus mengenalkan dan mendorong difersitas

diantara para pelajar.

5. Rencana kurikulum harus menyiapkan semua aspek situasi belajar mengajar, seperti tujuan konten, aktifitas, sumber, alat pengukuran, penjadwalan, dan fasilitas yang menunjang.

6. Rencana kurikulum harus dikembangkan dengan karakteristik siswa pengguna.

7. The subject Arm Approach adalah pendekatan kurikulum yang banyak di gunakan di sekolah.

8. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas untuk memungkinkan terjadinya perencanaan guru – siswa . 9. Rencana kurikulum harus memberikan fleksibilitas yang

memungkinkan masuknya ide-ide spontan selama terjadinya interaksi antara guru dan siswa dalam situasi belajar yang khusus.

10. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum yaitu:


(42)

1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengn perumusan tentang rangkaian kejadian yang dicakupnya.

2. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai – nilai dan sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya.

3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya.

4. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan kurikulum serta interaksi diantara proses tersebut.

5. Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya proses penyempurnaan.

Untuk kemajuan dalam bidang pendidikan, pemerintah berupaya untuk mengadakan penyempurnaan kurikulum. H. Abdullah Idi menyatakan bahwa kurikulum merupakan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya.13 Sejalan dengan pendapat itu, kurikulum secara fungsional merupakan sarana yang sangat penting dalam menjamin proses pendidikan. Tanpa kurikulum yang baik dan tepat, akan sulit mencapai tujuan dan sarana pendidikan yang diinginkan.

Proses implementasi kurikulum untuk semua bidang studi atau mata pelajaran selalu menggambarkan keterkaitan proses dengan tujuan konten, kejelasan teori belajar, keterkaitan dengan social, budaya, teknologi, ketersediaan fasilitas, peran guru dan peserta didik, peran feedback dan evaluasi. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutukino juga mengemukakan bahw perencanaan untuk implementasi kurikulum selalu gagal karena beberapa alasan antara lain:14 (1) Perencana mengambil keputusan, sementara ia tidak memahami situasi dan kondisi yang dihadapi para pelaku implementasi. (2) perencana memperkenalkan perubahan tanpa menjelaskan cara untuk

13

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik,( Jogjakarta: Arruzz Media, 2007), Cet. 1, h.3

14

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman konsep Umum &Konsep Islami, (PT Refieka Aditama, 2007), Cet. 4. h.45


(43)

mengidentifikasi dan cara untuk melakukan perubahan itu, (3) Perencana tidak berusaha memhami nilai-nilai, ide, dan perubahan-perubahan yang penting bagi pelaku implementasi dan lain sebagainya.

2. Peran Guru dalam Mengembangkan Kurikulum

Guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum sebagai sebuah dokumen dengan proses pembelajaran sebagai implementasi dokumen tersebut, kedua hal tersebut merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, keduanya salaing meng-ada dan meniadakan, ada kurikulum pasti ada pembelajaran dan ada pembelajaran ada juga kurikulum. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu

kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk

mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan; dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif. Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas. Dapat dikatakan bahwa guru merupakan fasilitator dalam belajar, sementara itu definisi belajar menurut Gagne yang dikutip oleh Martinis Yamin yaitu kegiatan yang kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikirannya karena belajar proses kognitif. 15

15

Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008). Cetakan 1, h. 131.


(44)

Menurut Murray Printr yang dikutip oleh Ana Suryaningsih mencatat peran guru dalam level ini adalah sebagai berikut: 16

Pertama, sebagai implementers, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan perannya guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum.dalam pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada. Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin atau tugas keseharian.

Kedua, peran guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai

implementers.

Ketiga, peran sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

16

Ana Suryaningsih, Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum, dari : http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/10/peranan-guru-dalam-pengembangan/


(45)

Keempat, adalah peran guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam melaksanakan perannya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.

Sebagai kunci utama keberhasilan pengembangan kurikulum, guru memegang peranan yang sangat penting dan krusial. Hal ini dikemukakan oleh Oemar Hamalik, setidaknya terdapat delapan 8 faktor peran guru dalam fungsinya sebagai pengembang kurikulum17:

“Pengelolaan Administratif, Pengelolaan konseling dan pengembangan

kurikulum, Guru sebagai tenaga profesi kependidikan, Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional, Pendekatan kurikulum, Meningkatkan pemahaman konsep diri, Memupuk

hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa.”

Wina Sanjaya mengemukakan bahwa dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam tataran kelas, peran guru dalam level ini adalah sebagai: 1) Implementers, 2) adapters, 3) developers, 4) researchers.18

Senada dengan hal di atas, Oemar Hamalik juga mengatakan ”sebuah kurikulum yang sudah dikembangkan tidak akan berarti (menjadi kenyataan) jika tidak diimplementasikan, dalam artian digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas”.

Sumber Daya Manusia (SDM) pengembangan kurikulum adalah kemampuan terpadu dari daya fikir dan daya fisik yang dimiliki oleh setiap pengembang kurikulum dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Sumber daya

17

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,2007), h. 232-234

18

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan & Kurikulum Tingkat Satuan Penididikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Mdia Grup) cet. 3. h. 27-28


(46)

manusia tersebut terdiri atas barbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.

Unsur ketenagaan tersebut dapat di bagi menjadi dua kategori, yaitu tenaga professional dan tenaga dari masyarakat. Tenaga profesional meliputi tenaga kependidikan guru, tenaga kependidikan non-guru dan organisasi profesional. Adapun tenaga dari masyarakat meliputi tokoh masyarakat, orang tua, komite sekolah atau dewan sekolah, pihak industri dan bisnis, lembaga sosial masyarakat, instansi pemerintah atau departemen dan non departemen, serta unsur-unsur masyarakat yang berkepentingan terhadap pendidikan.

Dalam proses pengembangan kurikulum, keterlibatan unsur-unsur ketenagaan tersbut sangat penting, karena keberhasilan suatu sistem dan tujuan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama dalam semua tahapan kurikulum. Berikut ini adalah deskripsi tugas dan wewenang pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum:

1. Pakar-Pakar Ilmu Pendidikan.

2. Spesialis para pengembang kurikulum bertugas untuk: duduk sebagai anggota panitia atau sponsor, mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia pengembang kurikulum, melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulum, menyusun buku sumber yang dibutuhkan, sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan, memberikan pelatihan dan konsultasi bagi para pengembang kurikulum.

3. Administrator pendidikan merupakan sumber daya manusia yang berad pada tingkat pusat, propinsi, kota atau kabupaten dan juga kepala sekolah.

a) Administrator ditingkat pusat memiliki wewenang dan kepemimpinan untuk mengarahkan orang serta bertanggungjawab atas pekerjaan orang tesebut dalam mencapai tujuan yaitu dalam menyusun kerangka kurikulum, dasar hokum dan program inti yang selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah mata pelajaran minimal yang diperlukan. Administrator di tingkat pusat bekerja sama dengan para fakar dari perguruan tinggi untuk merumuskan isi dan materi kurikulum sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.


(47)

b) Administrator di tingkat daerah bertugas berdasarkan kerangka dasar dan program inti dari tingkat pusat. Mereka kemudian melakukan pengembangan sesuai dengan kebutuhannya. Administrator tingkat daerah memiliki wewenang merumuskan sistem operasional pendidikan bagi sekolahnya. Mereka berkewajiban mendorong dan mengimplementasikan kurikulum pada setiap sekolah. Selanjutnya bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru-guru dalam mengadakan pengembangan kurikulum di sekolah ssuai dengan kebutuhan masyarakat, melakukan sosialisasi dan melaksanakan kurikulum di sekolah tersebut.

c) Kepala sekolah dan guru memegang peranan yang sangat besar dan merupakan kunci keberhasilan pengembangan kurikulum karena mereka berkaiatan langsung dengan implementasi kurikulum.

d) Guru merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru sebagai ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya sebagai fase penting dan sebgai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.

e) Orang Tua. Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya beberapa saja dari orang tua yang dilibatkan yaitu mereka yang memiki latar belakang memadai. Mengingat sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, maka sangat diperlukan adanya kerja sama yang erat antara guru atau sekolah dengan orang tua siswa.

f) Siswa sebagai objek dari penerapan kurikulum hendaknya selalu diberi motivasi dalam belajar dan dibimbing dalam berpartisipasi melaui kegiatan ektra di sekolah untuk meningkatkan kualitas siswa.

Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki tugas sebagai berikut:

a) Pengelolaan Administratif, dalam kontek ini guru berperan sebagai administrator yang bertugas sebagai pengelola secara tercatat, teratur, dan tertib, sebagai penunjang jalannya pendidikan yang lancar. Ruang lingkupnya antara lain mencakup administrasi kurikulum, administrasi


(48)

siswa, administrasi personal, administrasi material, dan administrasi keuangan.

b) Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum, hal ini merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan pendidikan. Tugas utamanya meliputi: 1). Melakukan pengelolaan administrasi; 2). Mempersiapkan bahan ajar; 3). Memberikan layanan konseling; 4). Pertemuan dengan rekan sejawat; 5). Meneliti dan mengembangkan materi pelajaran.

c) Guru sebagai tenaga profesi tenaga kependidikan. Adalah sebuah kerja profesi yang mensyaratkan dikuasainya kemampuan profesional yang memadai, untuk menjadi seorang komunikator, pendorongkegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, penyusun organisasi, manajer system pengajaran, dan pembimbing, baik di sekolah maupun di masyarakat

d) Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, mereka dilibatkan dalam perumusan kebijakan operasional serta perencanaan dan pelaksanaan administrasi pengembangan kurikulum.

e) Meningkatkan keberhasilan sistem instruksional, keberhailan mengajar tergantung pada tiga faktor, yaitu kepribadian, pengetahuan, dan keahlian guru. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan situasi belajar yang aktif, dan mampu mendorong kreatifitas anak.

f) Pendekatan kurikulum, adanya sinergi antara guru dengan orang tua siswa dan masyarakat untuk memberikan apa yang dibutuhkan siswa, sehingga terjadilah pengembangan kurikulum yang berkesinambungan.

g) Meningkatkan pemahaman konsep diri, self-know-ledge, untuk mengetahuai kekuatan dan kelemahan pribadi, sebagai upaya dalam mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.

h) Memupuk hubungan timbal balik yang harmonis dengan siswa, dalam kontek ini guru sebagai agen perubahan kearah yang lebih baik bagi siswa, berupaya mendorong dan menunjukkan kegiatan belajar siswa sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang diinginkan. Kerja sama seperti ini dapat meningkatkan upaya pengembangan kurikulum


(49)

B. Mutu Pendidikan.

Pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbukan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nillai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.19 Dalam perkembangan selanjutnya, istilah pendidikan kemudian banyak mendapatkan pemaknaan yang beragam dan berbeda. Hal ini muncul atas dasar kajian dan orientasi yang berbeda tentang pendiaikan.

Dalam dunia pendidikan, mutu adalah agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang paling penting. Walaupun demikian, mutu bagi sebagaian orang dianggap sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki, membingungkan, dan sulit untuk diukur. Mutu memiliki presepsi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan pandangan masing-masing orang. Para pakar pendidikan pun memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana cara menciptakan lembaga pendidikan yang bermutu dengan baik. Mutu, secara umum dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Lebih lanjut Edward dalam sebuah artikel pendidikan menyatakan bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagaian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah yang mahal.

Sebagai suatu konsep yang ”absolut”, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik,

dan benar, ini merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar

yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang ”relatif”

dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam definisi relatif ini produk atau layanan akan dianggap bermutu, bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi ia memiliki nilai misalnya keaslian produk, wajar, dan familiar.

19

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 1.


(1)

67

Muhaimin, MA. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, pemberdayaan, pengembangan Kurikulum hingga Redevinisi Islamisasi Pengetahuan (Jakarta, Penerbit Nuansa, 2010), Cet. 1.

Pasiak, Taufik. 2007. Brain Based Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka, Cetakan ke-1.

Rozak, Abd, dkk. 2010. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang

Pendidikan. Jakarta: FITK Press, Cetakan 1.

Sanjaya,Wina. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Suryaningsih, Ana, Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum, dari:

http://blog.uin-malang.ac.id/ansur/2011/06/10/peranan-guru-dalam-pengembangan/

Sucipto. Drs. Raflis Kosassi, M.Sc. Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), Cet. I

Syaodih Sukmadinata, Nana, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosda Karya:2008. Cet. 8.

Tim Penyusun Kamus. 1997. Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. 9

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan

Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008). Cetakan 1.

Z, Zurinal dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan; Pengantar & Dasar-dasar. (Jakarta: UIN Jakarta Press). Cetakan ke-1.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)