Pluralisme Agama Dalam Pandangan Al-Qur’an

l walaupun dianggap sebagai tindakan anarkis bagi kalangan masyarakat lain. Dalam masalah ini yang terpenting adalah bagaimana menyikapinya sehingga semua kalangan merasa memiliki kebebasan hak beribadah dan memiliki keyakinannya. Dalam mencari solusi untuk masalah ini juga sudah pernah disampaikan oleh lembaga tersebut yaitu menuntut pemerintah untuk bertindak tegas tidak hanya kepada MUI namun semua kalangan yang melakukan hal yang sama.

E. Pluralisme Agama Dalam Pandangan Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah salah satu kitab suci yang secara implisit maupun eksplisit mengakui heterogenitas kelompok rasial. Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat-ayat yang mendukung keberadaan kelompok masyarakat yang pluralisme baik secara sosiologis dan antropologis, maupun dari sisi ideologis, budaya, suku bangsa, dan lain sebagainya. 43 Dalam masalah keragaman atau pluralitas agama, Al-Qur’an memberikan pandangannya yang otentik tentang keberadaan umat beragama lainnya. Adapun ayat- ayat yang menjelaskan tentang pluralisme antara lain: Al-Ma’idah : 48 + ,- - . 1 3 4 , 5 6 7815 9 :43= ? 6 A BC 1DE F G7H I J K LM I . N OPI 39 H Q G7I R S T U 43 N GJ I LV ? G7815 H W RXY 5Z G7I[ JH G \ ] 43 Muhammad Amin Suma, Pluralisme Menurut Al-Quran, telaah Aqidah dan Syariah Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, h. 130. li G7I M F I 6 6 J8 _a 9 7Z SGb c N ]5d e G781H QGb 3H Q 7I f ,1 g\ 9 : 3I[ ,\9 iJ8j _ - km “Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan itu”. • Ar-Rum: 22. B n, - I  9 . 7Z J oo kpGq_r  5 . G781 3 o G I Z J N Xi ] Z s tu -v + H9 kww “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda orang yang mengetahui”. • Al-Hujurat :13. Rx yz - {X X z I 3 5 . | bL[ s N} ~ Y G7I 39 H Q ~ JHIV P• 6 €JH9 q H N Xi G I b•‚ 3 e G7I F N Xi V ƒ„C Sb . k†‡ “Hai manusia, sesungguhya kami menciptakan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia lii diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. liii • Al-Baqarah: 148. “Dan bagi tiap-tiap umat adat kiblatnya wijhah sendiri yang ia menhadap kepadanya; maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Dimana saja kamu berada, niscaya Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu”. Ayat-ayat diatas jelas mengakui adanya pluralisme kelompok sosial yang dibedakan menurut bahasa, suku bangsa, agama, dan budaya. Namun khusus masalah agama, al- Qur’an memberikan garis bawah terhadap masalah agama dimana dalam hal pengamalan yang dilakukan oleh masing-masing agama, sepenuhnya diserahkan kepada penganut masing-masing agama itu sendiri. Pengakuan al-Qur’an terhadap masalah pluralitas yang beraneka ragam ini diikuti dengan dorongan kepada manusia agar membina kehidupan bertetangga dan pengakuan yang toleran serta bersahabat dengan umat lainnya. Gagasan dari penafsiran ayat-ayat diatas menunjukkan pembenaran Al-Qur’an terhadap adanya pluralitas atau kebhinekaan agama. 44 Al-Qur’an juga membebaskan seseorang dalam menentukan keyakinannya dan tidak memaksakan suatu kehendak kepada orang lain dengan berbagai cara, seperti suatu cerita yang diriwayatkan oleh al-Tabrani dan Abi Hatim yang bersumber dari Abi Nuwas bahwa kaum Quraisy pernah berusaha mempengaruhi Nabi SAW dengan cara menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Mekah, dan akan dikawinkan kepada siapapun wanita yang beliau kehendaki. 45 Manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih dan menetapkan jalan hidupnya, serta agama yang dianutnya. Tetapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan memilih ajaran-ajaran agama pilihannya itu, mana yang dianut atau yang ditolak. Karena Tuhan tidak 44 Hendar Riyadi, Melampaui Pluralisme Etika Al-Qur’an Tentang Keragaman Agama, h. 68. 45 Muhammad Amin Suma, Pluralisme Menurut Al-Quran. h 133. liv menurunkan suatu agama untuk dibahas oleh manusia dalam memilih yang dianggapnya sesuai dan menolak yang tidak sesuai. 46 Al-Qur’an juga secara eksplisit mengakui jaminan keselamatan bagi komunitas agama-agama Yahudi, Nasrani, Shabiin sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al- Baqarah ayat 62: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada sesuatupun yang mereka khawatirkan dan mereka tidak akan berduka”. Dari gambaran diatas, dalam al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam keyakinan seseorang. Namun, dalam menentukan keyakinannya seseorang tidak harus memaksakan orang lain untuk masuk kedalam keyakinannya. • Al-Kaafiruun : 6. G I G I 3-\ ]d \ k “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku” Dalam surat al-Kaafiruun ayat 6 yang telah dipaparkan di atas, bahwasanya seseorang yang sudah menetapkan agamanya, maka orang inilah yang kelak harus mempertanggungjawabkannya. Oleh karena itu, agama yang sudah dipilihnya adalah sebagai pemersatu bangsa, karena semua agama menyerukan untuk menghormati keyakinan orang lain. Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an bahwa umat manusia adalah satu umat dan Tuhan menyimpan kekuatan untuk menyatukan manusia menjadi satu umat, dan dalam masalah agama-agama yang dibawa oleh para nabi adalah sebuah 46 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehisupan Masyarakat Jakarta: Mizan, 1994, h. 368. lv wahyu yang berfungsi dalam mendamaikan perbedaan di antara umat beragama. 47 Selain itu pemahaman akan pluralisme dan berbagai implikasinya dapat membawa kita kepada sebuah dialog antar agama. Dengan berdialog, kita dapat saling memahami antara dua pihak atau lebih dengan tujuan terjadi pemahaman yang tepat atas yang lain, sehingga muncul sikap-sikap penghormatan dan toleransi. Disamping itu dialog juga membiasakan orang untuk menyelesaikan sesuatu permasalahan dengan kepala bukan dengan kekerasan. Yang terpenting, dalam berdialog dibutuhkan sikap-sikap positif seperti kejujuran, ketulusan, objektivitas, penghormatan, dan keterbukaan. 48 Sehingga, akan terjalin suatu hubungan yang harmonis, walaupun permusuhan diantara agama akan sulit untuk dihilangkan. Seperti kasus yang terjadi beberapa tahun lalu dalam bentuk konflik dan benturan sosial dengan nuansa agama yang terjadi di Ambon Maluku, Poso Sulawesi Tengah, dan beberapa tempat lainnya. Kejadian tersebut seolah-olah menafikan usaha-usaha dalam bentuk dialog dan saling pengertian yang dirintis oleh tokoh-tokoh dari masing- masing agama yang ada di Indonesia. Usaha-usaha yang konsisten ke arah perdamaian perlu dilakukan terus menerus dengan penuh tanggung jawab oleh elite agama dan penganut agama dilevel bawah sekalipun. 49 Oleh karena itu, dialog agama akan bermakna jika melibatkan berbagai agama dan varian-varian dalam agama tersebut. Dan salah satu tantangan yang penting dalam berdialog adalah melibatkan kelompok yang memiliki doktrin anti-pluralis dan anti-dialog yakni kelompok fundamentalis. Karena kadang-kadang didalam satu agama pun, berdialog masalah tertentu sering kali tidak menemui jalan keluar, karena tidak 47 Abdulaziz Sachedina, Beda Tapi Setara. h. 50. 48 Achmad Jainuri, dkk, Terorisme dan Fundamentalis Agama, h. 303. 49 Achmad Jainuri, dkk, Terorisme dan Fundamentalis Agama, h. 281. lvi adanya titik temu antara varian-varian dalam agama yang bersangkutan. Namun, pada langkah awal perlu dilakukan dialog dengan melibatkan sebanyak mungkin elemen- elemen, baik dari yang moderat sampai pada radikal atau fundamental. lvii

BAB III Metodologi Penelitian

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan objek yang diteliti adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan waktu yang ditempuh untuk penelitian ini dilakukan dari tanggal 17 oktober 2008 sampai 2 desember 2008.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tercatat pada tahun akademik 2007-2008 yang tersebar pada 10 fakultas dengan jumlah 20.000. Peneliti mengacu pada rumus solvin dalam menetapkan jumlah sampel dengan tingkat kepercayaan 10 maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 100 mahasiswa. Namun, dalam penelitian ini peneliti menyesuaikan dengan teknik sampel. Dengan melihat besarnya populasi, maka penulis membatasinya dengan mengambil beberapa sampel dari jumlah populasi yang ada sebanyak 250 responden untuk meneliti 10 fakultas, masing-masing fakultas diambil sampel secara random sebanyak 25 responden dengan tidak menggunakan proporsional. Rumus Solvin N=.......... Keterangan: