39
BAB IV ANALISIS
A. Pengantar
Pada bab ini peneliti akan menganalisis serta menilai hasil terjemahan kitab Qasas al-
Anbiyâ‟ dari aspek linguistiknya saja, yang meliputi morfologis dan sintaksis. Adapun analisis yang peneliti lakukan dengan berpedoman pada teori
penilaian penerjemahan yang dikemukakan oleh Rochayah Machali. Kemudian pembahasan yang akan peneliti analisis adalah mengenai kisah Ihtijâj Âdam dan
Mûsâ „Alaihimâ al-Salâm.
B. Analisis Terjemah Kitab Qasas al- Anbiyâ‟
Data 1
Ihtijaj Adam dan Musa.
63
a. Morfologi
Kata pada TSu oleh penerjemah tidak diterjemahkan, tetapi ditulis
kembali dengan mengunakan kata serapan yang sama, yaitu ihtijâj. Jika dilihat pada
62 63
Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi Jakarta: Pustaka Azzam, 2001, h. 41
40
kamus
64
kata memiliki arti perdebatan, dan merupakan infinitif atau al-masdar
dari kata
.
b. Sintaksis
Pada TSu kalimat oleh penerjemah tidak
diterjemahkan. Namun jika dilihat dalam kamus
65
, kata bermakna menyebut,
menuturkan . Alasan kata
tidak diterjemahkan oleh penerjemah, karena kata tersebut sudah sesuai dengan konteksnya. Hal ini disebabkan TSu di atas sudah
masuk dalam tema atau judul kisah. Menurut tradisi tulis menulis dalam bahasa Arab, judul suatu tulisan selalu dibuat
dari al-jumlah al-ismiyah bukan dari al-jumlah al-fi ‘liyah. Demikian pula dalam
bahasa Indonesia, judul diawali dengan kata nomina, jarang diawali dengan verba. Supaya lebih mudah dipahami oleh para pembaca khususnya masyarakat awam,
maka peneliti memberikan terjemahan alternatif lain yaitu:
Perdebatan antara Âdam dan Mûsâ as.
64
Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 238
65
Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 448
41
Data 2
Imam Bukhari meriwayatkan, Qutaibah memberitahu kami, Ayyub bin Najjar memberitahu kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah
rad hiyaallahu „anhu, dari Nabi Shalallahu „Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: Musa
pernah mengajukan hujjah kepada Adam „alaihimas-salam, di mana Musa mengatakan kepadanya, “Engkau yang telah mengeluarkan manusia dari surga dan
menjadikan mereka sengsara kare
na kesalahanmu.”
67
a. Morfologi
Pada TSu kata hujjah tidak diterjemahkan kembali oleh penerjemah. Kata hujjah berasal dari bahasa Arab yaitu argumentasi
68
. Namun sudah mengalami proses serapan dalam kamus umum bahasa Indonesia yaitu alasan, bukti
69
. Selanjutnya kata dalam kamus
70
bermakna .
Kata dalam kalimat
pada konteks ini penerjemah sudah tepat
menerjemahkannya, yaitu mengatakan. Kata merupakan verba perfektif dari pola
66 67
Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi Jakarta: Pustaka Azzam, 2001, h. 41
68
T aha Husei da Ataillah Fatani, KABA Jakarta: Gema Insani, 2003, h. 73
69
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h. 426
70
42
verba trikonsonantal tak berimbuhan mengandung makna aktivitas fisik berupa verba
transitif al-ta ‘diyah. Pada kamus al-‘Asri kata
memiliki arti berkata, berujar, namun verba transitif ini ditandai dengan penerimaan verba yang diikuti oleh
pronomina persona al-damîr yang berfungsi sebagai objek.
Kemudian konjungsi pada TSu diterjemahkan di mana. Pada proses
penerjemahannya, penerjemah menggunakan metode terjemahan bebas. Biasanya seorang penerjemah yang menggunakan metode menerjemahkan seperti ini, lebih
mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk TSu.
71
Dalam hal ini peneliti mengamati penerjemah mengorbankan partikel
sehingga diterjemahkannya menjadi di mana. Padahal dalam beberapa kamus yang peneliti amati, partikel
tersebut bermakna kemudian
72
, lalu dan maka
73
tidak ada terjemahan di mana. Oleh karena itu, penerjemah harus terlebih dahulu memilih padanan kata yang tepat supaya
maknanya tidak berbeda dengan kamus. Peneliti berpendapat kata tersebut lebih tepat jika diterjemahkan menjadi lalu.
Selanjutnya, kata pada TSu oleh penerjemah diterjemahkan menjadi
engkau telah mengeluarkan . Kata
termasuk dalam kategori infleksi atau al-
71
Moch. Syarif Hidayatulah, Tarjim al-Ân Tangerang: Dikara, h. 33
72 73
Muhammad Idris al-Marbawi, Qâmûs Idrîs al-Marbawi Indonesia: Dâr al-Ihya, h. 74
43
tasrîf al-lughawi karena verba tersebut disandangi sufiks pronomina terikat atau al-
damîr al-muttasil yang berupa partikel
berpronomina
.
b. Sintaksis