50
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Kamil memberitahu kami, Ibrahim memberitahu kami, Abu Syihab memberitahu kami, dari Hamid bin Abdirrahman, dari Abu
Huraira h radhiyallahu „anhu, ia menceritakan, Rasulullah Shalallahu „Alaihi wa
Sallam pernah bersabda: Adam dan Musa pernah saling berihtijaj. Lalu Musa berkata kepadanya, “Apakah engkau Adam yang telah dikeluarkan dari surga oleh
kesalahanmu sendiri?”
86
a. Morfologi
Padanan kata pada
oleh penerjemah diterjemahkannya menjadi pernah bersabda. Pada kasus ini verba perfektif atau fi
‘l mâdi
mengandung makna yaitu sesuatu yang menunjukan telah berlalu. Oleh
karena itu, tidak perlu ditambahkan kata pernah karena akan menimbulkan pemborosan kata. Maka lebih baik hanya diterjemahkan menjadi Rasulullah saw,
bersabda .
Kemudian kalimat pada redaksi hadis atau kitab lain umumnya
oleh penerjemah tidak diterjemahkan. Dalam aspek morfologi kalimat tersebut jika
85 86
Ibnu Katsîr, Kisah Para Nabi Jakarta: Pustaka Azzam, 2001, h. 42
51
disingkat menjadi yang disebut paduan atau dalam bahasa Arab dinamakan
. Namun sangat jarang hal seperti itu terdapat dalam kitab-kitab lain.
Selanjutnya, kata merupakan
fi ‘l mâdi yang jika ditashrifkan menjadi
. Kata berwazan
dengan memiliki pola verba trikonsonantal
derivatif . Kemudian pronomina
pada TSu diterjemahkan menjadi apakah engkau. dalam konteks tersebut terdapat makna tersembunyi yaitu berupa al-hamzah
al-istifhâm al-taqrîri , apabila ditimbulkan menjadi
.
Kata adalah bentuk fi
‘l mâdi dari yang berpola verba trikonsonantal
derivatif . Kata
dalam kamus
87
berarti keluar. Kemudian kata pada TSu
adalah sebagai al-masdar, akar katanya adalah dalam kamus
88
mempunyai arti kesalahan
.
b. Sintaksis
Kalimat atau jumlah pada teks ini berupa subjek, predikat dan objek
atau dalam bahasa Arab berupa al-fi ‘lu, al-fâ‘ilu, dan al-maf‘ûlu. Kata merupakan
87
Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 330
88
Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 348
52
fi ‘l mâdi, selanjutnya sebagai fâ‘il adalah
. Kemudian damîr sebagai maf ‘ûl
menunjukkan objek sasaran yang merujuk kepada Nabi Âdam as. Akan tetapi dalam struktur bahasa Indonesia posisi fâ
‘il didahulukan menjadi subjek. Jadi Mûsâ dalam teks ini berkedudukan sebagai subjek, sedangkan
yang artinya berkata dalam
struktur bahasa Indonesia berkedudukan sebagai predikat, lalu objek pada damîr tidak berubah karena mengarah pada sasaran, yaitu Nabi Âdam as. Apabila dilihat di
dalam tabel seperti ini:
Bahasa Arab
berkata Mûsâ
Kepadanya Âdam
Bahasa Indonesia Subjek
Predikat Objek
Mûsâ Berkata
kepada Âdam
Pada Tsa penerjemah menerjemahkannya sudah tepat, karena sudah sesuai dengan fungsinya sebagai subjek, predikat, dan objek. Maka peneliti tidak perlu
memberikan alternatif terjemahan lagi.
Data 5
53
Kemudian Adam berkata kepadanya, “Engkaukah Musa yang telah dipilih Allah
untuk mengemban risalah dan kalam-Nya, apakah engkau mencelaku karena suatu hal yang telah ditetapkan bagiku sebelum aku diciptakan?”
90
a. Morfologi