Sintaksis Karier M. Abdul Ghaffar E.M

46 Kemudian kata merupakan bentuk derivasi berupa verba imperfektif dari akar kata . Pada kasus ini penerjemah menerjemahkan dia menciptakanku, terjemahannya sudah tepat dan tidak perlu diberikan alternatif terjemahan karena verba imperfektif mengandung pronomina yang tersembunyi berupa damîr yang bermakna dia yang kembali pada lafaz Allah. Kata mengalami perubahan gramatikal karena adanya sufiks berupa pronomina terikat bermakna aku. Jika dilihat pada kamus 80 kata mempunyai arti menciptakan, membuat, menjadikan.

b. Sintaksis

Frasa dalam aspek sintaksis merupakan frasa vokatif atau al-tarkîbu al-nidâ yang unsur pembentukannya vokatif. Partikel merupakan salah satu dari . Nidâ vokatif adalah kalimat ism yang berada setelah huruf-huruf nidâ. Jika dilihat dalam kamus, partikel memiliki arti wahai, hai kata seru. 81 Kemudian kata merupakan nama diri atau al-ismu al- „alam dan salah satu dari bagian al- ismu al-ma ‘rifah. Pada aspek sintaksis terjemahan ini isi pesannya sudah tersampaikan. 80 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 363 81 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 1587 47 Kemudian kalimat pada TSa diterjemahkan mengemban risalah dan kalam-Nya . Pengalihan pesan oleh penerjemah tidak tepat. Di dalam kamus 82 kata mempunyai arti bercakap-cakap, berbicara dengan. Peneliti berpendapat dalam terjemahan ini lebih tepat di terjemahkan berbicara langsung, alasannya karena Allâh Swt berfirman di dalam sûrah al-Nisâ4:164 berikut: “Dan Allâh berbicara kepada Mûsâ langsung. 83 ” Begitu pula yang peneliti temukan di dalam surah al-A ‘râf7:144: ۖ “Allâh berfirman: “Hai Mûsâ, sesungguhnya Aku memilihmu melebihkan kamu dari manusia lain di masamu untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang- orang yang bersyukur.” Kemudian terkait sûrah al-A ‘râf di atas, peneliti memberikan penjelasan yang ada di dalam kitab 84 terkait ayat 144 tersebut yakni: “Allah Swt berkata kepada Musa, bahwa Musa telah terpilih pada zamannya untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya. Dan tidak ada keraguan lagi bahwa Nabi Muhammad Saw, adalah manusia yang terbaik mulai dari Nabi Adam awal hingga terakhir. Untuk itu Allah mengkhususkan Nabi Muhammad dan menjadikannya Nabi dan Rasul yang terakhir tidak akan ada Nabi setelahnya, syariatnya pun terus menerus sampai hari kiamat dan umatnya paling banyak dibandingkan umat Nabi Allah yang lain. 82 Ahmad Warson Munawwir, Qâmûs al-Munawwir Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 1227 83 Salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa ialah berbicara langsung kepada-Nya. Oleh sebab itu Nabi Musa disebut Kalimullâh. 84 48 Nabi yang mulia setelah Muhammad adalah Nabi Ibrahim kemudian baru Nabi Musa as. Oleh karena itu Allah Swt berfirman “Sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu” yaitu diberi keutamaan berbicara dan bermunajat secara langsung. Kemudian Allah Swt menyuruh Nabi Musa untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah, dan jangan meminta sesuatu yang Musa sendiri tidak bisa melakukannya.” Lalu partikel pada kata dan merupakan partikel preposisi atau dalam bahasa Arab biasa disebut harfu al-jar, al-Sanhaji memaparkan dalam kitabnya syarh mukhtasar jidan mengenai partikel preposisi. Adapun harf khafad jar yaitu; Min, Ila, ‘An, ‘Alâ, Fî, Rubba, Ba, Kâf, Lâm. Banyak ikhtilâf dari para ahli nahwu mengenai harfu al-jar, seperti Syaikh Muhammad bin Mâlik al-Andalusy dalam kitabnya Matnu Alfiyah dan Syaikh Syaraf al-Dîn Yahya al-Imrity dalam kitabnya Nazmu al- ‘Imrity, beliau menambahkan partikel sebagai bagian dari harfu al- jar. Kalimat mempunyai kedudukan al-jar dan al-majrûr. Partikel bi merupakan harfu al-jar dan risâlatih serta kalâmih dijarkan dengan bi. Kemudian partikel yang berada diantara kata dan merupakan konjungsi atau harfu al- ‘atf. Selain al-jar al-majrûr, ada pula al-‘atfu al-ma‘tûf. Maksudnya, jika terdapat huruf ataf berupa ataupun lainnya saudara al- ‘atfu dalam suatu kalimat, bisa dipastikan ia berkedudukan sebagai huruf ‘ataf dan yang mengikutinya disebut 49 ma ‘tûf. Seperti pada teks adalah di ‘atafkan oleh huruf sebelumnya berupa konjungsi . Selanjutnya, frasa preposisi pada TSu, penerjemah menerjemahkannya atas suatu hal . Dalam kamus al-Munawwir kata memiliki makna artinya perkara dan masalah. Namun dari segi konteks kalimat yang terdapat pada TSu, peneliti tidak mempermasalahkan hasil terjemahan oleh penerjemah karena sudah sesuai dan dapat dipahami pesannya. Kemudian pada kalimat peneliti menemukan adanya pemborosan kata, seharusnya tidak perlu diterjemahkan secara harfiyah. Hal ini agar pembaca teks terjemahan tidak bingung dalam memahami pesannya. Setelah peneliti menganalisa hasil terjemahan dari aspek morfologi dan sintaksis maka, hasil alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah sebagai berikut: Âdam berkata, “Wahai Mûsâ, Allâh telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya, apakah engkau mencelaku atas suatu hal yang telah dituliskan atau ditetapkan Allâh sebelum menciptakanku?” Data 4 50 Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Kamil memberitahu kami, Ibrahim memberitahu kami, Abu Syihab memberitahu kami, dari Hamid bin Abdirrahman, dari Abu Huraira h radhiyallahu „anhu, ia menceritakan, Rasulullah Shalallahu „Alaihi wa Sallam pernah bersabda: Adam dan Musa pernah saling berihtijaj. Lalu Musa berkata kepadanya, “Apakah engkau Adam yang telah dikeluarkan dari surga oleh kesalahanmu sendiri?” 86

a. Morfologi