Pedoman Penilaian Rochayah Machali

23 balik Back Translation, Pendekatan berdasarkan padanan Equivalence-based Approach dan Instrumen Penilaian Accuracy and Readibility-rating instrument. 40

C. Pedoman Penilaian Rochayah Machali

Machali memberikan tiga pokok bahasan terpenting dalam penilaian terjemahan: 1 segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan; 2 kriteria penilaian; 3 cara penilaian. Disamping itu, perlu diingat bahwa konsep penilaian yang dibahas di sini adalah penilaian umum yang diletakkan dalam kerangka metode penerjemahan semantik dan komunikatif, yaitu dua metode umum yang paling sering digunakan dalam penerjemahan. Akan halnya metode-metode lain yang khusus, akan memerlukan metode penilaian yang khusus pula. 41 Penilaian Umum Terjemahan 1. Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian Hal yang perlu diingat dalam penilaian penerjemahan bukanlah sekadar dari segi benar-salah, bagus-buruk, harfiah-bebas. Ada beberapa segi dalam penerjemahan yang harus dipertimbangkan dalam penilaiannya. Sebagai gambaran, berikut perbandingan contoh versi teks berikut: 42 TSu: Some focal points of crises in the present day world are of a long standing nature. TSa terjemahan autentik: 40 Kuliah, Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan diakses 01112014, 07.40 wib, http:bahasa.kompasiana.com20120305strategi-penilaian-kualitas-terjemahan-444110.html 41 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 143 42 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 145 24 a Beberapa persoalan krisis penting yang ditemukan di dunia saat ini sudah bersifat kronis. b Beberapa persoalan krisis utama di dunia pada saat ini sebetulnya merupakan masalah lama. c Beberapa hal penting yang merupakan krisis dunia dewasa ini adalah mengenai pelestarian alam. Ada beberapa hal yang mengemuka pada pembandingan ketiga versi teks BSa di atas. Dari segi ketepatan pemadanan ada aspek linguistik, semantik, dan pragmatik. Dari aspek pemadanan linguistik struktur gramatikal, ketiga versi BSa menunjukan kadar ketepatan yang berbeda dalam menyatakan kembali makna yang terkandung dalam teks BSu. Ketiganya sudah melalui prosedur transposisi, misalnya yang menyangkut frase nomina pada struktur focal points of crises. Dalam hal ini, teks b mengupayakan pemadanan yang lebih baik daripada teks a dan c, sekalipun terdapat penambahan kata keterangan “sebetulnya” pada teks tersebut. 43 Selanjutnya, terdapat perbedaan prosedur transposisi yang mendasar pada teks c: kata world sebagai bagian dari frase in the world menjadi nominal yang disatukan dengan kata crises, seolah-olah teks aslinya berbunyi world crises. Dalam pemilihan prosedur modulasi bebas juga ada perbedaan antara ketiganya, misalnya fraseklausa “di dunia” dan “yang ditemukan di dunia”. 44 Kemudian dari aspek padanan semantik, ada penyimpangan yang sangat mendasar pada teks c. Frase “pelestarian alam” menunjukan distorsi makna 43 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 146 44 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 146 25 referensial yang serius. Pada tataran kalimat dan pada analisis sekilas, seolah-olah kata nature dapat dipadankan dengan “alam”. Padahal dalam tataran teks, topik yang dibicarakan menyangkut krisis politik, krisis regional, dan bukan tentang pelestarian alam. Jadi, penerjemah c tidak mampu melihat pentingnya saling hubungan kalimat dan tataran teks dalam penerjemahan tersebut. Aspek lain yang tampak pada pembandingan ketiga teks BSa tersebut adalah gaya bahasa penyampaian. Dapat dilihat pada teks BSu bahwa penyampai berita menggunakan gaya “bertenaga”. Gaya ini tampak dari penggunaan kata-kata “bertenaga” seperti focal, long standing, dan crises. 45 Apabila ketiganya dibandingkan dari segi gaya, penerjemah teks a berupaya mereproduksi gaya bertenaga tersebut, misalnya dengan menggunakan kata-kata penting dan kronis. Pada teks b, kata-kata berbeban makna konotatif untuk menunjukan gaya tersebut tampaknya tidak terlalu dipermasalahkan oleh penerjemah. Maka, gaya bahasa pada teks b menjadi gaya biasa yang netral, seperti dalam penyampaian fakta, tidak terasa sebagai teks tentang politik yang berfungsi vokatif. Demikian juga dengan gaya pada teks c. 46

2. Kriteria Penilaian

Suatu penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas. Akan tetapi karena penilaian karya terjemahan adalah relatif, validitas penilaian dapat dipandang dari aspek conten validity dan face validity. Alasannya adalah karena menilai 45 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 147 46 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 147