Supportivennes Pengambilan Keputusan dalam komunikasi Organisasi di yayasan

a. Deskripsi Rapat merupakan salah satu alternatif untuk membicarakan pekerjaan kepada atasan dan kepada sesama rekan kerja. Rapat di yayasan wakaf khadijah Aisyah di lakukan 1 satu minggu sekali di hari jum’at, tapi disisi lain terkadang ada rapat- rapat yang tidak tentu waktunya. “ rapat biasanya diadakan seminggu sekali pada hari jum’at, tapi ada rapat yang tidak waktu tidak pasti atau belum ditentukan , biasanya sich di beritahu sehari sebelumnya.” 12 Dalam rapat akan banyak yang didiskusikan, berbagi pengamalan, tukar pikiran, mengutarakan masalah yang terjadi, mencarikan solusi yang terbaik, dan merencanakan program kerja yang akan dilaksanakan kemudian hari. Review lebih mengevaluasi pada minggu lalu, bagaimana kinerja minggu lalu dan seperti apa pencapaian kerja minggu lalu. Problem Solving, mengevaluasi masalah-masalah apa saja yang terjadi pada minggu lalu, masalah itu dicari penyelesaianya apa yang terbaik untuk memecahkan masalah pada minggu lalu. Setelah itu ditemukan solusi, apa yang harus segera dilakukan untuk menuju hari esok atau minggu. b. Orientasi Masalah Jika terjadi suatu masalah maka anggota organisasi baik atasan maupun bawahan saling bekerjasama untuk memecahkan hal tersebut. Bagi atasan Pendapat 12 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. dari bawahan baik berupa ide, saran ataupun kritik sangat penting untuk manajemen Yayasan. Karena bawahanlah yang bekerja di lapangan dan mengetahui kondisi dan situasi yang terjadi dilapangan. Guru bekerja di dalam ruangan, guru menghadapi ketika berhubungan dengan anak murid yang sulit diatur, disinilah fungsi keterbukaan dengan atasan. Karena dengan dibicarakan akan menghasilkan saran dan solusi yang terbaik. Dalam penyampaian ide, saran maupun kritik, dan lain-lain bawahan dapat menyampaikannya kepada atasan. c. Spontanitas Ketika rapat memang bawahan dan atasan dituntut untuk mengutarakan pendapatnya. Jika memang ada yang tidak disetujui dengan idea tau gagasan yang di berikan oleh atasan, bawahan bebas saja untuk memberikan komentar. Namun terkadang ada juga sebagian karyawan yang tidak berani menolak pendapat dari atasan dan hasilnya mereka melakukan gravine yaitu komunikasi informal berjalan berbelok- belok dengan derajat ikatan bathin yang dimiliki anggota, biasanya disebut dengan desas desus. Grapevine Biasanya akan terjadi karena adanya rasa ketidak puasan karyawan akan suatu hal, misalnya gaji yang minim. Selain itu adanya keakraban antara karena karyawan karena sering bekerjasama maka disamping pekerjaan resmi yang dibicarakan juga hal hal lain yang menyangkut orang-orang dalam lingkungan kerjanya. Hal in i sama dengan beberapa karyawan yang diwawancarai “ kalo kita biasanya kalo hal yang mengganjal lebih sering ngomong dibelakang tentang suasana kantor yang kadang kurang nyaman, biasanya ngak berani ngomong langsung ke pimpinan. “Untuk berkomunikasi dengan atasan memang kadang sungkan untuk mengkritik maupun memberikan pendapat. Tidak ada penyampaian saran atau kritik melalui media misalnya kotak saran. Saran dan kritik disampaikan langsung kepada pemimpin. Tapi jika hanya berdua dengan atasan memang bias terbuka. Tapi intinya menyampaikan kritik atau saran harus dengan hati- hati”. 13 Tidak semua karyawan yang berani untuk mengungkapkan pendapatnya langsung kepada atasan. Harus ada media lain yang digunakan agar ide, kritik, saran dari para bawahan dapat tersampaikan. Penulis mengamati tidak ada media seperti kotak saran yang dipasang, selain itu para karyawan yang tidak setuju dengan pendapat atasan hanya membicarakan dibelakang namun tidak disampaikan langsung ke atasan. Inilah salah satu kendala untuk membentuk iklim komunikasi yang positif di perusahaan. Sebenarnya informasi dari komunikasi grapevine dapat di gunakan pemimpin untuk meningkatkan pengertian dan kerjasama dan suasana kerja yang baik dalam organisasi.selain itu juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang lebih baik untuk karyawan. 13 Wawancara Pribadi dengan Ati Wijiyati, guru, Jakarta, sabtu 16 Maret 2013 pukul 11.00, yayasan wakaf khadijah aisyah, Jakarta. d. Empati Deskripsi empati ialah manusia dapat bertenggang rasa dengan sesame mahluk hidup, rasa empati d yang ada yaitu dapat dirasakan oleh kepala sekolah maupun guru disekolah terhadap orang tua siswa yang belum dapatmelunasi iuran sekolah anakanya di yayasan wakaf khadijah aisyah YWKA. Lewat organisasi antar wali murid jika terjadi hal yang demikian, maka pimpinan dari komite akan mengajukan surat permohonan keringanan kepada wali kelas, dan bagian keuangan agar memberikan keringanan kepada wali murid tersebut. Berdasarkan hasil data yang ditemukan penulis dapat menganalisa bahwa komite sekolah yaitu organisasi antar wali murid sepakat akan adanya rasa empati yang ditunjukkan pihak kepala sekolah terhadap orang tua murid. e. Kesamaan Di Yayasan Wakaf Khadijah Aisyah , suasana yang dirasakan nyaman atasan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan bebas melakukan komunikasi formal maupun informal, dan mereka saling menghargai pendapat masing-masing. Penulis mewawancarai beberapa guru mengenai komunikasi organisasi, menurut informan ningsih “ seperti yang anda lihat saat ini, kita sangat memiliki suasana kerja yang nyaman dan kekeluargaan karena dengan suasana kerja yang nyaman dan kekeluargaan kerja pun merasa senang, disisni kita sudah anggap keluarga sendiri, karena pimpinan juga mengatakan kepada kita jika kita merasa susah atau senang, maka yang lainnya kalau bisa juga ikut merasakan. 14 Iklim komunikasi yang positif tidak hanya dilihat dari tingkat kenyamanan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja namun juga keterbukaan dan kenyamanan berkomunikasi dengan atasan. Atasan memberikan waktu dan tempat kepada bawahannya untuk mengutarakan pendapatnya, bisa mengenai kritik, saran, ide, gagasan dan lainnya. Dan hal ini terlihat dari penuturan atasan kepala Sekolah menurutnya: “ ya untuk kritik atau saran sih sebenarnya guru biasanya langsung sampaikan kepa da saya, walaupun mereka diskusikan terlebih dahulu.” 15 Tingkat derajat kedudukan di sekolah ini memang berlaku , artinya semua anggota organisasi saling menghargai kedududukan-kedudukan masing-masing namun itu hanya sebatas profesionalis pekerjaan semata, akan tetapi mereka semua yang kedudukannya lebih tinggi ataupun rendah saling memperlakukan anggota lain sebagai teman dan tidak menekankan pada kedudukan dan kekuasaan. Ketika dalam rapat pengambilan keputusan kesamaan yang dirasakan ialah semua guru yang ingin berpendapat akan mendapatkan giliran untuk mengajukan masukannya, baik berupa kritik ataupun saran, tidak akan ada otoritas dalam pengambilan keputusan. 14 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 15 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. F. Profisionalisme Dalam berorganisasi dibutuhkan sifat dari setiap anggota organisasi karena akan memudahkan jalannya organisasi dan hal itulah yang menjadi acuan dalam melakukan komunikasi organisasi di sekolah ini. Profesional dicerminkan melalui hasil dari pengambilan keputusan yang menjadi prioritas dalam melaksanakan kegiatan disekolah, bhwa keputusan yang telah menjadi proritas dalam melaksanakan kegiatan di sekolah, bahwa keputusan yang menjadi kesepakatan bersama tidak akan bisa diganggu gugat oleh pihak manapun, karena hal itu akan menjadi hambatan berorganisasi, seperti halnya yang diceritakan oleh nurlaela ba hwa,“ ketika ada rapat yang membahas mengenai masalah iuran spp itu semua dilakukan karena akan dicabutnya subsidi yang diberikan oleh kecap Korma, jadi waktu itu kita rapat resmi di akhir bulan juni 2012 lalu dan otomatis rapat seperti itu menghadirkan semua guru dan pihak perwakilan wali murid agar perwakilan ini bisa menyampaikan perihal rencana kenaikan iuran SPP ini pada wali murid yang lain .” 16

2. Partisipasi Membuat Keputusan

Setiap karyawan memang diharapkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan, ketika rapat memang beberapa bawahan aktif, mereka juga memberikan 16 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela budi ningsih, kepala sekolah, Jakarta, sabtu 13 April 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. saran untuk memecahkan masalah. Misalnya ketika membahas masalah hari libur idul fitri maupun idul adha, ataupun akan mengadakan acara perlombaan. Hampir semua guru aktif dalam komunikasi pada rapat yang diadakan. Contoh masalah tentang hari libur idul adha, kepala sekolah mengusulkan beberapa tanggal kepada guru-guru dan kemudian untuk mengambil keputusan untuk bersama-sama mereka mengambil keputusan seperti voting sederhana dengan mengangkat tangan jika setuju dan tidak mengangkat tangan jika tidak setuju dan itu melibatkan semua guru yang hadir saat itulah keluarlah tanggal libur idul adha yang menjadi keputusan bersama. Seperti yang disampaikan oleh salah satu guru. “waktu itu pernah kami membicarakan soal penetapan hari libur idul adha, bu kepala sekolah sih memberikan beberapa pilihan dan dengan voting kami dapat mengmbil keputusan bersama.” 17 Rapat yang efektif adalah rapat yang membuat rancangan kerja dan skedul pekerjaannya, dari opini para anggota organisasi itu sendiri, dan bukan merupakan objek-objek para individu, sehingga rapat itu tidak menjadi rapat yang khusus bagi pimpinan atau hanya untuk manajemen. 18 Namun untuk membuat keputusan sebuah masalah yang dirasa sangat besar oleh pimpinan sekolah, maka ia hanya mengambil beberapa guru yang dianggap berkompeten untuk dimintakan pendapat dan masukan. 17 Wawancara pribadi dengan Nurlaela budiningsih, kepala sekolah guru, jakarta, jum’at 19 April 2013 pukul 13.00, Yayasan Khadijah Aisyah 18 Jamal Magdi, Menjadi pemimpin yang efektif dan berpengaruh,bandung: PT.Syamil Cipta Media, 2001,h. 81 Dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan tujuan biasanya secara langsung direct atau tatap muka face to face serta ada di dalam rapat atau tatap muka di ruang rapat. 19 Dalam beberapa rapat seperti rapat mengenai seperti perlombaan, persiapan ujian dan penerimaan murid baru yang peniliti ikuti. Peneliti menemukan adanya kesepakatan bersama dalam hal memutuskan hasil rapat dan tidak adanya hirarki pimpinan dalam putusan hasil rapat. 20 3.Kepercayaan Kepercayaan merupakan faktor penting yang harus ditanamkan oleh suatu organisasi. Jika tidak adanya kepercayaan maka suatu organisasi tidak akan berjalan lancar dan adanya kerugian satu sama lain. Di yayasan wakaf Khadijah Aisyah atasan kurang memberikan kepercayaan a terhadap bawahannya, akan tetapi Atasan selalu mengadakan evaluasi.berikut ini kutipan wawancara dengan nurlaela budi ningsih.“ masalah kepercayaan saya terhadap para guru di yayasan, karena dengan mengadakan evaluasi saya bisa mengetahui kendala apa yang mereka hadapi. ” 21 19 Wawancara Pribadi dengan Ningsih, guru sentra seni, Jakarta, Sabtu 20 april 2013 pukul 10.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah. 20 Hasil observasi, 1 maret 2013 dan 19 april 2013 saat rapat berlangsung. 21 Wawancara Pribadi dengan Nurlaela Budi Ningsih, kepala sekolah, Jakarta, sabtu, 9 Maret 2013 pukul 13.00, yayasan Wakaf Khadijah Aisyah.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMUNIKASI ANTARA PIMPINAN DAN STAFF

0 7 35

Pemikiran dan aktivitas dakwah Habib abu bakar assegaf( pimpinan yayasan Tsaqofah islamiyah,bukit duri tebet,jakarta selatan )

1 16 93

Analisis Pola Komunikasi Anak Pemulung Dengan Pembimbing Dalam Upaya Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Media Amal Islami (Ymai) Lebak Bulus Jakarta Selatan

0 16 115

Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan Terhadap Bisnis di Pasar Cipulir Jakarta Selatan.

0 3 87

Estimasi Kerugian Banjir Sungai Pesanggrahan pada Kawasan Perumahan di Jakarta Selatan.

1 7 87

Pengaruh Pola Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Lpp Rri Surakarta (Pola Komunikasi Antara Pimpinan dan Karyawan di Radio Republik Indonesia Surakarta).

0 1 19

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara Pimpinan KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal

4 34 11

PENDAHULUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara Pimpinan Dan Staf Sekretariatan Dinas Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah).

0 6 23

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara P

0 4 14

Pola komunikasi pimpinan pada Badan Pemb

0 0 63