23
10. Tahap sepuluh: mengetahui bagaimana melestarikan catatan dan
arsip informasi untuk penggunaan masa depan. 11.
Tahap sebelas: mengetahui bagaimana membuang informasi yang tidak lagi diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi.
Penerapan proses literasi informasi sangat membantu seseorang dalam menentukan langkah atau tahapan yang dilalui dengan menyadari adanya masalah
dalam memenuhi kebutuhan informasi sampai membuang informasi yang tidak lagi diperlukan, dan menjaga informasi yang harus dilindungi. Siklus hidup
literasi informasi diperkenalkan agar pengguna memahami tahapan kemampuan untuk mengakses dan menciptakan pengetahuan baru yang akan berguna nantinya.
2.6. Literasi Informasi Dalam Dunia Pendidikan Tinggi
Proses belajar mengajar adalah kegiatan yang membutuhkan identifikasi kebutuhan, mendapatkan informasi pendukung, membangun suatu informasi baru
Sedangkan disajikan kepada audiens yang dituju. Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bagian tak
terpisahkan dari program pendidikan. Literasi dalam dunia pendidikan tinggi dianggap sebagai serangkaian keterampilan yang bersifat generik dan dapat
diterapkan di segala bidang ilmu. Tiga dharma yang mendasari kegiatan-kegiatan pendidikan tinggi: proses
belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tiga dharma ini dilakukan oleh mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dan dosen melakukan ketiga
dharma tersebut pada tingkat dan kepentingan yang berbeda, sehingga dalam mencapai ketiga kegiatan dharma informasi menjadi materi utama. Oleh sebab
itu, kemampuan literasi informasi sangat dibutuhkan untuk pemberdayaan mahasiswa memiliki literasi informasi.
24
Menurut Proboyekti 2008 bahwa dalam proses belajar mengajar pada pendidikan tinggi, mahasiswa sering mendapatkan kesulitan dalam:
1. Memahami tugas yang diberikan sehingga apa yang dikerjakan tidak
sesuai dengan tugas yang diberikan. 2.
Menemukan ide untuk paper dalam topik tertentu atau ide penelitian untuk skripsi mereka.
3. Mendapatkan sumber informasi, sehingga sumber informasi kurang
bervariasi dan cenderung menggunakan sumber atau format yang sama.
4. Menentukan pustaka yang tepat, sehingga enggan membaca karena
berpikir bahwa buku-buku yang dipilih sebagai sumber informasi harus dibaca habis.
5. Mengutip sebuah sumber yang memiliki hak cipta secara langsung
maupun dengan membuat parafrase untuk menghindari plagiarisme. 6.
Membuat kalimat yang beralur dari paragraf ke paragraf. 7.
Mempresentasikan karyanya sehingga menghasilkan presentasi yang monoton, kurang informatif dan kurang tepat untuk audience yang
dituju. 8.
Mempelajari hal baru dengan cara yang aktif dan kreatif. Selain itu masalah yang sering ditemukan mahasiswa umumnya kurang
dapat mengevaluasi, memilih, serta membuat penilaian yang tepat ketika mereka berhubungan dengan informasi. Hal ini disebabkan karena dengan banyaknya
informasi yang tersedia, seorang mahasiswa kurang memiliki pemikiran kritis terhadap informasi yang dibutuhkannya dan informasi yang ditemukannya.
Kemampuan literasi informasi menjadi suatu kemampuan yang diharuskan pada pendidikan tinggi agar masalah- masalah di atas dapat diatasi. Dalam hal ini
sangat penting bagi mahasiswa menjadi seorang yang melek informasi. Menurut Naibaho 2007, bahwa untuk menjadi orang yang melek
informasi dibutuhkan serangkaian keahlian, antara lain bagaimana cara mencari dan menggunakan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan secara efektif dan efisien.
25
Menurut Bundy 2004, 3 bahwa orang yang information literate adalah mereka yang dapat:
a Mengenali kebutuhan informasi.
b Menentukan perpanjangan informasi yang dibutuhkan.
c Mengakses informasi secara efisien.
d Kritis dalam mengevaluasi informasi dan sumbernya.
e Mengklasifikasikan, memanipulasi dan merumuskan kembali
informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan. f
Menggabungkan informasi yang dipilih ke dalam basis pengetahuan mereka.
g Menggunakan informasi secara efektif untuk belajar, menciptakan
pengetahuan baru, memecahkan masalah dan membuat keputusan. h
Memahami isu-isu ekonomi, hukum, sosial, politik dan budaya dalam penggunaan informasi.
i Mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal.
j Menggunakan informasi dan pengetahuan kewarganegaraan
partisipatif dan tanggung jawab sosial. k
Pengalaman akan keaksaraan informasi sebagai bagian dari belajar mandiri dan belajar sepanjang hayat.
Sedangkan menurut Chartered Institute of Library and Information Professional CILIP 2005, 4 terdapat 8 kriteria mahasiswa memiliki keterampilan
literasi informasi, apabila memiliki pemahaman tentang: 1
A need for information. 2
The resources available. 3
How to find information. 4
The need to evaluate results. 5
How to work with or exploit results. 6
Ethics and responsibility of use. 7
How to communicate or share your findings. 8
How to manage your findings. Seseorang yang information literate harus memiliki pemahaman tentang
keterampilan informasi, oleh karena itu literasi informasi merupakan suatu proses pemberdayaan seseorang di dalam setiap tahap perjalanan hidupnya guna mencari,
mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan informasi secara efektif untuk
26
mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan, tujuan pendidikan, dan tujuan-tujuan lainnya.
Pendidikan berperan dalam menjadikan seseorang literat terhadap informasi sehingga semua orang dapat memperoleh informasi sesuai dengan
kebutuhannya. Saat ini literasi informasi merupakan komponen yang penting di perguruan tinggi. Pendidikan harus dapat memberdayakan semua orang untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebab perkembangan information and communications technology ICT membuat informasi begitu
melimpah dan mudah untuk diakses serta dimanfaatkan. Kelimpahruahan, kecepatan serta kemudahan memperoleh informasi hanya akan diperoleh jika
pencari informasi memiliki kompetensi dalam literasi informasi. California State University yang dikutip oleh Hasugian 2009, 204 bahwa
manfaat kompetensi literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi yaitu: a
Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu mahasiswa kepada berbagai sumber informasi yang terus
berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia meSedangkani
perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media, dan internet.
b Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan
keahlian informasi tersebut maka mahasiswa akan seSedangkan dapat mengikuti perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.
c Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi
perkuliahan. Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya, maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang
berhubungan dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang perkuliahan tersebut.
d Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan
pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi pendidikan tinggi. Dengan memastikan bahwa setiap individu
memiliki kemampuan intelektual dalam berpikir secara kritis yang
27
ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimilikinya maka individu dapat melakukan pembelajaran seumur hidup secara
mandiri.
Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dinyatakan Candy, Crebert, dan O’Leary yang dikutip oleh Iman 2013, 82 mengatakan “Access to, and critical
use of information and of information technology is absolutely vital to lifelong learning, and accordingly no graduate — can be judged educated unless he or she
is information literate”.
Merujuk dari pernyataan Candy, Crebert, dan O’Leary menyatakan bahwa seorang tidak dapat dinyatakan lulus, bilamana ia belum menyandang
status sebagai information literate person. Artinya, untuk melakukan hal yang demikian, lembaga pendidikan tinggi harus menetapkan literasi
informasi sebagai sebuah standar kompetensi sebagai syarat yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik sebelum meninggalkan universitas.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka diketahui bahwa literasi informasi merupakan kompetensi yang memiliki peran penting di perguruan
tinggi dalam meningkatkan pengetahuan peserta didik. Pemahaman akan literasi informasi menjadikan mahasiswa mampu belajar secara mandiri, berhadapan
dengan berbagai sumber informasi dan menjadi bekal kemampuan intelektual untuk berpikir secara kritis dalam meningkatkan pembelajaran sepanjang hayat di
era globalisasi informasi.
2.7. Standar Kompetensi Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi